I

400 117 92
                                    

"Semestapun tahu, tiada persahabatan yang murni antara kedua anak Adam tersebut. "

***

Orang lain menilai hidupku enak dan serba terpenuhi dan ya itu benar sekali. Aku lahir dan besar dari keluarga yang sangat berkecukupan. Tetapi ada satu hal yang mungkin tidak bisa aku dapatkan. Ah ya mungkin rasa terbalas olehnya, Ervano Putra Radhian. Tetapi tidak ada yang tidak mungkin kan?

***

Ervano Putra Radhian atau sering disebut Vano. Ganteng. Pinter. Juara kelas dan paralel. Cool. Cuek. Tetapi dia berbeda saat bersama sahabatnya yaitu Farra Claudia Orzie.

Farra Claudia Orzie. Biasa dipanggil Farra. Cantik. Sederhana. Ceria. Perhatian. Hanya sayang atau bahkan cinta dengan sahabatnya Vano.

***

Aku sekolah di SMA Bangun Cipta. Tak terasa sekarang aku sudah kelas 12. Ujian Nasional dan hari perpisahan akan dihadapi dalam beberapa bulan ini. Waktu terus berjalan bersamaan dengan angin yang berhembus.
" Van gak kerasa ya kita udah kelas 12 aja dan udah hampir 6 tahun kita sahabatan" kata Farra sambil mengayunkan kakinya.
" Hah? Emang iya? Bohong kali lu" Jawab Vano sambil cengengesan.
" Ih aku serius Vanoo!" seru Farra dengan muka sebal.
" Iya maaf ya Farra sahabatku yang paling baik sedunia" kata Vano sambil menangkupkan kedua tangan meminta maaf dengan muka konyolnya.
Lalu aku pun tertawa melihat kekonyolan sahabatku ini. Hahahaha. Dan aku melihat Vano tersenyum karena melihat aku sudah kembali ceria lagi. Ah hati ini adem sekali melihat senyumnya.

***

Jam pulang sekolah pun tiba. Aku menuju parkiran sekolah menemui Vano untuk pulang bersama. Tetapi saat aku sampai parkiran, aku belum melihat batang hidung Vano sama sekali. Kemana ya dia gak biasanya dia belum sampai parkiran terlebih dahulu.
Dari kejauhan aku melihat banyak perempuan-perempuan sedang bergerombol dan berteriak. Ah ternyata itu Vano yang sedang dikerubungi sama perempuan-perempuan itu pantas saja telat.
" Vano sayang sama aku yukk" teriak salah seorang perempuan yang mengerubungi Vano.
" Van sama gue aja lebih cantik,kaya. Ayo Van kita jalan!" sahut salah seorang perempuan lagi yang tidak kutahu namanya.
" Minggir lo semua! Pacar gue udah nunggu di parkiran kasihan dia kepanasan. Minggir!" bentak Vano kepada perempuan-perempuan itu.
Aku kaget mendengar perkataannya. Pacar? Mukaku memerah mendengarnya. Oh tidak Vano gak boleh liat mukaku saat ini. Lalu Farra pun membalikkan badan membelakangi Vano sambil menutupi mukanya yang memerah karena malu.
Tak beberapa lama, ada yang menepuk pundakku sambil membalikkan badanku mungkin itu Vano.
" Hei, udah nunggu lama ya? Maaf ya tadi jalanku dihalangi sama perempuan-perempuan centil itu" kata Vano dengan rasa bersalahnya.
" Iya gapapa, tenang aja Van" balas Farra sambil tersenyum.
" Oke,yuk kita pulang. Kamu mau ke suatu tempat dulu apa mau langsung pulang?" tanya Vano kepada Farra.
" Aku sih pengen nongkrong dulu pengen ngobrol-ngobrol sama kamu dan ada sesuatu yang pengen aku tanyain sama kamu" jawab Farra sambil menahan degub jantungnya.
" Siap,kita ke cafe aja ya sekalian belajar untuk persiapan UN" Kata Vano dan Farra menyetujuinya.
Selama diperjalanan tidak ada yang memulai percakapan. Semua sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Setelah sampai di cafe aku dan Vano berbincang-bincang ringan bersama tawa dan canda sambil belajar bersama.
" Van setelah lulus SMA nanti kamu mau lanjut kemana?" tanya Farra.
" Mungkin aku akan mengambil kuliah ke luar negeri Far. Aku akan mengambil jurusan arsitektur di Columbia University. Kalau kamu mau lanjut kemana Far?" tanya Vano balik.
Aku melamun terkejut mendengarnya. Artinya sebentar lagi aku akan berpisah dengannya? Ah aku tidak sanggup membayangkan itu.
" Hei kok malah melamun sih, aku tanya juga" kata Vano membuyarkan lamunanku.
" Oh iya hehe, aku sih lanjut di dalam negeri aja sih paling. Kasihan mama dan papaku nanti kesepian." Jawab Farra dengan pikirannya yang masih melayang.
" Bagus deh. Kamu belajar yang bener ya biar jadi orang sukses. Jadi gak malu-maluin kamu sahabatan sama aku. Hahaha" canda Vano.
" Iya Vano,berarti kita bakal pisah dong nanti? Kalau aku kangen kamu gimana?" tanya Farra dengan muka sedih.
" Demi cita-citaku Far menjadi arsitek terkenal dan profesional. Kalau kamu kangen ya tinggal telepon,video call atau skype aku kan bisa. Teknologi kan udah canggih Far gimana sih" jawab Vano.
" Hmm iya sih, semoga kamu bisa mewujudkan cita-citamu itu." Sahut Farra sambil menahan kesedihan dihatinya. Setelah lama keduanya terdiam Farra bertanya lagi " Van tadi kamu bilang aku pacar kamu maksudnya apa sih?"
" Oh itu. Ya biar perempuan-perempuan itu minggir aja sih. Mereka ngehalangin jalan aku ya aku bilang aja gitu" jawab Vano dengan santai.
DEG. Ternyata hanya itu alasannya. Kenapa hatiku ini merasa sakit ya padahal aku sudah tahu kalau dia tidak akan membalas perasaanku. Ah Tuhan kenapa jatuh cinta sesakit ini.
" Ayo Far kita pulang,udah sore nih nanti mamahmu khawatir lagi. Udah mendung juga" ajak Vano kepada Farra.
" Oke Van. Sebentar aku beresin buku-buku ini dulu" jawab Farra dan Vano mengaggukan kepalanya bahwa dia menyetujuinya.
Setelah sampai di rumah. Aku masuk ke kamar dan berbaring sambil menatap langit-langit. Kejadian tadi menjadi pikirannya saat ini. 'Apakah aku harus mengungkapkan rasa ini saat hari perpisahan nanti?' Tanyanya dalam hati. Tetapi aku takut akan kenyataan yang akan kuterima nantinya. Ah tidak aku harus siap dengan segala sesuatu yang terjadi nantinya.

Bertahan atau RelakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang