Oneshoot

1 0 0
                                    

Judul: Adorasi (Pengorbanan)
Penulis: Reborn_Rin

Isi:

"Kata umi, materi bukan segalanya. Usaha, niat dan ada tujuan yang akan dicapai itu yang terpenting. Materi hanya jumlah yang membantu dari segi kasat mata. Kepuasan pelanggan adalah segala bagi seorang pengusaha. Bagi pengusaha, pelanggan adalah segalanya." Aleza menjelaskan, beberapa karyawannya tampak mengangguk, semburat senyum lega serta senang terpancar di wajah mereka.

***

         Toko bunga itu sangat terkenal di kalangan remeja dan usia tua. Karena mereka lebih mengutamakan kepuasaan pelanggan dibanding hasil yang akan diperoleh mereka. Pemilik toko tersebut adalah seorang gadis yang baru berusia 24 tahun. Karyawannya ada tiga orang; Sallaza, Sanuza dan Lily. Mereka merupakan orang yang sangat baik hati; berbagi makan untuk orang yang tidak mampu dan memberi bunga untuk orang miskin yang tengah merayakan sesuatu acara istimewa.

Di dalam sana, tampak Aleza dan beberapa karyawannya tengah duduk bersama. Mereka tampak serius mendengar setiap kata yang diucapkan Aleza.

"Tidak apa jika kita tidak mendapatkan uang, kita ini lebih mengutamakan orang-orang yang memerlukan bantuan. Rezeki tidak akan ke mana, selagi masih ada uang tersisa, maka sampai saat itu kita akan memberi, walaupun hanya beberapa ribu rupiah." Beberapa ekspresi terukir di wajah mereka, ada yang menunjukkan kepuasan, kecewa dan bingung.

Aleza memerhatikan mimik wajah mereka bertiga. "Kenapa dengan kamu, Nuza? Bingung?"

Sanuza mengangguk, lalu menjawab, "Aku bingung, Mbak. Kenapa kita harus melakukan semua ini, bukankah lebih baik jika kita mendapatkan keuntungan lebih daripada terus memberi?"

Aleza tersenyum tipis, lalu ia berujar, "Memang, kita akan rugi segi materi, tapi kita tidak akan rugi dari segi rohani. Dulu, aku hanya seorang pemulung, dibuang oleh orang tua di sebuah lorong sempit, mereka membuangku karena perusahaan milik mereka bangkrut. Saat itu, aku berusia 16 tahun, masih bersikap kekanakkan dan sombong karena pernah memiliki harta yang banyak. Karena keluargaku orang berada, kami itu sangat tinggi hati dan jarang sekali memberi."

Aleza menghela napas sebentar, lalu melanjutkan ucapannya. "Aku terpaksa memulung karena tidak ada yang memberiku makan. Sebulan aku menjalani kehidupan seperti itu, memulung, menjualnya lalu membeli makanan walau hanya sepotong roti, karena memakan sekali sehari itu sangatlah sulit. Berhenti sekolah dan tidur di jalanan."

Sanuza menundukkan kepalanya, begitu juga Lily. Sedangkan Sallaza hanya menunjukkan ekspresi datar, walaupun sebulir air mata mengalir dari netranya.

"Laza, jangan menangis ... aku lanjut, ya?"

Sanuza dan Lily tidak menjawab, mereka masih tenggelam ke dalam pikirannya sendiri. Hanya Sallaza yang mengangguk, menyuruh Aleza untuk melanjutkan cerita masa lalunya yang tidak mudah itu.

"Sebulan aku menjalani kehidupan yang sulit itu, kadang kala aku juga mengeluh karena belum siap menjalani kehidupan seperti ini. Saat aku memulung sebuah tong sampah di depan toko bunga, aku dikejutkan dengan sebuah tangan yang menyentuh pundakku. Wanita itu terus tersenyum kepadaku."

***

Flash back on.

Gadis remaja itu dikejutkan oleh sebuah tangan, hampir saja ia menjerit karena ketakutan.

"Jangan takut, aku orang baik. Tidak akan menyakitimu ...." Wanita paruh baya itu tersenyum kepada gadis itu---Aleza. Aleza mengamati wanita itu dari segi wajahnya, tidak ada nampak niat jahat dari netranya, ia pun bernapas lega.

"Em, ada apa, Nyonya?" Aleza mundur selangkah, karena ia merasa sangat dekat dengan wanita itu dan juga takut karena bau badannya yang kental---pesimis.

Wanita itu jongkok di depan Aleza, memegang bahunya dan kembali tersenyum. "Tidak perlu minder, aku tidak peduli soal fisikmu. Aku peduli atas hati dan jiwamu." Wanita itu meletakkan tangannya di dada kiri Aleza.

"Karena, fisik, ekonomi dan segala sesuatu yang kasat mata itu bersifat sementara. Yang kekal itu tidak nampak, karena semua itu berasal dari hati," sambungnya dan mengusap rambut Aleza.

