Teriknya sore ini membuat Bulan memilih untuk mengerjakan tugas pertama yang diberikan pada awal semester ini di kantin fakultas sambil menikmati segelas jus alpukat yang hampir habis sekarang.
Agak aneh memang melihat perempuan yang kelewat aktif itu duduk sendiri ketika mengerjakan tugas. Biasanya Nadine akan berada disampingnya sambal mengurus proposal pembaruan struktur himpunan sambil menunggu Bulan.
Seperti teringat sesuatu, Nadine bertanya, "Lan, udah tau belum kalo Gilang mau daftar jadi ketua hima?"
Pertanyaan yang terlontar dari Nadine membuat Bulan tersedak minuman yang sedang ditenggaknya,
"Hah gila? Demi apa? Gilang kan kaku banget orangnya. Mana bisa jadi ketua dia mah."
"Wah parah lu, Lan. Mantan partner ngawasin anak humas tahun lalu juga lu," kata Nadine sambil membantuku mengatasi batuk-batuk yang tidak kunjung berhenti.
Tangannya setia menepuk-nepuk punggung belakang Bulan, "Nah kan orangnya dateng."
Tepat ketika Nadine mengatakan hal itu, Bulan bisa melihat Gilang yang berada di depan kantin fakultas dan berjalan kearah mereka sambil membawa beberapa tumpukan kertas yang sepertinya berisi materi presentasi tugas kampusnya.
"Lan," panggil Gilang pelan ketika ia sampai di meja Bulan,
"Mau ngomong berdua," lanjutnya.
Bulan, yang baru saja selamat dari insiden batuk-batuknya tadi, kembali harus kehabisan napas karena mendengar perkataan Gilang,
"Ngapain deh? Nadine disni juga nggak bakal ngapa-ngapain. Liat aja tuh anaknya lagi sibuk ngerjain proposal."
"Eh.. itu. Duh, gimana ya ngomongnya?" Gilang menggaruk tengkuknya, memalingkan wajahnya kearah taman di sekitar kampus, "Mau jadi calon gue nggak?"
Demi Tuhan, orang suka banget bikin kaget hari ini kenapa sih.
"Calon? Calon apaan? Calon istri?" balas Bulan yang berhasil membuat Gilang terlihat panik dengan mukanya memerah,
"Ya nggak gitu juga, Bulan. Pasti lu udah denger kan dari orang-orang kalo gue mau ngajuin diri jadi ketua hima periode ini?"
Bulan reflek menganggukkan kepalanya. Baru saja ia mendengar kabar tersebut dari Nadine.
"Jadi gimana Lan? Gue berharap banget lu mau jadi wakil ketua hima periode ini," ucap Gilang serius.
Sedangkan Bulan membuka mulutnya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Gilang soal dirinya yang akan menjadi wakil ketua hima.
"Gila lu ya!? Gue mana bisa jadi gituan," ujar Bulan langsung menyanggah pernyataan Gilang.
Bulan memang tipe anak yang aktif dan mudah bergaul. Namun, untuk memimpin dan mengurus sebuah organisasi yang sangat besar, ia tidak dapat membayangkannya.
Belum lagi berurusan dengan Gilang yang menurutnya lumayan menyebalkan setiap hari merupakan sebuah tantangan yang besar baginya selama satu tahun kedepan.
"Tapi, kenapa gue sih Lang?" Tanya Bulan penasaran sambil meminum es alpukat yang sudah di pesannya.
"Yaa... ya, karna lu cocok jadi wakil gue," ujar Gilang sambil memalingkan pandangannya dari Bulan yang sedari tadi menatapnya intens dengan satu tangan menopang dagunya.
Melihat reaksi Gilang yang seperti ragu - ragu, Bulan langsung memicingkan matanya ke arah Gilang.
"Masa alesannya gitu doang, yang lebih spesifik dong biar gue juga percaya diri buat lanjut,"
"Fine," ucap Gilang dengan menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan.
"Lu bisa ngelengkapin gue,"
Empat kata tersebut membuat Bulan melebarkan matanya kaget, tidak percaya akan pernyataan yang dilontarkan Gilang.
"Gue speechless banget Lang, tapi itu cukup menguatkan gue untuk lanjut jadi wakil lu," Bulan menjeda kalimatnya
Menarik nafas perlahan serta menghembuskannya sebelum melanjutkan perkataannya.
Di depannya terdapat Gilang yang sudah harap-harap cemas menunggu jawaban Bulan.
"Oke gue jadi wakil lu," ujar Bulan perlahan sambil tersenyum.
Mendengar jawaban yang sangat memuaskan tersebut membuat Gilang ikut tersenyum senang.
ㅡ
Belom selesai gais