Di pagi hari yang dingin Reno harus memaksakan dirinya untuk bangun karena suara alarm terus berbunyi dengan keras. Iapun menekan tombol itu dengan malasnya.
Reno mengambil posisi duduk untuk mengumpulkan kesadarannya dan mengambil kacamatanya yang berada tepat di sebelah jam alarmnya. Setelah memakai kacamatanya, iapun beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
Karena jam di dinding masih menunjukkan pukul 05.00, akhirnya Reno memutuskan untuk berolahraga jogging untuk membuka harinya. Apalagi ini adalah hari pertama ia harus masuk sekolah setelah melewati waktu dua minggu liburan kenaikkan kelas. Jadi dia harus terlihat bugar di awal semester satu kelas 11.
Iapun langsung menuju luar rumahnya sambil menguncinya untuk menjaga keamanan, karena kedua orang tuanya sedang bekerja di luar kota saat ini.
Reno berlari-lari kecil sambil terus memerhatikan pola pernapasannya agar ia tidak mudah lelah.
"Reno, tumben kamu jogging?" tegur tetangga reno yang berjarak 3 rumah dari rumahnya.
"Oh gak apa-apa om, cuman lagi nyari udara seger aja sebelum belajar nanti di sekolah." Balas reno lalu meningkatkan langkah kakinya.
Tetangganya itu sedikit menghela nafas sambil terus menatapi punggung Reno yang kian menjauh.
"Kemasukkan apa tuh anak. Biasanya kerjaannya cuman nonton kartun di rumah.", ucapnya sambil tersenyum tipis.
• • •
Jam 07.00, para murid sekolah Dwi Dharma sudah memenuhi halaman depan sekolah untuk mengecek papan letak kelas mereka yang baru.
Banyak sekali murid yang berhimpit-himpitan untuk mengecek papan itu. Tak terkecuali murid cantik sekalipun.
"a-duh, permisi." Ucap seorang siswi yang memiliki tubuh yang bisa dibilang mungil dengan rambut dikuncir sebelah bagian saja.
Akhirnya ia berhasil keluar dari himpitan para murid yang terlihat seperti rombongan semut jika dilihat dari jauh itu.
Baru saja keluar, ia langsung dihampiri beberapa murid perempuan lain yang dikenalnya.
"Halo listy."
Gadis mungil itu membalas panggilan temannya itu dengan lambaian tangan sambil tersenyum.
"eh iya, kelas kita tahun ini deket kantin loh!", sahut teman yang lain.
"Wah bakalan enak nih, kalo mau ke kantin enggak usah jauh-jauh kayak dulu", balas Listy dengan wajah manisnya.
Tetapi raut wajah Listy langsung berubah menjadi muram dan bibirnya menjadi sedikit menekuk saat seorang siswi yang berperawakan dewasa dan tubuh yang prefeksionis lewat tepat di sebelahnya.
Gadis dengan tubuh prefeksionis itu menarik perhatian para murid-murid lain secara tidak sadar. Karena siswi yang satu ini memiliki wajah yang kurang familiar di lingkungan sekolah Dwi Dharma.
Teman Listy yang sadar akan perubahan raut wajah Listy mulai khawatir.
"Listy?" tanya temannya dengan wajah yang terlihat seperti berkata 'kenapa?'
Listy langsung tersadar dan tertawa sedikit untuk menghilangkan kekhawatiran teman-temannya.
"ehehe. Gak apa-apa, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepolos Edelweiss
Teen FictionReno, merupakan murid SMA biasa. Namun yang membedakannya adalah dia seorang otaku akut yang beruntung. Karena saat liburan kenaikan kelas, ia bertemu dengan seorang gadis yang menurutnya adalah malaikat. Karena meskipun penampilan pakaian dan wajah...