Aleza hanya melongo, lalu bertanya, "Kenapa?"

Wanita itu tersenyum, lalu berkata, "Nanti saat kamu besar, kamu akan tahu." Wanita itu tersenyum.

"Lalukanlah yang terbaik, untuk orang yang ada di sekitarmu, Nak."

Wanita itu---Muzzle, pun menganggap Aleza sebagai anaknya, mengajarinya cara menjual bunga dan melayani pelanggan. Aleza seharusnya sekolah, tapi ia menolak saat Muzzle ingin mendaftarkan Aleza di sebuah sekolah favorit.

"Aku hidup untuk mereka, aku tidak perlu sekolah, Umi," ujarnya tersenyum sambil memandang Muzzle.

Muzzle tersenyum. "Umi tidak akan memaksamu, baiklah jika itu keinginanmu."

Mereka menjual bunga segar dari taman belakang rumah Muzzle, kebun yang lumayan luas itu ditanam dengan berbagai jenis bunga.

Sudah 4 tahun berlalu, Muzzle sudah meninggal dan mewariskan hartanya kepada Aleza. Semua wasiat Muzzle ia lakukan. Berbagi dan mengambil karyawan yang tidak ada pekerjaan atau disebut penganggur.

Mereka selalu memberi bunga untuk orang yang kurang mampu. Melaksanakan wasiat Muzzle dan melakukan itu untuk masyarakat yang kurang mampu.

Flash back off

***

"Jadilah orang yang mulia, jangan jadi orang pintar. Karena jika orang terlalu pintar akan sombong dan meremehkan orang lain. Lakukan sedikit pengorbanan untuk masyarat itu yang terbaik, membantu selagi masih ada uang yang melekat di tubuh. Karena Tuhan akan membalasnya berlipat ganda dan menyelamatkanmu di akhirat nanti."

Mereka terhanyut mendengar perjalanan hidup Aleza. Sanuza, Sallaza dan Lily menangis dalam diam. Hati kecil mereka menjerit perih. Tidak disangka, majikannya memiliki pengalaman buruk. Mereka pun bertekad akan membantu Aleza dalam membantu masyarakat.

"Tidak perlu jadi mentri atau pemerintah. Jadilah warga biasa, yang bisa membantu walau sedikit. Karena yang tulus dapat mengalahkan barang yang berharga."

Tring!

Lonceng di depan pintu berbunyi, menandakan ada pelanggan yang datang. Mereka segera berdiri dan menyambut pelanggan tersebut. Sedangkan Aleza duduk di tempat kasir dan melihat interaksi karyawannya dengan pelanggan itu, tersenyum senang karena melihat karyawannya yang sangat ramah kepada pelanggan.

'Umi, terima kasih. Pengorbananmu, kepercayaanmu, tidak akan kusia-siakan. Lihat, mereka akan meneruskan usaha dan impianmu. Walaupun hasil dari jual bunga tak seberapa, namun hati ini senang karena dapat membantu orang lain, itulah yang luar biasa bagiku.' Aleza membatin.

***

Anak muda, janganlah kau kikir, bantulah walau sedikit. Jangan mengira hidupmu yang paling menderita, di luar sana masih ada yang lebih menderita darimu. Hulurkan tanganmu, bukalah hatimu. Kebahagiaan itu berasal dari niat hatimu. Bibit yang kau tanam maka kau juga yang panen. Setiap bibit yang kau tanam akan berbuah sesuai dengan kebaikan yang kau tabur. Bukan tidak dibalas, tetapi waktunya belum tiba. Mau baik dan buruk, hasilnya akan seperti yang kau tanam. Kacang yang kau tanam, maka kacang yang akan kau panen. Sebutir bibit, melahirkan banyak buah artinya, secuil kebaikanmu akan dibalas berlipat ganda.

Tidak perlu menjadi pemerintah, cukup perintahkan hatimu melakukan kebaikan. Jangan biarkan nafsu buruk mengusaimu. Segala kebaikan itu adalah cahaya yang akan menyinari dunia.

Pohon tumbuh karena ditabur pupuk yang bagus dan berkualitas. Maka kebahagiaan akan tumbuh jika kau taburi kebaikan yang tak terbatas.

Hidup itu seperti pertandingan, saat kita diserang maka kita harus bertahan. Saat kita menyerang, maka kita harus kompak dan saling melengkapi. Menyempurnakan hal yang tidak sempurna, untuk mencapai kebahagiaan yang dapat dirasa bersama.

Pengorbanan? Tidak, itu kewajibanku sebagai manusia berkualitas kelak, karena Tuhan membutuhkan manusia yang dapat membantu orang lain, bukan egois dan mengelabui diri sendiri. Sukses itu saat kita tahu kita salah dan bisa memperbaikinya, bukan merasa hebat dan menunjukkan kehebatan yang bersifat sementara. - Aleza Syuilz.

End

Sambas, Kalimantan Barat. 6 November 21.46 WIB

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AdorasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang