Part 1

10 4 0
                                    

Perkenalkan namaku Priscillia Fresriani Utami siswi kelas XI di salah satu sekolah favorit di Semarang. Tepat disebelahku berdiri, Cassandra Fradea Thealova yang biasa disapa Dea adalah teman sekelas sekaligus sahabat dekatku. Dea terkenal dengan imajinasi yang begitu konyol dan tak pernah segan untuk dipraktekan. Sampai suatu ketika saat pelajaran berlangsung Dea memikirkan hal gila untuk meluluhkan hati seorang laki-laki. Tak sempat terpikirkan siapa yang akan menjadi sasaran empuk untuk dimangsa, bel istirahatpun berbunyi. Semua murid-murid berlarian keluar kelas menuju ke kantin. Baru setengah jalan, tiba-tiba ada yang lari dan tak sengaja menabrak aku sampai jatuh ke lantai.

"Woi siapa sih? Ga punya mata yah! Jalan selebar gini dan lo masih nabrak? Sialan! Jangan pergi gitu aja dong!"

Orang tersebut pergi begitu saja tanpa memperdulikan apa yang aku bicarakan.

"Jangan marah-marah ga jelas gitu dong sama my handsome!"

"My handsome? Siapa?"

"Ya ampun, itu kak Reza. Masa udah tampan kayak gitu masih ga kenal sih cil?"

"Yah bodo amat!"

Memang saat itu aku tidak perhatikan secara jelas siapa yang menabrak tapi yang jelas aku kesal dibuatnya. Aku tidak tau sejak kapan aku membenci ka Reza tapi aku tidak menyukai orang yang memiliki jabatan tinggi namun bersikap seolah-olah dialah yang lebih tinggi.

***

"Cil, mau pesan makan sama minum apa?"

"Makan apa aja sih yang penting gratis. Tapi bakso kayaknya enak apalagi sambil minum jus jeruk. Uh nikmat De!"

"Kebiasaan deh! Bilang aja mau ditraktir makan bakso sambil minum jus jeruk, yah kan?"

"Aduh teman aku kok peka banget dikodein gitu"

Sambil menampakkan senyum yang paling indah untuk Dea. Dia memang teman yang paling baik sekaligus pengertian. Setiap hari dia bisa saja mentraktirku jika aku memintanya tapi sayangnya aku juga teman yang tak kalah jauh baiknya jadi tidak mungkin tega membiarkan hal itu terjadi.

"Cilla?"

"Apa?"

"Ih datar amat sih!"

"Yaudah ada apa Dea cantik?"

"Tau ga, ka Reza tuh tampan banget?"

"Ga tau"

"Ini aku kasih tau sekarang. KA REZA TUH TAMPAN BABGET!"

"Apa ga kedengeran?"

Dea kemudian teriak lebih keras.

"Ka Reza tuh tampan banget. Parah ini tuh tipe gue banget"

"Cinta emang buta yah. Gitu aja dibilang tampan padahal biasa aja. Mana ga sopan, apa yang mau dibanggain coba?"

Sambil senyum jahat ke arah Dea.

"Dasar ga normal!"

"Emang gue pikiran!"

Beberapa saat menunggu, makanan pun telah tiba.

"Makasih yah bu"

"Iya neng sama-sama"

***

"Pulang sama siapa Cil?"

"Kayaknya pesan ojol aja deh"

"Ka Dimas kemana? Kok ga jemput?"

"Dia lagi ke Sukabumi nganterin bunda ngejenguk nenek disana"

"Sendirian dong berarti?"

"Yah gitulah"

Beberapa saat menunggu di halte, jemputan Dea pun datang. Dea dijemput oleh kaka kandungnya yang bernama ka Agus. Ka Agus sempat mengutarakan perasaan kepadaku tetapi aku menolaknya dengan alasan ingin fokus sekolah. Alasannya klasik memang tetapi Dea juga tidak mendesakku untuk menerima kakanya itu karena dia tau cinta tidak bisa dipaksakan. Tapi aku tetap bersikap biasa saja kepada ka Agus karena bagaimana pun ka Agus adalah kaka dari teman dekatku, aku sudah menganggap ka Agus sebagai kakaku sendiri.

"Hallo ka!"

"Hallo juga Cil. Gimana kabarnya?"

"Baik dong. Kabar kaka gimana?"

"Kabar kaka kurang baik nih semenjak ditolak yang nanya barusan"

"Apaan sih ka Agus bisa aja deh"

"Yaudah yuk pulang Cil"

Dea mencubit kecil ka Agus.

"Ih kenapa sih jadi kaka tuh durhaka banget sama adek sendiri. Udah ditungguin lama mana panas-panasan juga eh pas nyampe kok ngeselin!"

"Hahaha.. gimana dong masa depan aku terlalu bersinar nutupin kamu de"

"Apa sih ka garing. Pulang deh pulang ga usah tptp sama Cilla!"

"Kamu naik taxi aja yah! Kaka mau anterin Cilla dulu kasihan jemputannya ga dateng-dateng"

"Ah kaka. Aku aduin ke bunda loh kaka suka ganjen sama Cilla! Biar diomelin. Kan kaka tau  sendiri bunda kalo marahnya gimana? Duh sebelas dua belas sama singa"

"Yaudah ga usah bawel!
Cil, ntar chat aku jangan lupa dibalas yah sayang!"

"Eh iya ka siap"

Kemudian Dea menaiki motor ka Agus dan berpamitan pulang.

"Cil aku sama ka Agus pulang duluan yah, bunda udah nungguin di rumah jadi ga bisa nemenin deh sampai ojolnya datang"

"Iya gapapa kok hati-hati yah! Ka Agus bawa motornya jangan balap!"

"Siap sayang!"

Motor ka Agus pun mulai menjauhi halte dan aku tetap berdiri seorang diri sampai mas ojolnya datang menjemput.

Nasib JOMBI (jomblo abadi) gini amat yah mau tidak mau harus tetap dijemput sama ojol.

_________________________________________

Btw ini first story yang aku publikasikan dari cerita-cerita yang pernah aku tulis sebelumnya tetapi belum sempat selesai karena ada beberapa problem. So, masih banyak typo yang bertebaran.
.
.
.

Keep reading yah guys:)
Ngebaca boleh, votenya jangan lupa!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ILY 3600 SeconTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang