Seekor kuda hitam muncul dari gumpalan kabut tebal. Sementara itu dari angkasa menukik deras seekor burung rajawali berbulu putih keperakan. Burung raksasa itu berputar-putar di atas kepala seorang pemuda berwajah tampan yang rambutnya agak panjang tergelung ke atas. Pakaian yang dikenakannya adalah rompi putih. Dia menunggang kuda hitam yang berpacu cepat menembus kabut tebal.
Pada saat yang sama, tiba-tiba berkelebat sebuah bayangan merah dan langsung menyambar pemuda di punggung kuda hitam itu. Sambaran yang begitu cepat, sehingga pemuda itu tidak sempat lagi menghindar. Satu jeritan keras melengking terdengar menyayat mengiringi tubuh pemuda itu yang terlontar ke angkasa. Seketika rajawali putih berusaha mengejarnya. Namun belum sempat mencapai pemuda itu, mendadak dari angkasa meluncur seekor rajawali lain berwarna hitam pekat. Burung rajawali hitam itu mencelat bagaikan kilat menyambar tubuh pemuda itu.
"Rangga...!"
"Pandan…, Pandan, bangun…!"
"Oh!"***
Malam begitu pekat. Langit tampak menghitam kelam tertutup awan tebal. Malam ini angin seperti enggan berhembus. Sedikit pun tak ada gerakan pada dedaunan di belakang bangunan besar dan indah. Di tengah-tengah sebuah taman, nampak duduk seorang wanita muda cantik mengenakan baju biru ketat. Bentuk tubuhnya yang ramping dan indah membayang di balik baju birunya.
Gadis itu tidak beranjak dari tempat duduk sejak sang surya tenggelam tadi. Pandangannya lurus kosong ke depan. Sama sekali tidak disadari kalau ada seseorang menghampiri. Seorang gadis yang mengenakan baju hijau muda tengah melangkah pelahan-lahan.
"Kak Pandan... "
"Oh!" wanita berbaju biru itu terkejut saat merasakan tepukan halus di pundaknya. Wajahnya berpaling dan tersenyum melihat ada gadis lain di belakangnya. Digeser duduknya sedikit untuk memberi tempat."Sudah larut. Kau belum tidur juga?" lembut sekali suara wanita berbaju hijau muda itu seraya duduk di samping wanita berbaju biru yang ternyata memang Pandan Wangi.
"Adik Cempaka. Kau sendiri sedang apa di sini?" Pandan Wangi malah balik bertanya.
"Memperhatikanmu, Kak," jawab Cempaka seenaknya. Pandan Wangi tersenyum getir sambil menepuk-nepuk punggung tangan gadis itu. Sedangkan Cempaka memandangi raut wajah Pandan Wangi yang kelihatan gundah. Meskipun bibirnya menyunggingkan senyum, tapi terasa kalau amat dipaksakan.
"Sudah seminggu ini Kak Pandan kelihatan gundah dan suka menyendiri. Bahkan setiap malam berteriak-teriak, tapi tidak pernah menceritakan kenapa…?" terdengar serius kata-kata Cempaka.
Pandan Wangi tidak menjawab, tapi hanya tersenyum saja. Pelahan gadis berbaju biru muda itu bangkit berdiri seraya menghembuskan napas panjang. Pelan sekali kakinya terayun mendekati sebuah kolam yang dihiasi batu-batu karang tersusun, membentuk sebuah bukit kecil. Gadis itu memetik selembar daun dan melemparkannya ke dalam kolam. Tampak air kolam yang menghitam itu bergolak. Ternyata beberapa ekor ikan bermunculan berebut daun yang dilemparkan Pandan Wangi.
Sementara Cempaka masih tetap duduk di kursi taman yang terbuat dari rotan. Dia hanya memperhatikan saja tanpa berkedip. Sinar matanya memancarkan sesuatu yang sukar diketahui artinya.
"Kak Pandan rindu pada Kakang Rangga...?" tebak Cempaka ragu-ragu.
Pandan Wangi tersentak kaget. Dibalikkan tubuhnya dan ditatapnya Cempaka dalam-dalam. Tapi itu hanya sesaat saja, kemudian kembali dipalingkan mukanya, memandang ke arah lain. Sebenarnya Pandan Wangi tidak ingin Cempaka mengetahui perubahan wajahnya yang tiba-tiba. Tapi rupanya Cempaka sudah mengetahui keterkejutan Pandan Wangi saat nama Rangga disebut. Wajah gadis itu juga berubah memerah dengan bola mata berputar.
"Memang telah lama Kakang Rangga belum kembali. Yaaah... sejak kau hidup lagi," ujar Cempaka agak mendesah suaranya.
Pandan Wangi hanya diam saja. Memang sudah cukup lama dia tidak lagi melihat Pendekar Rajawali Sakti itu. Dan lagi sudah lama juga dirinya tinggal di Istana Karang Setra ini sejak hidup kembali dari kematian semu (Untuk lebih jelas, baca Serial Pendekar Rajawali Sakti. Dalam kisah "Bangkitnya Pandan Wangi"). Dan Pandan sendiri tidak membantah kalau hatinya memang merindukan kehadiran Rangga di sisinya.
Tapi yang membuat Pendan Wangi gundah dalam satu pekan ini, bukan karena hanya merindukan Pendekar Rajawali Sakti saja. Ada sesuatu yang mengganggu benak dan hatinya, dan hanya dia sendiri yang tahu.

KAMU SEDANG MEMBACA
33. Pendekar Rajawali Sakti : Manusia Beracun
AkcjaSerial ke 33. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.