Kedua

43 17 4
                                    

"Nin, kita mau ke watsons, guardians atau the bodyshop? Gua gangerti gitu-gituan. Sayang banget ga si uang gua. Mending buat beli chatime." Kata Ara saat dirinya tiba di mall. Ia bersama Nindi ingin membeli beberapa skincare dan make up untuk menjadi cantik tentunya.

"Lu mau cantik kagak? Cantik itu emang mehong say. Mulai sekarang lu makan tahu tempe aja biar hemat. Biar bisa beli skincare." Kata Nindi

"Yauda iya, ayooo cemungutt pelatih syantik akohhh." Kata Ara alay dengan nada menggelikan.

Ara dan Nindi membeli beberapa skincare lokal. Mereka membeli produk lokal agar lebih menghemat biaya.

Nindi mengajarkan Ara cara menjadi syantik ala dirinya sendiri.
"Nih Ra, pertama kalo mau jadi cantik itu lu harus banyak senyum. Jangan sampe muka lu asem pahit sepet." Ara hanya mengangguk sambil mempraktekan ajaran Nindi.

"Terus yang kedua, cantik itu perlu modal. Lu harus skincarean rutin. Gaboleh males-malesan." Ara kembali mengangguk-angguk

"Nah terus yang ketiga, badan lu juga harus bagus. Cantik emang nyiksa. Tapi ya gimana. Lu harus diet, harus work out rutin." Tambah Nindi

"Ya ampunnnn.. bisa ga ya gua? Ribet amat si jadi cewek tulen." Ara merasa dirinya lebih baik masang susuk daripada harus mengikuti arahan Nindi.

"Nah yang terakhir, inner beauty. Oke gua tau itu bullshit banget. Tapi inner beauty juga mempengaruhi penilaian cowok terhadap lu. Cowok bakal suka sama cewek yang baik yang bisa bikin dia nyaman." Ujar Nindi sok bijak.

"Halah apaan tuh inner beauty. Kalo cowok zaman sekarang lebih mentingin hati daripada muka, cewek juga pasti berlomba lomba benerin akhlak, bukan benerin make up." Kata-kata dari mulut Ara tersebut lebih terdengar seperti umpatan kesal.

"Iya deh iya, apa kata lu aja." Nindi yang malas berdebat hanya mengiyakan.

Mereka membeli banyak jenis skincare dan make up. Ara membeli facial wash, toner, serum, sleeping mask, cream wajah siang dan malam serta masih banyak lagi. Sedangkan Nindi membeli berbagai macam make up khas remaja.

"Nin, gua ngerasa langsung miskin seketika." Ujar Ara lemas karena uang tabungannya untuk membeli kolam coklat terpakai untuk membeli benda yang menurutnya tidak penting.

"Perjuangan woi! Mau cakep ga si lu? Ga ikhlas amat jadi manusia." Nindi menggerutu.

"Nin, kapan-kapan nginep dong di rumah gua. Ajarin cara make ini semua gimana. Cuma dicocol terus diolesin ke muka kan?" Tanya Ara bingung.

"Iya nanti kalo ortu gua keluar kota. Sekalian numpang idup gua di rumah lu." Balas Nindi.

Setelah mereka berbelanja ria di mall, mereka pulang masing-masing karena rumah mereka berlawanan arah. Nindi dijemput supirnya, sedangkan Ara memesan ojek online.

Nindi sudah pulang duluan, tetapi Ara masih menunggu ojek online pesanannya di depan lobby mall.

"Mas Eko ya?" Tanya Ara saat ada ojol menghampirinya.

"Mbak Cantik?" Ojol tersebut malah balik bertanya.

"Iya mas, hehe." Ara tertawa canggung. Ia merasa malu dengan namanya sendiri

"Mbak Cantik gapapa naik motor saya? Ini motor bebek. Gamau dicancel aja?" Tawar ojol tersebut. Ara mendengus. Lagi-lagi fisiknya mempersulit dirinya.

"Gausa mas gapapa." Tukas Ara singkat.

Sepanjang jalan Ara hanya melamun. Ia memikirkan bagaimana caranya agar bisa menjadi perempuan bertubuh ideal. Ia berfikir kalau mungkin ia lebih baik menurunkan berat badannya terlebih dahulu.

Saat sampai di rumah, Ara langsung memeluk mamanya. "Mamaaaaa.. Ara mau diet, bantu Ara diet ya mah. Mama mulai sekarang masak sayur aja ya mah, jangan makanan berlemak."

"Lho lho lho.. kamu kenapa? Kamu lagi suka sama cowok ya?" Tanya mama Ara heran.

"Mah Ara mau jadi cantik. Ara mau jadi cewek tulen mah... Huaaaa..." Ara malah menangis sejadi-jadinya. Rasanya ia perlu meluapkan kesedihannnya dengan menangis semalaman.

"Kamu udah cantik sayang, kamu lupa? Nama pertama kamu kan 'Cantik'. Itu bentuk doa mama sama papa biar kamu tumbuh jadi pribadi yang cantik. Bukan fisik kamu aja yang cantik, tapi hati kamu juga. Ngerti kan maksud mama?" Mama Ara mencoba menjelaskan. Ia tidak ingin anak kesayangannya menjadi tidak percaya diri.

"Iya mah, Ara ngerti. Tapi Ara mau jadi lebih baik mah. Anggap aja ini cara Ara bersyukur sama tuhan, dengan cara merawat tubuh Ara." Ara balik menjelaskan. Ia ingin mamanya mendukung dietnya. Ia ingin berubah. Sangat ingin. Sudah cukup masa-masa ia dibully dan dicemooh.

"Yauda. Kalo emang menurut kamu itu baik buat kamu, mama bakal dukung kamu terus," Mama Ara terharu. Ia merasa anaknya yang dulu kekanakan sudah tumbuh dewasa sekarang. "Tapi kamu harus ingat, punya kekurangan itu wajar, sayang. Ga ada manusia yang sempurna. Ntah bagaimanapun kamu mencoba untuk menjadi sempurna, kamu bakal tetap memiliki kekurangan. Kesempurnaan  itu cuma milik Tuhan." Lanjut Mama Ara

"Makasih Mamaaa... Ara sayang banget sama mamaa..." Dan akhirnya mereka berpelukan seperti teletubbies.

CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang