🌑🌑🌑 🌑🌑🌑
Di Sumatra Selatan, 13 Agustus 1947, jam 10:00 malam.
“Heh cepetan!, jangan sampe ketahuan suku sekitar” kata lelaki misterius berjubah hitam 1
“Yah kalo ketahuan juga elo yang gue serahin jadi makanan mereka” sahut kesal lelaki berjubah hitam 2 sebelahnya
“Sudah cepat, sebelum ketahuan” kata lelaki berjubah hitam 1 yang sedang memegang senternya dengan gemetar, matanya menyisiri tempat itu, terlihat dinding-dinding tua yang berlumut dan rusak yang siap runtuh kapan pun
“Menurut buku legenda yang gue temuin di peti jenazah raja Candra, Ring of Toto dapat memberi kita keabadian seperti raja-raja suku kufukiland” jelas lelaki berjubah hitam 1
Mereka mulai menggali makam raja Candra 2, perlahan lahan, pupil mereka mulai membesar, terfokus pada cahaya silau yang terpancar pada dalam makam raja Candra 2
“Ini dia The ring of Toto yang disebutkan dalam legenda! Kita akan abadi! Kita bakal jadi raja hutan ini!” Seru lelaki berjubah hitam 1
“Ya! Kita bakalan jadi orang terkaya di dunia” sahut lelaki jubah hitam 2
Niat jahat lelaki misterius berjubah hitam 1 mulai muncul sesaat setelah melihat cincin terkutuk itu “Siapa Lo, nge-hm cincin gue, Cuma gue yang pantes jadi raja, bagaimana bila kudorong saja dinding disebelahnya”
“Heh, gue keluar dulu ya, mau BAK bentar, udah kagak tahan nih” modusnya
“Ohh ok”
Lelaki misterius berjubah hitam 1 itu berjalan keluar, dan langsung memulai rencana licik nya, dia dorong dinding yang berada tepat dibelakang temannya, BRUAAAKK, dinding itu meniban temannya hingga tewas, tetapi suara kencang itu dapat terdengar sampai ke desa suku sekitar sehingga membuat penduduk suku-suku kanibal itu berlari menuju sumber suara itu seperti gerombolan ikan.
Sreek sreek sreek
“Siapa itu? Keluar kalian! Apa yang kalian mau hah?” teriak lelaki berjubah hitam itu ketakutan, tangan nya mengayun-ayunkan kayu ketakutan, matanya menjelajahi sekitar
Keluar lah mereka satu per satu dari kegelapan hutan, mengepung lelaki itu seperti ingin memakannya, tetapi bukanya menjadikan lelaki berjubah hitam itu sebagai makanan, mereka malah bersujud didepannya menganggap nya sebagai raja mereka
“hah!? Apa karena cincin ini? Iya ini pasti gara-gara cincin ini! Ya gue adalah raja kalia- tidak, gue itu Tuhan kalian, sembah gue wahai makhluk-makhluk tak berotak!” teriak si lelaki berjubah hitam itu secara angkuh
10 tahun kemudian, ada seorang anak bernama Lutung, Ibu dan bapaknya selalu sibuk bekerja diluar kota, mereka hanya pulang kerumah setiap 6 bulan sekali, keluarga lutung hidup kekurangan, keberuntungan Lutung mampu membuatnya bersekolah disekolah SMAN 1 Melati, sekolah yang cukuo bergengsi didaerahnya.
“eh tung, lo liat kagak berita semalem ada pesawat jatoh pas banget disupermarket, di solo, korbannya banyak banget loh” Bilang Jono dengan heboh sambil mengoyang-goyangkan pundak lutung
“hah? Kagak, kemaren gue main basket ama anak-anak, kok bisa ya jatohnya ditempat rame begitu?” balas Lutung
“katanya sih gara-gara pilotnya mabok terus lupa nyalain auto pilot nya” kata Jono
Kriiing kriiing kriiing
“Selamat Pagi Anak-anak, sekarag kita akan mempelajari matematika bab 4, buka halaman 95!” Ujar guru matematika
“Eh tung toilet yo, bosen gue dikelas” Ajak Jono
“Ayu dah sama gue juga, kagak ngarti gue” kata Lutung
Mereka pun pergi ketoilet sambil muter-muter sekolah menghirup udara segar, karena otak mereka mulai panas
“eh ngomong-ngomong orangtua lo kerja apaan tung? Gue kagak pernah liat emak bapak lo dirumah” Tanya Jono
“oh bapak gue kerja diluar kota jadi kasir dsupermarket, kalo ibu gue kerja jadi pelayan direstoran, sama diluar kota juga, pulangnya 6 bulan sekali, jadi jarang-jarang gue ngobrol ama ortu gue” Jelas Lutung
“Wah sepi amat ya hidup lu, kapan-kapan gue nginep lah dirumah lo” pinta Jono
“Sok we atuh, mau kapan?, eh jon kantin yo” kata Lutung
“ayo, gue udah laper nih, jadi kagak bisa mikir”
“Yah it mah emang elo nya aja yang kagak bisa mikir dari kecil” Canda Lutung sambil menepuk punggung Jono
Mereka makan sambil berbincang-bincang tentang kampus tujuan mereka, ternyata Jono ingin kuliah diluar negeri bila ayahnya jadi membuka restoran di amerika, sedangkan Lutung ingin langsung bekerja membantu kedua orang tua nya, karena dia merasa sudah sangat membebani kedua orangtua nya.
“eh udah yo, udah mau ganti maple biologi, guru killer hahaha” ajak Jono
“iya ya, nanti disuruh nyanyi didepan, bahaya tuh!” balas lutung
Mereka akhirnya segera pergi dari kantin menuju kelas
“woy tung sini dah! Papan nilai udah dipasang tuh” teriak Raden sambil menunjuk papan nilai disebelah aula
“apaan dah rame-rame”
Disana terlihat teman-teman kelas 12 berkumpul dipapan nilai melihat seksama nilai hasil UAS mereka, disana terpapang nama Lutung dipapan bagian paling atas, dengan nomor 1 dan nilai yang sempurna,
“wahh si Lutung Ranking 1 sekolah lagi, pasti enak tuh jadi doi!”
Mungkin seperti itulah gambaran pemikiran teman-teman Lutung terhadap hidupnya, yang padahal setiap kali dia pulang pasti sendirian, hidup lonely
Kriiiiing, kriiiiing kriiiiiiing
Bel Pulang berbunyi, semua murid antusias dan langsung memasukan barang-barangnya k etas, dan menggendong tas mereka pulang, begitu juga dengan Lutung, seperti biasa sebelum pulang kerumah, dia pergi kewarnet terlebih dahulu untuk bermain bersama teman-temannya, hingga larut malam, sesampainya dirumah Lutung dikagetkan dengan munculnya sesosok wanita yang muncul dari kamar
“Ibu? Kok udah pulang, kontak-kontak dong biar dijemput, tumben amat pulang sekarang ada apa? Ga sama ayah?” ujar Lutung
“ehm, iya nak, ibu mau ngomong dulu sama kamu, tapi kamu ganti baju dulu gih”
“ohh, ok”
Lutung pun ganti baju menjadi baju tidur, mereka segera pergi ke teras rumah dan mulai berbincang-bincang disana
“Jadi gini nak, mulai sekarang ibu akan jadi single parent, ah ga usah khawatir, ibu juga udah cari kerjaan yang deket sama rumah, jadi ibu bisa pulang tiap hari kok”
“loh ibu ada masalah sama ayah? Kok ga bilang ke aku dari awal? Aku pasti bisa bantu kok, ayo coba telpon ay-“
“kamu tau berita pesawat jatuh yang ramai diperbincangkan belakangan ini? Salah satu korban kecelakaan itu adalah ayah mu, supermarket yang menjadi tempat jatuhnya pesawat adalah tempat kerja almarhum ayah mu, dia sempat dibawa kerumah sakit, ibu sendiri yang bersamanya saat almarhum ayahmu menghembuskan nafas terakhir”
Lutung terdiam, badannya seketika lemas mendengar omongan ibu, kepalanya menggeleng-geleng, seolah enggan menerima kenyataan, Lutung tak tahu harus berkata apa, harus berbuat apa, air perlahan keluar dari mata Lutung, rasanya baru kemarin dia berbincang-bincang dengan ayahnya diruang keluarga, seketika sekelibat kejadian dari masa lalu bersama ayahnya muncul
“ibu bercanda kan? Iya ibu pasti bercanda, ga mungkin dong, ha ha ha”
“…..” Ibunya terdiam yang menandakan bahwa dirinya tidaklah berbohong
“ayahmu ingin memberikan ini kepada mu disaat-saat terakhirnya” kata ibu
Ibu menyulurkan sebuah buku tua yang sudah berdebu, disana tertulis [Hutan Bahandang], pikirannya masih kacau untuk tahu apa alasan ayahnya memberikan buku itu
Besok pun tiba, rabu yang indah, burung-burung bertebangan untuk memulai aktivitas mereka, sama seperti manusia-manusia yang keluar pagi-pagi, tapi tidak begitu dengan Lutung yang terdiam ditempat tidurnya, sudah beberapa kali ibu nya mengetuk-ngetuk pintu kamarnya dan mencoba meringankan pikiran Lutung, lalu kemudian Lutung teringat tentang buku yang diberikan ibu tadi malam
“Hutan Bahandang huh? Apa maksud ayah ngasih ini ke gue ya, apa ada hubungan nya ama kematian ayah?”
Seketika banyak pertanyaan yang lalu lalang didalam otak Lutung, kemudian Lutung segera membuka buku itu, dan mulai membaca-baca buku itu,
“cincin abadi? Suku kanibal? Kenapa ayah kasih gue buku dongeng sebelum tidur? Jangan-jangan ini nyata? Kagak dong, masa ada kayak beginian nyata”
Kemudian Lutung segera mencari Hutan Bahandang di grugel dan menemukan sebuah artikel yang menjelaskan tempat itu, ternyata Hutan Bahandang terletak di Sumatera Selatan, disana juga tertulis bahwa tempat itu bukan untuk turis karena sangat berbahaya, tapi Lutung menghiraukannya, Lutung merasa bahwa hutan itu tiba-tiba saja handphone nya bergetar, terlihat nama Jono
“halo Tung, lo kagak masuk sekolah?”
“eh Jon lo harus dating sekarang juga ke rumah gue, gue mau nunjukin sesuatu”
“Tung? Mau nitip absen kagak? Hal-“
Lutung mematikan HP nya, dia segera keluar dari kamarnya dan ingin berbicara kepada ibunya
“Bu, aku harus ngecheck ini” kata Lutung sambil menunjukan HP nya
“kamu mau tamasya ke hutan?”
“ehmm, iya, iy-, IYA!, aku mau tamasya ke hutan bareng Jono”
“kamu serius, kan liburan masih jauh”
“gapapa kok bu, lagi pengen aja, nanti Lutung nitip absen”
“ohh gitu ya, yaudah deh”
Rencana Lutung berhasil untuk pergi ke Hutan Bahandang, sekarang hanya tinggal membuat rencana bersama Jono
Jam pulang sekolah pun tiba, Jono mengetuk-ngetuk pintu rumah lutung, dan dengan segera Lutung membukakan pintu depan rumahnya, dan mereka langsung pergi ke lutung
“Jadi ada apa Tung?”
“Nih baca sendiri bukunya, kita bakal pergi ke Hutang Bahandang besok”
“hah? Lo kan kagak kasih tau gue apa-apa, tiba-tiba lo bilang gue harus ikut lo ke hutan antah berantah”
“tenang aja, semuanya udah gue urus, transport, peralatan”
“bentar-bentar, gue baru jadian ama Ratna, gue mau ngedate besok”
“kalo gitu abis ngedate kita langsung capcus”
Jono kehabisan kata-kata untuk melawan teman gilanya dan langsung meng-iya kan saja semuanya karena lelah menyauti orang gila
“eh tunggu dulu, ini tombol apaan nih dibelakang buku” kata Jono sambil menekan tombol itu
Woooosshshhhshshsh
Secara tiba-tiba mereka pindah ke hutan aneh disuatu tempat, Lutung dan Jono kaget sambil mata mereka menyisiri sekitar, ini bukanlah tempat yang mereka pernah kunjungi atau pernah lihat dimanapun, mereka kebingungan dan takut
“mencet apa lo tadi? Lo bukannya bilang gue dulu kalo mau ngapa-ngapain”
“kan tadi gue udah bilang ini tombol apaan”
“ya jangan langsung dipencet, tapi kayaknya gue tau ini tempat apaan nih Jon”
“jangan-jangan, enggak dong, gak mungkin”
“ya! Ini Hutan Bahandang, gue yakin”
Mereka menelan ludah, karena rasanya hal seperti itu hanya ada digame, mereka masih berpikir bagaimana caran mereka untuk bertahan hdiup disana, karena mereka hanyalah anak SMA biasa, tidak pernah ke hutan tanpa pemandu, semua peralatan dan makanan mereka tertinggal dirumah Lutung
“ah gila!! Gimana kalo kita cari tempat, kalo gak kita cari penduduk sekitar sini, pasti ada, kita tinggal minta tolong ke mereka, selesai dah” ujar Joni
“enggak bisa gitu, kita belum ngungkap misteri kenapa ayah gue meninggal”
“Apa? Ayah lo meninggal? Kok lo kagak cerita apa-apa ke gue”
“kalo gue bilangnya mau ngungkap misteri bukan mau tamasya, lo gak akan mau ikut bareng gue”
“haduuuuuhhhh”
Mereka akhirnya berjalan-jalan tanpa arah, mencari batuan, terkadang mereka teriak minta tolong, dan bertemu dengan binatang buas, tetapi mereka selalu saja lolos dan melanjutkan pencarian mereka selama berjam-jam, Lutung agak kesal, kenapa dia tidak duduk saja dirumah dan makan-makanan buatan ibunya, tak terasa hari pun sudah malam, hutan tadinya gelap menjadi sangat gelap, mereka tidak yakin bisa melanjutkan perjalanan mereka bila dalam keadaan gelap seperti ini, jadi mereka berusaha membuat obor dari bahan seadanya dan segera melanjutkan perjalanan, beruntung mereka karena tidak jauh setelah itu mereka menemukan sebuah gubuk tua yang sudah rapuh, mereka segera pergi kesana untuk beristirahat, tiba-tiba saja sosok sebuah kakek-kakek muncul dari dalam gubuk, mereka terkaget-kaget dan langsung menjauhi kakek-kakek itu
“heh tunggu! Siapa tau kakek-kakek itu bisa nolong kita” kata Lutung
“ahh benar juga ya, tapi apa dia manusia, mana ada kakek-kakek tinggal digubuk tua begini, ditengah hutan lagi” saut Jono
“permisi kek, kami nyasar disini, boleh gak kita nginep disini semalem aja” Tanya Lutung
“ehhmm, boleh cu, ayo masuk sini” jawab kakek tua itu dengan terbata-bata
Mereka pun memasuki gubuk tua itu, terlihat disana hanyak kakek tua itu saja yang tinggal disini, atap gubuk itu sangat pendek, mereka bisa menyentuhya hanya dengan beridiri tegak, dinding gubuk itu juga seakan-akan bisa roboh bila disenderi
“kok kakek tinggal ditengah hutan sendirian sih, apa enggak takut kek?” Tanya Jono
“ahh, bukan karena mau, sebenarnya kakek terjebak dihutan ini sejak kakek masih remaja seperti sekalian, kalian juga harus berhati-hati, karena hutan ini sangat berbahaya, kalian beruntung sekali bisa selamat mondar-mandir dihutan ini, sebenarnya hutan ini dipenuhi dengan suku kanibal dan hewan-hewan raksasa yang kalian tidak pernah lihat sebelumnya, belum pernah ada yang keluar dari sini hidup-hidup, karena waktu remaja kakek kira bisa mengukir sejarah menjadi orang pertama yang keluar dari sini hidup-hidup, ternyata salah, tempat ini jauh lebih berbahaya, kalian harus segera pergi dari sini sebelum suku kanibal mengetahui keberadaan kalian” jelas kakek tua itu “oh iya, nama kakek adalah Sugiono” sambungnya
“tapi sebelum kami pergi, kami harus mencari cincin keabadian terlebih dahulu” tegas Lutung sambil menunjukan buku [Hutan Bahandang]
“buat apa kalian mencari cincin terkutuk itu, cincin itu hanya dimiliki oleh kepala suku kanibal, dan darimana kalian mendapatkan buku itu? Hanya ada satu orang yang kukenal yang memiliki buku sakral itu, dia adalah Suparjo, teman baik ku”
“bagaimana bisa kakek tau tentang ayahku? Dia meninggal beberapa hari yang lalu saat pesawat jatuh ditempat kerjanya” Tanya Lutung
“apa?!?! Suparjo mati? Ini semua pasti ulah lelaki itu, kita harus segera membunuh orang itu, dia tidak lagi bisa dibiarkan” teriak Kakek Sugiono kaget
“apa? Ayahku pernah kesini? Apa maksud kakek? Jelaskan kepada ku!”
“tak ada waktu untuk menjelaskan, cepat tidur kita akan berangkat subuh ini”
“tunggu tunggu, apaan nih, gue kagak ngerti, gue Cuma pengen pergi dari sini, udah itu aja, gue gak mau ikut acara gila kalian” sambung Jono yang dari tadi hanya mendengarkan tanpa tahu apa-apa
“tapi bila orang itu masih ada, kalian tidak akan pernah bisa pergi dari hutan ini” jelas Kakek itu
Mereka pun mematikan obor dan tidur hingga keesokan harinya, tak lama pasukan kanibal datang dan langsung membunuh mereka
Tamat