PELANGI

70 7 11
                                    


Merdunya suara gemercik air dari kolam ikan membuat pikiran siapapun tenang. Ditambah dengan redupnya cahaya matahari menjadikan suasana nyaman. Seperti yang dilakukan wanita berumur 25 tahun ini. Duduk dipinggir kolam, sembari melempar makanan ikan dengan gerakan lamban. Entah apa yang dipikirkannya. Namun, sepertinya ada masalah yang dihadapi wanita ini.

Wanita berumur 25 tahun itu bernama Laura Andreas, lulusan Sarjana Administrasi di salah satu Universitas daerah Jakarta. Sekarang dia bekerja sebagai Staff HRD di PT. A.R.T. Laura anak pertama dari dua bersaudara.

“Laura, biarkanlah dia pergi.” Laura menoleh ke arah sumber suara. Ternyata ibunya yang berbicara.

“Iya, Ma. Laura sudah tidak apa-apa,” kata Laura, sembari menghapus air matanya. Pelukan dari Ibu Laura membuat air mata bertambah deras jatuh. Ibu Laura mengusap punggung Laura untuk menenangkannya.

Flashback

“Yank, janji kamu kapan dipenuhin?” tanya Laura pada kekasihnya.

“Secepatnya Baby. Aku akan usahain minggu depan.” Senyum Laura mengembang, meraih tangan kekasihnya lalu digoyangkan kekanan kekiri.

“Benerkan Yank? You don’t lie?” ucap Laura, memicingkan matanya.

“No Baby. I’m promise.” Jawab kekasihnya.

“Yeah...,”teriaknya, sembari meloncat-loncat kegirangan.

Kekasih Laura Andreas bernama Patrick Criston, Dia seorang arsitek dan mempunyai perusahaan sendiri. 28 tahun, umur yang terbilang muda sebagai seorang pengusaha. Baru dua tahun berjalannya perusahaan Patrick. Setahun yang lalu Patrick pernah berjanji pada Laura, akan melamarnya jika proyek besarnya berhasil.

“Kita pulang sekarang!” Laura mengangguk. Ia pun sudah lelah berolahraga selama satu jam di pusat olahraga gym.

Mereka berada di dalam mobil. Senyum Laura tak pernah pudar semenjak Patrick berjanji akan melamarnya minggu depan. Laura seperti anak kecil padahal umurnya sudah berkepala dua.

Setibanya di depan rumahnya Laura. Mereka tak kunjung keluar dari mobil karena Laura menahan tangan Patrick.

“Yank, aku mau meyakinkan sesuatu, boleh?” Patrick mengangguk sebagai jawabannya.

"You are sure of what you said?’ Laura membenarkan posisinya menghadap kearah Patrick.

Dengan cepat Patrick menawab “About what?’

“You will propose to me.” Patrick langsung menagkup kedua pipi Laura.

“Baby, listen to me. Aku tidak pernah sekalipun berbohong padamu. Jadi apa yang aku katakan adalah benar, percayalah padaku.” Patrick mencium kening Laura.

Tak terasa air mata Laura mengalir, berakhir sudah penantiannya selama lima tahun menjalin hubungan. Patrick melihat kekasihnya itu menangis lalu Ia menghapus air mata Laura dengan kedua tangannya.

Mereka berdua keluar dari mobil lalu masuk ke dalam rumah. Baru saja beberapa langkah masuk sudah disambut beberapa pertanyaan oleh sang nyonya rumah.

“Lama sekali di dalam mobil, habis berbuat apa kalian?” tanya Nyonya rumah. siapa lagi Nyonya rumah di sini selain ibu dari Laura.

“Apa sih, Mama.” Laura berlalu mengacuhkan Ibunya yang berdiri di samping sofa sembari melipat kedua tangannya.

“Ma, kita tidak berbuat apa-apa, hanya berbicara masa depan,” ucap Patrick sembari menyalimi tangan Ibu Laura.

“Masa depan, memangnya kalian mau menikah?” Laura mengangguk cepat, bibir melengkung ke atas memperlihatkan giginya.

“Wah, benarkah itu? Laura tidak menghayal kan.”

My YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang