Melodi

33 5 8
                                    

Rintik-rintik hujan dan suara halilintar membangunkan Melodi dari tidur lelapnya. Perlahan dia membuka matanya dan memalingkan pandangan ke jendela kamarnya. "Argh.. hujan turun lagi," desahnya perlahan. Sejenak dia teringat tentang kejadian waktu itu, saat dia masih duduk di kelas sepuluh SMA. Jika dia boleh memilih, dia ingin terlelap tanpa terbangun saat hujan turun agar dia tak mengingat masa lalu yang kelam itu. Begitu sangat kelam masa lalu itu,
"hapuskan memory tentang itu Ya Rabb..." desahnya lagi.

"Melodi, ayo bangun cepat. Katanya kamu mau ke toko buku?"

Terdengar perempuan paruh bayah memanggilnya, Bu Siti bibinya. Hari ini Melodi berencana ke toko buku andromeda untuk membeli komik seri terbaru anime favoritnya "Naruto". Walaupun Melodi sekarang menginjak 19 tahun dan berstatus sebagai mahasiswi salah satu universitas terkenal di Indonesia, tak membuatnya lepas dari kebiasaan lamanya, membaca dan menonton anime. Bagi Melodi anime adalah inspirasinya, setiap ending dari anime itu selalu berkesan serta amanat perjuangan bagaimana mendapatkan sebuah cinta dan kehidupan cintanya yang tak kalah mengagumkan.

Kalau berbicara tentang cinta, terkadang Melodi merasa iri dengan tokoh-tokoh yang ada di anime itu. Mengapa setiap kisah cinta yang indah hanya ada di anime?

"Melodi, kamu dengar gak?" teriak wanita itu sedikit emosi.

Bu Siti, adalah sosok perempuan yang selama ini dengan sabar merawat melodi. Ayah dan Ibu melodi sudah lama tidak tinggal di Indonesia. Mereka memilih tinggal di negeri gingseng demi menghidupinya dan membiayai kuliahnya. Sempat dia merasa iri dengan teman-temannya yang selalu berada di dekat orangtuanya.

"MELODI..." teriak perempuan itu sekali lagi dengan suara yang menggelegar bersamaan dengan suara halilintar

"Iya bibi, Melodi sudah bangun, melodi masih siap-siap" jawabnya setengah berteriak

Diambilnya handuk yang tergantung rapi di gantungan belakang pintu kamarnya. Dia segera bergegas ke kamar mandi, dia tak ingin mendengar ocehan bibinya lagi.

-

Dipandangi barisan buku yang tertata rapi diruangan bercat putih itu. Melodi membolak-balik dan meneliti satu persatu setiap cover halaman buku itu, "nah ketemu" ucapnya pelan saat ditemukannya komik naruto seri terbaru. Diambilnya buku itu, dan dia mulai menoleh kesana kemari memastikan apakah ada kursi kosong untuknya duduk.

"ehh, manusia setengah anime"

Tiba-tiba terdengar suara cowok yang serasa tak asing bagi melodi. Siapakah? dia menoleh cepat-cepat berharap itu bukan cowok yang dia maksud. Ternyata harapan melody meleset.

"Ngapain kamu kesini? Mau cari update terbaru anime? Atau mau lihat-lihat komik anime terbaru?" katanya lagi setengah menyindir

Sudah terbiasa melodi mendengar ocehan-ocehan seperti itu dari mulutnya. Namanya Devin, Dia adalah cowok sekelas Melodi yang hobby nya menyindir, malu-maluin, menjahilin dan membuat Melody seratus kali seribu derajat lebih dua ratus tiga puluh enam ribu delapan ratus *blablabla tak terdefinisi* marah. Akkh.. Difikir-fikir Devin persis sama Madara yang ada di anime naruto yang tidak berperikemanusiaan sama sekali.

"bukan urusanmu" jawab Melodi singkat seraya memalingkan muka dari Devin

"dasar cewek setengah anime yang gagal. Kalau kamu jadi tokoh di salah satu komik anime, itu komik gak bakalan laku. Haha.." kata Devin lagi setengah teriak sambil berjalan ke luar dari ruangan itu

"kamu tuh monster vampire kelas SD" kata Melodi perlahan setengah mencibir

Sosok Devin pun tak terlihat lagi setelah dia berbelok di pertigaan dekat toko buku itu. Dalam posisi yang masih berdiri, entah kenapa niat Melodi yang awalnya ingin membaca serial anime yang lain di toko buku itu tiba-tiba sirna. Dia ingin segera pulang. Dia ingin meluapkan kemarahannya, rasa kesalnya ke dalam coretan-coretan kecil di buku diary bersampul pink miliknya.

"huhh.. andai aku punya jutsunya sasuke, udah aku raikiri kamu vin" ucap Melodi kesal

Melodi pun segera ke kasir dan berharap cepat-cepat pergi dari tempat itu. Ini semua gara-gara Devin si monster vampire kelas SD itu.

"32.500 mbak.." kata petugas kasir mengagetkannya.

"oh iya, sebentar" jawabnya seraya mencari dompet di tas kecil miliknya. Namun yang dicari tak kunjung ditemukan. ditelitinya lagi, diobrak-abrik seluruh isi tasnya itu. Namun tetap saja tak ditemukan. Dan ahhh, baru melodi ingat ternyata dompet yang dicarinya tertinggal di meja belajarnya saat dia memasukkan uang sisa kemarin. "Bagaimana ini?, pakai credit card iya credit card, tapi mana mungkin, dompet saja nggak aku bawa. Bagaimana ini? Apa aku pulang terlebih dahulu untuk mengambilnya? Hah? jangan deh jangan, ini komik best seller, ntar malah gak kebagian. Ayo melodi berfikir.. berfikirrr..." Pernyataan seperti itu berkecamuk memenuhi fikiran melodi.

"bagaimana mbak?, banyak yang mengantri di belakang mbak" tanya petugas kasir mengingatkan melodi yang semakin membuat dirinya panas dingin tak karuan

"hmm.. anu mas, maaf dompetnya ketinggalan..." jawab melody sambil meringis serasa tak bersalah sama sekali

"ya sudah, mendingan sekarang mbak pulang ambil dompetnya terlebih dahulu, mau beli buku kok dompetnya pake acara ditinggal-tinggal" gerutu sang penjaga kasir yang berumur sekitar 24 tahunan itu

"ketinggalan mas bukan ditinggal" ucap melodi setengah emosi. "Bodoh banget sih itu penjaga kasir, mana ada orang meninggalkan dompetnya secara sengaja saat dia mau membeli sesuatu huhh" gerutunya dalam hati

"tunggu apalagi mbak?, di belakang mbak banyak yang antri mau bayar. Kalau mbak sudah nggak ada keperluan bisa keluar dari tempat antrian ini" kata penjaga kasir itu sinis

"Tapi..."

"biar saya yang bayarin" kata seorang cowok di belakang Melodi yang memutuskan pembicaraannya dengan petugas kasir cerewet itu. "sekalian totalkan sama buku saya" lanjutnya lagi

Melodi tak bisa mengucapkan satu kata pun. Bagaimana tidak, cowok yang membayarkan bukunya itu mempunyai paras yang sangat subhanallah. Kalau dilihat-lihat mirip tokoh Oz Vessalius di anime serial Pandora heart. Tuh kan, anime lagi, anime lagi.

"155.000 mas jumlahnya" kata penjaga kasir kepada itu Oz vessalius

"credit card" jawab itu cowok sambil memberikan credit cardnya ke petugas kasir.

Petugas kasir itu pun mulai menggesek credit card milik cowok yang mirip Oz Vessalius itu. "ini mas," kata penjaga kasir seraya mengembalikan credit card milik cowok itu

"hei, ini komik kamu." Kata itu cowok kepada melodi, tetapi Melodi tak menggubrisnya, dia masih shock memandangi wajah si cowok berwajah jepang itu. "hello... ini buku kamu, kamu nggak papa kan?" ucapnya lagi dipertegas sambil menggerakkan tangannya ke atas ke bawah di depan mata melodi

"e.. ohh iyaa" jawab Melodi setengah sadar sambil mengambil komik itu. "heh, ngapain kamu bayarin komikku? Jangan bilang itu modus kamu supaya bisa kenalan sama aku" lanjutnya marah-marah saat dia sudah benar-benar sadar.

"haha.. kamu itu lucu ya?" jawab si cowok sambil tertawa. Bagaimana tidak tertawa cobak. Ekspresi wajah melody yang awalnya gugup tiba-tiba marah-marah nggak jelas. Malu-maluin kan?. "aku haruka" lanjutnya seraya mengulurkan tangan

"huahahaha..." giliran melody yang tertawa terbahak-bahak. Si cowok itu pun heran, mungkin dia berfikir melodi ini gila. "namamu kayak nama cewek haha" lanjutnya masih tertawa.

"Hah? Nggak di jepang nggak di Indonesia, orang pasti bilang namaku kayak nama cewek" ucapnya murung. "terus nama kamu siapa?" lanjutnya sambil tersenyum manis kearah melody. Membuat melody serasa dihipnotis.

"aku melodi, tapi bukan berarti melodi yang biasa ada tangga nadanya" balas melody sambil tersenyum.

"melody yang ada tangga nadanya?, itu namanya not bukan melody" katanya lagi sambil tertawa, lagi lagi tertawa.

"i.. itu maksudku" jawab melodi malu. "ehh, ya sudah ya aku mau pulang duluan. Nanti uangnya aku ganti. Ini sebagai jaminannya" seraya memberikan kartu nama yang terselip di kantong Hp melodi dan segera pergi berlari ke arah tempat parkir motornya

"dasar cewek aneh" ucap Haruka perlahan sambil menatap kartu nama yang baru didapatnya.

Sesampai di rumah melodi langsung merebahkan tubuhnya ke kasur. Betapa sangat memalukan sekali kejadian yang dialaminya tadi. "Tapi, kalau diingat-ingat itu cowok manis juga. Senyumnya tak bisa hilang dari otakku. Hahh.. apa-apaan aku ini? nggak, pokoknya aku nggak boleh mikirin dia. Nggak boleh!" kata melodi perlahan.

Hujan, Anime dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang