Kamar yang sangat luas dengan warna biru langit yang mendominasi. Mainan bertebaran di hampir setiap sudutnya, bahkan seprai yang sudah tidak pada tempatnya.
Ulah siapa?
Oh tentu bocah 5 tahun yang kini sedang sibuk dengan mainan motor-motorannya.
"Yibo, berapa kali mama bilang untuk membereskan kamarmu?" Seorang wanita cantik berkacak pinggang di ambang pintu kamar sang anak.
"Aku tidak menghitungnya, ma" Balas Yibo dengan datar.
"Astaghfirullah, anak siapa sih ini?" Monolog mama Wang. "-cepat bereskan, sebentar lagi akan ada yang datang"
"Siapa, mereka tidak akan masuk kamarku kan"
"Ini anak dibilangin orang tua malah ngeyel. Pokoknya kalau nggak kamu beresin, mainan kamu mama bakar" Ancam mama Wang sambil mendelik garang.
"Lima menit" Pada akhirnya bocah tampan itu menyerah juga, daripada mengambil resiko mainan berharganya dibakar, kan sayang.
"Anak pintar. Mama akan siapkan makan siang, cepat selesaikan lalu turun untuk makan siang bersama"
Saat sang mama sudah menghilang dari balik pintu, barulah Yibo kecil beranjak untuk membereskan kekacauan yang dibuatnya sendiri. Dimulai dari menyusun mainan legonya hingga mengembalikan robot-robotannya ke dalam almari kaca.
Setelah selesai dengan kamarnya, pangeran kecil keluarga Wang itu turun ke bawah sesuai perintah sang mama sambil membawa mainan motor-motorannya. Entahlah, bocah tampan itu sangat menyukai hal-hal yang berbau balap motor.
Tap
Tap
Tap
Yibo mengehentikan langkahnya saat menuruni anak tangga ke-tiga. Mata sipitnya memicing menatap bocah yang lebih mungil darinya tengah duduk anteng di sofa.
Tuhan, kenapa di hari libur begini dia masih harus bertemu bocah itu?
Ah iya, Yibo lupa kalau dia anak tetangganya dan rumah mereka hanya terpisah oleh taman kecil yang sering dugunakan anak-anak komplek untuk bermain. Satu fakta yang menyebalkan bagi Yibo."Wang Yi~!" Bocah manis itu berlari ke arah Yibo dengan riang.
"Berhenti di situ" Ucap Yibo dingin, tampak sedikit tidak suka dengan kehadiran bocah manis di hadapannya.
Bocah manis itu memajukan bibirnya beberapa centi dengan mata bulatnya yang berkaca-kaca.
"Yibo, jangan begitu. Xiao Zhan kan ingin berkunjung" Mama Wang yang tadinya tengah mengobrol dengan mama dari Xiao Zhan memandang anaknya garang.
"Tapi aku tidak suka dia" Menatap Xiao Zhan dingin.
"A Zhan, sini nak" Suara lembut mama Sean mengalihkan perhatian bocah manis yang kini berlari lalu bersembunyi di belakang wanita cantik itu.
"Mama, ayo pulang" Tangan mungilnya menarik baju sang mama.
"Eh Xiao Xiao jangan pulang dulu, kita makan siang dulu ya, Yibo pasti senang kalau ada temannya" Bujuk mama Wang.
"Dia tidak suka padaku, lihat dia masih melihatku dengan tatapan menakutkannya. Di sekolah juga dia selalu menghindariku tante" Adu Xiao Zhan. Wah wah, bibir mungilnya lemes juga ternyata.
"Itu karena kamu cerewet seperti anak perempuan" Sanggah Yibo sebelum bocah bergigi kelinci itu mengadukan yang bukan-bukan pada mamanya.
"Aku hanya ingin mengajak mu bicara, tapi kamu bahkan tidak mau melihatku saat aku bertanya, dasar pangeran es"
"Kamu kelinci cerewet"
"Pangeran kutub menyebalkan, wleeek" Xiao Zhan menjulurkan lidahnya untuk mengejek Yibo, dihadiahi delikan tidak suka dan kembali membuat nyali bocah imut itu menciut.
"Duh mama jadi pusing. Bisakah kalian akur sehari saja?" Mama Wang berlagak memijit pelipisnya. Kedua bocah itu sama-sama diam meski masih saling melempar tatapan tajam dan ejekan lewat gerak bibir.
"Ah kalau begitu kita pulang saja ya jeng"
"Ih nanti aja, kita makan dulu aku masak banyak lho jeng. A Zhan biar bisa main sama Yibo"
Main apanya, yang ada rumah mewah itu jadi medan pertempuran antar bocah TK.
"A Zhan mau kan nyicipin masakan tante? Masakan tante enak lho" Kini mama Wang beralih merayu Xiao Zhan.
"Ada daging nggak tante?" Tanyanya polos.
"Ada, mau daging apa? Daging ayam? Sapi? Apa buaya?"
Yibo menatap mamanya datar. Entah kenapa dia heran dengan wanita yang telah melahirkannya itu.
"Mama, ini sudah hampir jam makan siang" Ingat Yibo.
"Oiya, kalau begitu ayo jeng, nggak usah sungkan"
Setelahnya mereka menuju ke meja makan dengan dua ibu-ibu gaul memimpin jalan di depan, sedangkan kedua anak mereka di belakang mengikuti dengan Wang Yibo masih mempertahankan ekspresi datarnya dan Xiao Zhan terus berusaha mengajaknya bicara bahkan sesekali dengan sengaja menyenggol bahu Yibo. Sudah tentu tindakannya tidak mendapat respon apapun dari bocah es itu.
Saat di meja makanpun Xiao Zhan tak hentinya bicara. Wang Yibo yang notabene bersebelahan dengan bocah manis itu tentu terganggu. Dia tidak suka jika ada orang yang berisik di meja makan, itu membuatnya tidak berselera karena sudah kenyang mendengar ocehan Xiao Zhan.
"Diamlah kelinci" Cukup, telinga Yibo sudah panas.
"Tidak bisa, aku punya mulut untuk bicara"
"Bicaralah seperlunya, saat ini gunakan mulutmu untuk makan dengan benar" Sanggah Yibo.
Kedua ibu yang ada di situ hanya menyimak perdebatan tidak penting kedua bocah itu.
"Kamu juga tidak makan" Kali ini Xiao Zhan mengalihkan pembicaraan. Melirik piring di hadapan Yibo yang nasinya masih utuh.
"Karena kamu terlalu cerewet"
"Tidak ada hubungannya, kamu kan makan dengan mulutmu sendiri bukan dengan mulutku. Mau aku bicara terus itu kan hak ku, kamu saja yang terlalu pendiam. Dasar ka-"
Chu~
Xiao Zhan diam membeku. Mata bulatnya tampak melebar lalu mengerjap lucu.
Sedangkan dua wanita dewasa di sebrang mereka hanya melongo menyaksikan adegan dadakan itu.Setelah beberapa detik, Yibo baru melepaskan tautan bibir mereka.
Tangan mungil Xiao Zhan meraba bibirnya yang baru saja dikecup oleh Wang Yibo.
"Wang Yi, kenapa menciumku?"
"Karena kamu berisik"
"Aku tidak-"
"Diam atau ku cium lagi" Sela Yibo menatap Xiao Zhan dengan datar.
Xiao Zhan langsung bungkam. Bibir mungilnya mengerucut lucu.
Yibo melihat ekspresi menggemaskan Xiao Zhan dari ekor matanya. Diam-diam bocah tampan itu menjilat bibirnya yang masih terasa sedikit manis.
Setelahnya mereka sama-sama fokus pada piring masing-masing, mengabaikan Nyonya Wang dan Nyonya Sean yang sedang bisik-bisik tetangga.
"Anakmu gercep juga ya jeng" Nyonya Sean.
"Iya nih, aku juga nggak tau" Nyonya Wang
Mereka saling pandang dengan senyum penuh arti.
Tbc
Maaf kata-katanya masih berantakan. Saya udah lama nggak ngetik cerita kesannya jadi kaku gini 😅
Chap ini emang saya buat pendek, nggak sampe 1000 kata
Maafkan atas typo yang bertebaranUntuk kritik dan saran silakan komennya ya kakak-kakak ku 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up With You 「YiZhan」
RandomWarning!! Cerita ini mengandung unsur boys love alias bxb Jadi yang kurang berkenan dianjurkan untuk tidak mendekati lapak ini. Terima kasih. ______________________________________________