Piiip!
"Oh, hai... Apa kabar? Semoga kau baik-baik saja di sana...
Kesepian? Jelas.
Kerinduanku padamu? Jelas.
Keputus asaan? Jelas.
Semua itu muncul saat kau tidak berada di sampingku lagi. Setiap hari, yang kulakukan adalah menangis di pojok kamar, mendengarkan lagu dengan volume suara yang keras, dan hanya memakan makanan dengan porsi yang sangat sedikit.
Aku sempat didekati oleh beberapa temanmu, seperti Kim NamJoon, Min YoonGi, Kim TaeHyung, dan Park JiMin. Tapi, aku menolak mereka semua dan hanya menganggap mereja sebagai temanku, karena aku ingin setia padamu. Dan aku selalu berpikir menginginkanmu lagi, meskipun itu kedengarannya sangat tidak masuk akal.
Kau, kau jangan menangisiku. Cukup aku saja yang menangisimu.
Sering sekali aku keluar-masuk rumah sakit, karena aku ingin bunuh diri, entah dengan cara apapun. Tapi, teman-temannu itu selalu menolongku dan terus-terusan mengingatkanku agar aku tidak bunuh diri hanya karena dirimu.
Hati kecilku juga berkata demikian.
Lalu, mereka menasihatiku agar aku mencari lelaki lain dan jangan terus-terusan menangisimu. Tapi, aku tidak bisa, karena perasaan cintaku padamu terlalu dalam sehingga aku tidak bisa melupakanmu barang sedetikpun.
Melihat wallpaper ponselku saja--gambarnya adalah kau dan aku saat pertama kali kita kencan di restoran es krim--aku sudah menangis. Apalagi kalau aku bertemu denganmu lagi. Aku akan memelukmu erat-erat dan tidak akan membiarkanmu pergi lagi dari sisiku, dan menangis haru, meluapkan rasa rinduku padamu selama ini. Tapi--sekali lagi--pemikiran itu sangat tidak masuk akal.
Andai aku bisa memutar waktu dan mengembalikanmu kembali padaku, tentu aku tidak perlu sampai begini. Merasa tersiksa oleh semua keadaan yang ada dalam hidupku.
Oh iya, sekarang aku tinggal di apartemenmu yang dulu. Apartemenmu tetap nyaman, tapi mungkin akan lebih nyaman lagi jika kau ada di dalam apartemenmu itu.
Aku kabur dari orangtuaku, karena orangtuaku selalu bertengkar setiap malam dan itu mengusikku. Bahkan, mereka sepakat untuk bercerai. Nahas sekali, kan, keadaanku ini?
Memang.
Dan rasa dari semua kenyataan ini sungguh pahit, lebih pahit daripada jika kau meminum secangkir kopi hitam pekat yang panas tanpa gula sesendok--atau sebutirpun.
Aku ingin sekali kabur--atau lebih tepatnya menghilang dari kenyataan ini, lalu menemukan hidupku yang baru di dunia yang baru dan tinggal di sana dengan bahagia. Yaaah..., tapi itu sangat mustahil, angan-angan yang mustahil. Kau juga thu tentang itu.
Jung HoSeok...
Kapan kita bisa bertemu lagi...? Aku sangat merindukanmu...
Jung HoSeok...Mungkin itu saja dulu, ya, yang ingin aku sampaikan padamu... Aku akan selalu mendoakanmu dari bawah sini, dan semoga kau mendengar doaku dan tersenyum dari atas sana...
Aku mencintaimu...Dari _______..."
Piiip!
Aku menghela napas setelah berbicara panjang lebar di pesan suara itu, tapi sedetik kemudian, ponsel yang kugunakan untuk mengirimkan pesan suara itu berdering tanda telepon masuk.
"Hai juga, _______-ah... Aku juga merindukanmu...," ucap suara di seberang, tapi entah kenapa, jaraknya sangat dekat denganku. Aku menolehkan kepalaku dan melihatnya yang sedang tersenyum manis padaku, sama seperti senyuman yang selalu ia berikan padaku dulu.
"Kau...?"
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Voicemail (J-Hope BTS Fanfiction Indonesia ver.)
FanfictionSaat kau mengirimkan sebuah pesan suara padanya, tiba-tiba ada suatu kejadian aneh yang menghampirimu.