20. Makan Malam

7.7K 1.5K 374
                                    

Taeyong berjalan dengan langkah sempoyongan menuju kamar Mimih. Setelah melakukan hibernasi sejak sampai di rumah pagi tadi, lelaki manis itu lantas terbangun ketika Babah menelponnya dan bertanya jika sang Ibu ingin memesan makanan apa. Saat itu pula Taeyong tersadar jika hari sudah sore, bahkan hampir menjelang petang.

Rasa lelah benar-benar bisa mengubahnya menjadi beruang.

Mimih yang sudah empat hari terserang penyakit tifus hanya mampu berdiam diri di kamar, sesekali ke ruang tengah untuk sekedar duduk dan menonton TV meski sebentar. Selama Taeyong berada di Jakarta, sang suami lah yang berganti peran menjadi Ibu rumah tangga. Saat pulang kantor, si lelaki paruh baya selalu membeli makanan atau sekedar lauk untuk istrinya di rumah.

"Mih, handphone Mimih mati?" Tanya Taeyong lalu duduk disamping sang Ibu yang tengah bersandar pada kepala ranjang.

"Iya, ada di ruang tengah. Lagi dicharger, kenapa Yong?"

Taeyong menggeleng pelan. "Tadi Babah nelpon, katanya nomor Mimih enggak aktif," katanya seraya membantu si wanita paruh baya turun dari tempat tidurnya. "Mimih mau makan apa?"

"Bilang aja ke Babah enggak usah beli apa-apa, Mimih udah bisa masak kok malam ini."

Berdecak kesal, Taeyong menyeret langkah Mimih menuju ruang tengah. "Mimih enggak boleh banyak gerak dulu," katanya lalu menuntun wanita itu untuk duduk diatas sofa. "Biar Taeyong aja yang masak kalau Mimih bosan sama makanan bikinan orang," katanya yang membuat Mimih terkekeh pelan.

"Yong... Mimih pengen makan nasi pecel buatan kamu."

Taeyong mengangguk paham. "Ya udah, Taeyong mandi terus ke pasar dulu. Bahan-bahan di dapur udah habis."

"Hati-hati," Mimih berkata seraya memandangi anak semata wayangnya berlari kecil menuju kamar.

Seperti yang Taeyong janjikan kepada sang Ibu, ia pergi ke pasar setelah membersihkan diri di kamar mandi. Bumbu-bumbu dapur juga bahan untuk membuat pecel pun ia beli secukupnya dalam waktu singkat agar Mimih tak menunggu lebih lama.

Berdasarkan cerita Abah, nafsu makan si wanita paruh baya menurun drastis empat hari belakangan. Namun mendengar wanita itu memintanya untuk memasak nasi pecel, Taeyong lantas bersyukur dalam hati. Artinya keadaan Mimih perlahan membaik.

Setelah selesai berbelanja, Taeyong pun bergegas kembali ke rumahnya. Ia kemudian disambut dengan senyum sumringah Babah yang memang masih di kantor saat ia pulang dari Jakarta pagi tadi.

"Akhirnya ya, Babah sama anak Babah enggak LDR-an lagi." Ucap si pria paruh baya sebelum mendekap Taeyong yang masih menenteng kantung belanjaan.

"Taeyong kangen banget sama Babah," ucapnya dan dihadiahi kecupan pada puncak kepala oleh Babah.

Taeyong tak henti-henti mengucap syukur dalam hati ketika mendapat perlakuan hangat dari orang tuanya. Meski Babah yang notabennya bekerja di instansi pemerintahanㅡterkadang banyak dinas dan pulang larut malamㅡnamun tak pernah sekalipun sosok itu membuatnya merasa seperti anak yang diabaikan.

"Abis belanja apa?" Tanya Babah seraya melepas dekapannya.

"Ini... Mimih pengen makan nasi pecel, Bah. Jadi Taeyong ke pasar beli bahan-bahannya."

Bergumam paham, Babah menepuk pundak Taeyong lalu berkata, "Ya udah, kamu masak sana. Kayaknya Mimih emang mau dimanjain sama kamu malam ini."

Taeyong mengangguk menyetujui sebelum melanjutkan langkah ke dapur dan meramu bahan-bahan yang tadi ia beli. Tak perlu waktu lebih dari satu jam untuknya menghaluskan kacang goreng sebagai bumbu utama, juga memotong dan merebus sayur-sayuran hingga menjadi pecel kesukaan Mimih.

Hiraeth | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang