Obat

31 7 0
                                    

Ayesha mengusap matanya yang basah, dia perlahan tersenyum melihat kalimat yang baru saja dikirim lewat pesan chat dari Reza.

"Kamu pulang sama siapa? Jangan naik angkot ya, aku gak lagi sama kamu"

Ayesha tersenyum kembali. Chat dari Reza mampu membuat ia lupa akan kejadian tadi di sekolah.

Ayesha berniat mengunjungi rumah Reza. Akhirnya Ayesha memberanikan diri untuk datang ke rumahnya. Lalu Ayesha berbicara pada supir taxi tersebut untuk ke rumah Reza.

Selama di dalam perjalanan, Ayesha melamunkan masalalunya.

Setelah kepergian Ayesha, Ussy pun turun ke lantai dasar dan ia melihat ada Reza yang sedang duduk di kursi.

"Za!" Panggil Ussy.

"Lah, Yesha mana kok malah kamu sih?"

"Tadi dia udah pergi duluan kok katanya mau ke lantai dasar buat ketemu sama kamu Za" ucap Ussy sambil mendekat mengikis jarak antara Reza dengannya.

Dari kejauhan, Ayesha melihat ada Ussy yang sedang berbincang dengan Reza. Ia baru saja keluar dari toko donut karena ia pikir Reza belum makan siang.

Ayesha tidak menghampiri mereka. Tetapi ia mendengar dari kejauhan.

"Za, gimana?" Tanya Ussy sambil menunduk.

"Apa?" Reza balik bertanya.

"Gimana kalau persahabatan kita ini malah kelewat lebih" ucap Ussy semakin menunduk.

"Udah ah jangan bahas itu. Aku mau masuk cari dulu Yesha" pamit Reza dan mulai berdiri dari tempat duduknya.

Ayesha yang mendengar ucapan Reza langsung membenarkan posisinya. Ia seakan sedang berjalan akan keluar.

"Sha, kok lama sih sayang?" Seakan melihat apa yang Ayesha bawa Reza pun bertanya lagi "kamu ngapain beli donut sih sayang?"

"Ya gakpapa takutnya kan kamu belum makan siang dari tadi" ucap Ayesha yang berusaha untuk bertingkah seolah baik-baik saja.

"Dasar" ucap Reza sambil menggandeng tangan Ayesha. "Jadi kita mau kemana?"

"Ke rumah kamu aja ya aku kangen mama kamu" ucap Ayesha manja.

Ussy hanya memperhatikan dari jauh. Dia harus mengubur semua perasaan yang aneh ini. Walaupun Ussy jauh lebih dekat dengan ibunya Reza, Ussy tidak pernah lagi diajak ke rumahnya oleh Reza. Ussy memang sudah bersahabat lama dengan Reza.

Mungkin Ussy benar-benar harus melupakan rasa aneh itu. Yang hadir secara tiba-tiba.

Ayesha dan Reza berjalan beriringan sambil bergandengan dan naik ke atas motor Reza. Tak perlu menunggu lama, merekapun pergi ke rumah Reza.

"Teh, ini sudah sampai" ujar supir taxi.

Sambil mengusap matanya lagi yang tanpa sadar ia menangis. Dengan setengah sadar dari lamunannya, Ayesha memberikan selebaran uang dan berterimakasih lantas keluar dari taxi.

Ayesha perlahan membuka pagar rumah milik mantannya itu. Ia gugup, sangat gugup. Ia perlahan melangkah sambil melihat-lihat. Semuanya masih sama tidak ada yang berubah hanya saja rumah ini terlihat lebih sepi dari biasanya.

Ayesha menekan bel. Dan sudah terdengar suaranya. Namun tidak ada jawaban dari dalam. Tidak ada tanda-tanda bahwa pintu akan terbuka. Ayesha semakin gelisah. Ada apa ini?

Ayesha melangkahkan kaki hendak pergi dari rumah milik Reza. Ia sudah mencoba menekan bel namun tak ada balasan dari dalam. Hati nya mendadak tidak tenang.

"Neng Yesha"

Ayesha menoleh dan didapatinya Aunty Reza.

"Nty" ucap Ayesha. "Kemana semua orang?" Tanya Ayesha kebingungan

"RS Melati kamar no 107. Pergilah"

"Maksud Aunty?" Tanya Ayesha kebingungan.

"Ceptlah, biar Aunty panggilkan Mang Yadi"

Ayesha pun pergi ke rumah sakit yang sudah diberitahu oleh Aunty Reza. Ayesha pergi bersama ojek yaitu Mang Yadi.

Ayesha memasuki lorong rumah sakit dengan kebingungan. Ia masih ingat perkataan Aunty Reza, kamar nomor 107.

Ayesha tidak suka rumah sakit. Karena menurutnya, rumah sakit sangatlah menakutkan

Ia menaiki lift karena kamar 107 ada di lantai dua.

Saat keluar dari lift Ayesha berjalan dan menghampiri ruangan yang bertuliskan 107. Ia mengetuk pintu dan mulai masuk.

Tak disangka, Ayesha sangat terkejut. Ia melihat Reza sedang berbaring di atas kasur rumah sakit dengan tangan diinfus.

Reza tertidur sangat pulas sekali. Ayesha mulai berjalan mendekati kasur yang ditiduri Reza.

Perlahan tangannya mengusap wajah Reza lembut, sudah lama ia tak merasakannya. Ia genggam tangannya itu sambil menarik kursi dan ia menduduki kursi tersebut.

Ayesha menggenggam kuat tangan Reza yang panas, badannya terasa sangat panas sekali. Ia menaruh tangan Reza di pipi sebelah kanannya untuk merasakan rasa sakit yang diderita Reza.

"Aku lemah banget ya Sha"

Ayesha spontan melepaskan tangan Reza tanpa aba-aba yang membuat Reza meringis kesakitan.

"Awww Sha, sakit tau"

"Eeh Za sorry Za. Mana yang sakit?" Tanya Ayesha panik.

"Udah lama aku gak liat muka kamu yang panik kaya gitu" ujar Reza sambil cengengesan. "Aku tuh sakit, gara-gara makan ramen yang pedas loh Sha terus kata dokter aku tipes coba sampe pake beginian" Reza menunjukkan infusan yang melekat pada tangannya.

"Kamu sih ngajakin makan ramen" ucap Ayesha cemberut.

"Yah kok malah kamu yang marah" ucap Reza setengah tertawa.

"Tapi kamu udah gakpapa kan sekarang?"

"Udah gakpapa sih kan obat paling ampuhnya udah datang" ucap Reza genit sambil mencubit pipi Ayesha lembut.

"Rezaaaaa ihhh!!! Sakit tau!!"

Bagi Reza kebahagiaan sekaligus obat paling ampuhnya adalah dijenguk oleh wanita yang paling dia sayangi paling dia cintai. Dia Ayesha, tetap Ayesha bukan orang lain.

Reza hanya tau ia mencintai setulus hati pada Ayesha, namun entah mengapa dulu Ayesha menyuruhnya putus.

Alasan yang masih menjadi misteri.

"Sha, aku cuma butuh kamu kok. Yang selalu ada buat aku" ucap Reza lembut sambil mengusap pipi Ayesha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang