Seorang gadis berumur 16 tahun, sekarang ia duduk di kelas 11 SMA yaitu masa peralihan dari lugunya kelas 10 menuju keangkuhan kelas 12. Rey Natasya anak yang pandai,menarik dan memiliki segudang prestasi. Tak jarang banyak laki-laki yang mencoba untuk mendekati dia. Siapa juga yang tidak tertarik dengan dirinya, kulit yang putih,wajah yang natural dan mulus, tinggi dan postur tubuh yang pas, belum lagi rambut yang selalu terurai.
" Cantik!" siswa laki-laki bergumam kecil ketika Rey sedang melewati koridor kelasnya. Alfonso namanya, dia laki-laki yang biasa-biasa saja tidak mempunyai keistimewaan khusus seperti halnya Rey.
" WOI! Biasa aja kali ngeliatnya." Evan mengagetkan Alfonso yang sedari tadi terfokus kearah Rey yang sedang berjalan ke pintu kelasnya.
" APAAN SI LO NGAGETIN AJA." Alfonso membalas perkataan sahabatnya dengan nada tinggi dan tatapan tidak suka.
" Lu demen ya sama tuh cewek?" Ledek Evan.
"SOK TAU LU JELEK!" Alfonso langsung menolak pertanyaan Evan dengan cepat.
" DIH? Elo tuh yang jelek,jangan ngarepin Rey lah, lo sama dia bagaikan langit dan bumi,ngaca gih." Sehabis kalimat menyakitkan itu,Evan langsung pergi meninggalkan Alfonso yang masih diam.
Bukan perasaan jengkel yang dirasakan Alfonso karena perkataan Evan, tetapi dia marasa senang karena dia mengetahui nama gadis itu.
" Oalah namanya Rey." Alfonso berkata dengan nada yang lebih rendah,takut ada yang mendengarnya lagi. Alfonso masuk kembali kedalam kelas sebelum menutup pintu ia melihat kearah koridor kelas Rey "Oke, Rey kelas 11 IPS 5."
***
"Rey,nilai sejarah lu 100 anjir." Teriak Hanna saat Rey memasuki kelasnya.
Teriakan Hanna tidak direspon oleh Rey dia hanya melihat sekelas kearah Hanna lalu duduk di bangkunya.
" Elah wajar kali kalau dia dapet 100,namanya juga Rey." Gerry yang berdiri di dekat Rey berteriak juga sambil mengedipkan sebelah mata kearah Rey..
" Apaan si lo,jijik." Akhirnya Rey angkat suara, Rey mengambil earphone di tasnya juga buku dan tempat pensilnya. Ia berniat menyelesaikan rangkuman pelajaran agar dia lebih mudah mempelajari materi yang nanti dibawakan guru jam pertama.
Jam pertama dimulai, Rey sedang mencatat semua materi yang ada di proyektor sambil menghias catatannya dengan stabilo-stabilonya yang lucu-lucu.Tiba-tiba seseorang membuka pintu dan meminta izin masuk kepada guru yang sedang mengajar.
" Permisi Pak,saya izin mau manggil Rey. Tadi di suruh Bu Gea untuk ke wakasek." Ujar dirinya sambil mencari keberadaan Rey
" Oalah iya, Rey silahkan." Pak Yanto mengizinkan Rey untuk keluar kelas
" Gua disuruh ngapain si ?" Tanya Rey kepada laki-laki di sebelahnya yang dia sendiri tidak tahu siapa lelaki disampingnya ini
" Engga tau,tadi gua ga nanya. By the way nama gua Satria gua tadi disuruh Bu Gea buat ke wakasek tapi gua disuruh manggil lu dulu." Jelas Satria panjang lebar.
" Oh."
Di ruang wakasek Rey diminta untuk mengikuti olimpiade ekonomi. Tetapi Rey tidak minat sama sekali,dia memang pintar tapi dia lebih memilih untuk mengukir prestasi dibidang lain.
" Ma-af bu,saya gabisa. Saya mau persiapan untuk penampilan Band,kemarin Pak Reza sudah menghubungi saya."
" Oalah yasudah,kalau memang itu sudah pilihan kamu, Ibu tidak memaksa."
" Terima kasih bu, saya boleh kembali ke kelas?"
" Tentu saja,silahkan."
Rey pun keluar dari ruang wakasek dan menyadari bahwa Satria tidak ada di ruangan wakasek.
KAMU SEDANG MEMBACA
l a r a
Short StoryPengalaman yang pahit terkadang membuat kita trauma. Takut untuk memulai sesuatu,seperti yang dirasakan gadis ini, trauma akan masalalunya membuatnya takut untuk jatuh cinta.