20.20Jam kini menunjukkan angka 8 saatnya makan malam, harusnya. Tetapi, jaemin enggan beranjak dari tempat ternyamannya rasanya masih kesal memikirkan bagaimana tehna menolaknya tadi pagi dan malah bersenda gurau dengan renjun sewaktu ia bermain tadi.
Jaemin sedikit iri.
Renjun mengetuk pintu kamar jaemin beberapa kali tapi tak disauti, jadi renjun hanya diam dan menemani tehna makan malam hari ini.
"Nana sini. Teteh punya makanan."
"Naaaa, teteh pulang! Kamu dimana?"
"Dongeng hari ini temanya apa ya? Nana mau apa?"Sedikit demi sedikit ingatan jaemin berputar tentang bagaimana tehna memperlakukannya. Tehna melakukan apapun yang jaemin mau, tanpa penolakan sedikitpun. Tehna juga tidak marah terhadap segala kesalahan Jaemin, sekalipun menghilangkan barang pentingnya.
"Na? Nana masih bangun ga?" Ucap tehna dari luar seraya mengetuk pintu, lamunan jaemin terhenti.
Jaemin beranjak menuju pintu hingga tepat berada didepan Mina.
Yang jaemin lakukan pertama kali hanya memeluk tehna seeratnya, menenggelamkan kepalanya pada bahu tehna, hampir menangis tapi ingat ada renjun yang tepat berada dibelakang tehna.
"Apaan bener, kek ga seabad liat tehna aja lo." Cibir renjun yang dihadiahi tawaan tehna.
"Sirik lo, mau gue peluk juga? Ulululu sini deh Jun." Balas Jaemin seraya berjalan kearah renjun sedangkan renjun hanya bergidik ngeri seraya turun kelantai bawah, secepatnya.
Sekarang, Jaemin dan renjun melanjutkan gamenya mengabaikan tehna yang sudah bosan melihat mereka berdua.
"Balik ke bandung kapan?" Tanya tehna penasaran.
"Minggu teh." Jawab renjun singkat.
"Minggu atuh teh geulis, apa teteh udah kangen aku? Kan Nana masih disini teh." Lagi lagi, renjun hanya bergidik ngeri, bagaimana bisa dia betah sekali berteman dengan jaemin selama bertahun-tahun.
"Ga, nanya doang."
"Ga salah lagi, teteh kangen banget sama nana. Kalau gaada Nana teteh tuh sepi banget sendirian gaada yang ngoceh ngeluh protes sama masakan teteh na, makanya cepetan lulus or weekend back to homelah na." Jaemin berbicara panjang lebar seakan akan ialah tehna dengan gayanya.
Renjun tertawa, "LUCU LUCU, JADI PENGEN PUNYA SAUDARA."
"Saudara angkat aja sana Jun." Balas tehna dengan gampangnya.
"Yaudah atuh jun, kamu jadi adik teteh sini, kan udah kenal teteh juga udah lama. Masa kamu ga nganggep teteh sih? Kecewa nih." Lagi lagi jaemin membaca jalan pikir tehna yang disengaja disembunyikan.
Renjun tertawa, dasar dua keping berbeda begitu pikir renjun. Sedangkan tehna hanya menjauhkan jaemin darinya memakai ujung kaki.
"Kapan selesainya?" Tanya tehna, lagi.
"Cintaku ke teteh gaada selesainya."
"Teh, tidur aja teh, cringe banget emang si jaemin." Cibir renjun yang dibalas amukan cibiran jaemin.
Sekitar jam 12 malam permainan mereka terhenti, jaemin dan renjun mengeluh karena tulang punggungnya nyilu, sedangkan tehna tidur dalam posisi duduknya.
Renjun mengantuk sedang jaemin memikirkan berat badan tetehnya, ingin membopong hingga ke kamar tapi takut tulangnya patah ditengah perjalanan.
Ingin membangunkan tapi takut nanti tehna pusing. Jadi jaemin masih berpikir sedangkan renjun malah merebahkan diri dibawah sofa dan mengapai mimpi.
"Teh tunggu ya, Nana ambilin selimut, teteh jangan bangun ya, capekan? Ini manusia ngapain goleran disini si anjir bikin susah aje."
-🍑 peachyglossie.
halo! Menurut kalian ceritaku flop banget ga sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS [ Na Jaemin ]
Short Story"Teh, tebak. Kenapa aku sayang banget sama teteh?"