Part title

120 30 11
                                    

3.00

Duk..duk..

Duk..duk..

Lagi dan lagi suara itu muncul. Kali ini aku tidak dapat menahan rasa kantukku, aku yang baru tidur 2 jam lebih tidak dapat melakukan apa-apa. Akhirnya aku pun memutuskan untuk kembali tidur dengan menutup kedua telingaku dengan bantal.



Namaku andy, aku berusia 15 tahun dan aku tinggal bersama nenek dan kakakku, ke2 orang tua ku sudah berpisah sejak aku berusia 10 tahun dan kini ibuku sedang menjadi TKW di hongkong, ayahku...hmm sampai sekarang aku tidak mengetahui kabar dan keberadaanya, bukannya berarti aku tak mau bertemu dengannya, namun dia yang meninggalkan kami tanpa jejak apapun. Kakakku berusia 23 tahun, dia sudah bekerja di salah satu pabrik di daerahku, terkadang shift kerja yang sering dia dapatkan adalah shift malam jadi di malam hari yang ada di rumah hanyalah nenek dan aku.



Aku pun memiliki rumah yang bisa dibilang cukup besar, setelah alm kakekku meninggal, warisan yang didapat ibuku dia belikan sebuah rumah bernuansa jogja ini, oh ya rumah ini baru saja 5 tahun kami tempati. Sebelumnya ketika ayah dan ibuku masih bersama, kita tinggal di sebuah rumah minimalis di salah satu perumahan. Namun setelah mereka pisah, kami pun langsung pindah ke rumah yang dibeli oleh ibuku ini. Dari awal sebenarnya aku tidak merasa nyaman dengan rumah bernuansa jogja ini, dari banyak cerita teman-temanku yang aku ajak untuk berkunjung ke rumahku ini, mereka sering berkata "apa kamu tidak takut ndy?"

Namun, aku juga tidak mungkin bilang kepada ibuku tentang hal tersebut.



Dan, di rumahku ini di halaman belakang tepatnya terdapat sebuah joglo yang konon joglo tersebut menggunakan kayu yang sudah berumur puluhan tahun. Bagi sebagian orang hal tersebut cukup menarik karena semakin lama kayu yang digunakan semakin tinggi harganya, seperti tanteku yang pengusaha kayu di bantul jogja, ketika dia mengetahui ibuku akan membeli rumah ini, dia sangat setuju karena dengan nuansa yang dimiliki dan jogjlo yang berumur puluhan tahun tersebut. Aku jarang untuk pergi ke joglo,walaupun joglonya tidak terlalu besar sebenarnya aku selalu merasa banyak yang melihat jika sedang berada disana. Untuk menghilangkam rasa cemas itu, kakakku akhirnya membuat sebuah kolam ikan dengan pancurannya yang deras,dan kami juga memelihara beberapa kucing yang diletakkan di halaman belakang guna untuk menghilangkan rasa sepi dan seram di joglo tersebut.

Sebenarnya rumah kami dikelilingi tetangga yang ramah dan tidak ada rumah kosong di dekat rumahku, semua rumah berpenghuni dan tidak jauh dari rumahku terdapat pos satpam yang setiap saat selalu ada yang berjaga disana dan terdapat warung babeh yang menjadi warung terlengkap di komplekku dan menjadi tempat nongkrong ibu-ibu, bapak-bapak , dan bahkan anak-anak.Jadi untuk masalah keamanan bisa dibilang cukup aman dan terjamin. Rumahku ini terdiri atas 2 lantai, dan 3 kamar. Kamar dibawah adalah kamar nenek dan ibuku, karena nenek lelah jika harus naik turun dari atas ke bawah. Kamarku dan kakakku pun berada di atas. Dan kesalahan ku adalah ketika pertama kali memilih kamar aku memilih kamar dengan kamar yang memiliki jendela, dan jendela tersebut ternyata menghadap ke bawah halaman belakangku dan jika melihatnya kebawah pandangan mata akan tertuju pada joglo.Saat itu aku tidak menghiraukan hal itu karena selain bisa melihat joglo, bisa juga melihat empang dengan beberapa pohon kelapa di sekelilingnya. Aku pun berpikir "wah keren nih kalo sunset" ternyata hal tersebut salah, karena hanya terjadi beberapa saat saja dan ketika malam datang yang ada hanyalah gelapnya empang dan hayalan hayalan tentang sesuatu mahkluk tak kasat mata.

Nona jogloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang