Takut

0 0 0
                                    

Hari ini dia datang padaku. Lagi.
Dengan menggebu-gebu.
Dapat kurasakan.
Perasaannya begitu bahagia, membuncah, hingga nampak rona merah muda penuh kebahagian menyelimuti wajahnya.
Tapi, pertemuan kali ini berbeda.
Dia tak hanya ingin bertemu denganku, ibuku juga.
Dia juga tidak datang seorang diri, tapi bersama kedua orang tuanya.

Tiba-tiba perasaanku tak enak.
Sesuatu yang tidak kuharapkan, sama seperti sebelum ini, pasti terjadi.
Dan yah,
Dia mengatakannya lagi, untuk yang kesekian kalinya!
"Aku ingin kau mau menikah denganku. Menjadi teman hidupku, yang mendampingiku hingga habis usiaku."
Di depan ibuku, dia berkata seperti itu.

Sam, sudah berapa kali ku katakan.
Aku tak ingin menikah.
Dalam hidupku, tak ada fikiran sedikitpun untuk menjadi bagian hidup orang lain.
Kau tahu itu.
Aku takut.
Aku takut dikhianati, seperti ibuku dikhiantai ayah.
Aku takut dicampakkan, seperti ibuku dicampakkan ayah.
Aku takut.
Hidupku hanya penuh dengan ketakutan itu.

Kau kan mengerti, selama ini, tidak pernah aku mencintai seseorang.
Kaupun.
Aku tak pernah mencintaimu.
Selama ini, kau hanya ku anggap sebagai teman lawan jenis biasa.
Tidak ada yang special.
Tidak akan pernah.

Mulai sekarang, jauhi aku.
Aku tak ingin kau terluka terlalu banyak.
Biarlah, biarlah setelah ini kau membenciku.
Toh, memang itu yang kuharapkan.
Agar kau segera menjauh dariku, dan mencari orang lain yang lebih pantas dariku, yang bisa tulus menerima cintamu, yang tidak memiliki masa lalu kelam, dan memiliki rasa cinta di hidupnya.

Pergilah sam.
Bawalah semua yang telah kau beri padaku, harapan, kasih sayang, dan juga cinta.
Bawalah semuanya.

Hingga beberapa waktu kemudian, aku mendengar kabar.
Sam ditemukan terapung di sungai han.
Tubuhnya membeku.
Ditemukan surat di dalam sepatu yang ditinggalkannya di tepi sungai.
Dan dari surat itu, yang ternyata tertuju padaku, aku mengerti.
Ternyata cinta hanya obsesi.
Tak ada ketulusan dalam cinta.
Tak ada kebaikan yang kan didapat dari cinta.
Cinta adalah omong kosong tentang perasaan manusia.

Sejak itu, aku menjadi semakin dingin.
Aku hanya hidup berdasarkan fakta dan logika.


























Teruntuk ayah, yang telah membuatku hidup seperti pendosa.
Aku ingin kau tahu, bahwa rasa benciku padamu, tidak akan pernah berkurang. Sebelum kau bersujud dan meminta maaf pada ibu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hanya Sebuah OretanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang