Anak itu berjalan menyusuri trotoar di tengah-tengah sibuknya kota Jakarta. Kaki kecilnya dan sandal lusuh yang ia gunakan seolah-olah seiras dengan baju putihnya yang sudah lusuh kekuningan. Rambutnya pun menjadi kemerahan karena terlalu sering tertampar teriknya matahari. Kedua tangannya menjinjing keranjang berisikan kue yang dibuat ibunya di rumah untuk ia jual. Sambil terus berjalalan, sesekali ia menyerukan.
"Kuueee.....kueee.....!"
Anak laki-laki itu terkadang duduk di bangku kecil setelah sampai di persimpangan jalan, tempatnya dan beberapa pedagang lain biasa berjualan. Tak banyak yang menghampirinya, namun ia selalu bersyukur. Mungkin hal itu yang membuatnya tetap bahagia, meski ia harus tetap berjualan sampai senja menyapa.
Namanya Bayu, anak sederhana yang tinggal bersama ibunya di pinggiran Ibukota. Rumahnya terletak disebuah perkampungan padat penduduk dengan bermacam-macam karakter. Ayahnya meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan di tempat kerjanya. Sejak saat itu, Bayu harus membantu ibunya untuk berjualan kue setelah pulang sekolah untuk menyambung kehidupan sederhananya. Tidak hanya di persimpangan jalan, Bayu juga menitipkan dagangannya di warung-warung dan berkeliling sambil menawari dagangannya dengan keranjang kecil yang selalu disandang pada badan kecilnya yang kuat dan tak kenal letih.
Kedengarannya sulit, memang. Tetapi ia tetap bersyukur karena masih bisa melakukan hal-hal yang setidaknya bisa membantu ibunya, tidak hanya meminta uang lalu pergi main seperti anak-anak lainnya.
***
Pada saat itu ada seorang wanita yang baru saja membeli kuenya, setelah membeli kuenya, wanita tersebut hendak menyeberang namun kesusahan karena banyak kendaraan yang melintas.
Bayu pun berinisiatif untuk membantunya. Ia berlari ke arah wanita tadi dan anaknya.
"Ada yang bisa saya bantu bu?" tanya bayu.
"Saya ingin menyeberang jalan dik, tapi banyak kendaraan." jawab wanita tersebut
"Bu, mau saya bantu?" tanya Bayu.
Wanita itu menoleh dan menjawab, "boleh."
Mereka kemudian berjalan perlahan ke tengah sambil bergandengan tangan.
"Terima kasih, ya dik sudah menolong saya." ucapnya tulus dengan senyuman yang lembut.
"Sama-sama, bu.." balas Bayu sambil bersiap untuk kembali ke tempatnya berjualan.
Bayu pun kembali menyeberang. Setelah sampai di ujung jalan, Bayu kembali berjualan seperti biasanya ia lakukan. Dia menawarkan kembali kepada beberapa mobil yang telah berhenti di lampu merah tersebut sampai seseorang keluar dari mobil tersebut dengan pakaian kemeja yang rapi dan juga celana jeans yang hitam dan panjang.
"Kamu sedang apa di sini dik?" ucap pria tersebut.
"Oh saya sedang berjualan kue Pak untuk menyambung kehidupan sehari-hari." jawab Bayu.
"Mengapa kamu lebih memilih berjualan daripada Sekolah? Kan seharusnya kamu fokus untuk sekolah dan belajar dengan tekun." tanya pria itu lagi.
"Saya terpaksa berjualan Pak, karena hanya ini satu-satunya jalan yang saya bisa tempuh untuk menghidupi keluarga kecil saya" ujar Bayu.
"Memang orang tuamu kemana dik, Kenapa kamu tidak bersekolah?" tanya pria itu kembali.
"Ayah saya meninggal saat saya kecil karena kecelakaan kerja, sedangkan ibu Saya sekarang hanya bekerja serabutan dan penghasilannya tidak cukup untuk menghidupi keluarga saya. Saya pun terpaksa berhenti sekolah pada saat kelas 8 SMP dikarenakan biaya yang tidak cukup untuk menanggulangi sekolah saya"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTI PERJUANGAN
Short StorySeorang anak bernama Bayu yang mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang tentara. Namun, karena keterbatasan biaya dan pendidikan dia terpaksa mengubur impiannya dalam-dalam. Namun, suatu hari ia bertemu dengan seorang yang benar-benar merubah kehid...