00

56 35 6
                                    

Sudah seminggu ini hampir setiap hari turun hujan. Tapi hujan itu tak dapat meredam perasaan was-was para mahasiswa baru yang akan mengikuti UTS untuk pertama kalinya.

Berbeda dengan Lala, Lala justru merasa malas untuk berpisah dengan guling dan kasurnya. Lala merasa UTS ini adalah hal yang biasa. Dengan rasa malas Lala akhirnya bangun untuk bersiap-siap pergi ke kampus. Tanpa sarapan, seperti biasanya.
Lala berjalan gontai ke kampusnya dengan payung di tangan kanannya.

***

“Di, ngapain lo hujan-hujan berdiri disini?” Tanya Lala yang bingung melihat Dion di gerbang kampus.

Dion tak menggubris, hanya melirik Lala sekilas.

“Ihh dasar! Gue malah didiemin. Tau ah, bye!” Omel Lala sembari berjalan masuk meninggalkan Dion.

Dion memperhatikan sosok kurus yang berjalan lemas di depannya. Dion merasa ada kejanggalan, sejak mengenalnya saat ospek beberapa bulan lalu, gadis galak itu selalu terlihat lemas setiap hari. Padahal Lala rutin meminum vitamin dari sebuah botol yang selalu ia simpan di tasnya. Bukan hanya itu. Kebiasaan Lala menyikat giginya setelah makan juga membuat Dion sedikit curiga.

***

Hari ini adalah hari terakhir dilaksanakannya UTS. Sekeluarnya dari kelas, Lala langsung menuju ke kantin bersama Dion.

Mang, siomay 2 porsi ya! Kayak biasa!” Karena keadaan kantin yang sedikit ramai, jadi Lala sedikit berteriak.

Lala dan Dion memang membagi tugas. Lala yang memesan makanan, sedangkan Dion yang membeli minum di Mas Bob.

“Ditunggu di pojok, Mang!” Teriak Lala sambil berjalan kearah pojok, dimana meja favoritnya berada.

Terlihat meja itu masih kosong. Mungkin Dion masih mengantre. Lala bersyukur Dion belum sampai di mejanya, karena ia jadi punya waktu untuk minum ‘vitaminnya’. Jujur saja, terkadang Lala merasa risih saat Dion mulai bertanya tentang kebiasaannya minum ‘vitamin’.

“Udah diminum vitaminnya?” Tanya Dion tiba-tiba.

“Astaga, setan! Kaget gue,” umpat Lala.

Lala benar-benar terkejut dengan kedatangan Dion. Selain karena kedatangannya yang tiba-tiba, juga karena pertanyaan Dion.

Perasaan gue udah sembunyi-sembunyi minum vitaminnya, kok dia tahu ya? Batin Lala merespon pertanyaan Dion.

Heh! Cewek kok mulutnya kasar!” Omel Dion sambil memukul pelan mulut Lala.

“Itu gimana? Vitaminnya udah diminum?” Tanya Dion lagi, nada bicaranya mulai melunak.

Dih kepo amat hidupnya. Sok peduli, lo!” Lala menyahut kesal.

“Abis akhir-akhir ini lo keliatan lemes banget. Ke unit kesehatan yuk! Gue temenin deh,” ajak Dion.

Ogah males! Ini gue cuma kurang tidur aja karena UTS,” jawab Lala bohong.

“O,” jawab Dion asal.
Lala mendengus mendengar respon yang Dion berikan. Dan langsung menyantap siomaynya. Lala mengunyah siomaynya dengan kasar seolah siomay itu adalah Dion.

“Makannya pelan-pelan!” Titah Dion sambil memukul pelan kepala Lala.

“Mending gue makan ini siomay kasar daripada lo yang gue gigit!” Jawab Lala sinis, karena masih sebal perihal tadi.

Dion hanya terkekeh. Siomaynya telah habis. Kini fokusnya beralih pada Lala.

“Latihan ngga?” Tanya Dion datar. Hening sesaat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AdiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang