Awal dan Akhir

366 151 13
                                    

Keresahan ini sudah berjalan lama. Tidak tahu mengapa setiap aku berusaha untuk tidak memikirkan suatu hal, suatu hal itu justru akan memengaruhiku lebih. Setiap perkataan seseorang terus membekas di kepalaku bagaikan suatu kalimat yang ditulis menggunakan tinta permanent. Sejak pertama kali bersekolah di sini, aku sudah merasa tidak nyaman. Tetapi menurutku hal itu sangatlah wajar karena berpindah sekolah yang tentunya mempunyai teman baru bagaikan mempunyai rumah baru. Dan kita memerlukan masa transisi sampai kita benar-benar nyaman di rumah baru tersebut. Akan tetapi, setelah berjalan lama rasa kertidaknyamanan ku tidak berkunjung usai. Hal itu dikarenakan teman-teman sekelasku. Ya, mereka yang kuanggap temanlah yang membuatku tidak nyaman bersekolah disini, aneh bukan?

Hari ini adalah hari selasa yang artinya hari ini aku harus pergi ke sekolah. Pergi ke sekolah merupakan hal yang sulit bagiku. Sejujurnya aku tidak mau, tapi apa boleh buat, aku tidak ingin melihat orang tuaku bersedih.

Jam beker membangunkanku pukul 05.30 pagi. Dengan berat hati aku bersiap-siap dan  pergi berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah biasanya aku langsung memasang earphone-ku. Tidak tahu mengapa hal itu dapat membuatku melupakan semua masalah hidupku sejenak.

"Eh... Eh... ada Wili si buruk rupa. Hey kerjain PR kita dong! Teriak teman-temanku.

"Ok." Jawabku singkat.

"Sombong banget sih hanya menjawab ok saja. Gausah sok-sokan deh."

"Udahlah kita pergi ke kantin saja, aku belum sarapan." Saut temanku yang lain.

Mereka berjalan melewatiku dan pergi ke kantin tanpa berterimakasih kepadaku yang notabenenya sudah ingin membantu mengerjakan PR mereka.

"Sungguh tidak tahu diri." Bisikku.

Tidak tahu mengapa setiap mereka menyuruhku untuk mengerjakan PR mereka aku merasa biasa saja. Awalnya dulu aku tidak terima, tetapi aku malah dirundung habis-habisan oleh teman-teman sekelasku, walaupun tidak semuanya terlibat. Mulai saat itu aku selalu dimanfaatkan oleh teman-temanku dan sampai akhirnya merasa  biasa saja. Malahan mengerjakan PR mereka menurutku sangat menguntungkan, karena hal itu dapat menjadi sebuah pecutan agar aku tetap belajar agar dapat meraih cita-citaku.

Sebenarnya dalam lubuk hati terdalam aku tidak nyaman. Bohong jika aku berkata aku tidak peduli dengan perkataan dan perlakuan mereka. Perkatan mereka selalu terngiang-ngiang di kepalaku. Tetapi, aku hanya berusaha menghibur diri dan meyakinkan diriku sendiri bahwa aku merasa biasa aja. Betapa bodohnya aku ini.

**

Jam istirahat berbunyi, aku mengeluarkan bekal makan siangku. Belum saja aku sempat membuka bekal makan siangku, tiba tiba

"Apa tuh, kelihatannya enak. Minta dong, kita kan teman sekelas. Masa makannya sendiri doing." Ujar salah satu temanku.

"Ambil saja jika kamu mau."

Dengan tidak tahu dirinya, tiba-tiba banyak yang meminta bekal makan siangku, padahal yang meminta hanya satu orang. Tapi lagi-lagi hal itu kuanggap sebagai hal yang biasa saja. Belum saja satu menit, bekal makan siangku sudah habis tak tersisa.

"Huft... apa boleh buat, aku harus ke kantin." Ucapku dalam hati.

"Biar aku tebak, pasti kau mau ke kantin kan." Tebak temanku

"Iya benar, maaf bisa minggir sedikit tidak? Kau menghalagi jalanku."

"Santai dong, ohiya besok-besok bawa bekal lagi ya, enak tau." Ucapnya tak tahu diri.

"Iya... iya... enak sekali tau, masakan ibumu memang terbaik." Tambah yang lain.

Setibanya di kantin, aku langsung memesan siomay kesukaanku di sekolah ini. Dengan cepat kuhabiskan karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

Wili dan Jerit Tangis Dalam HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang