Gerbang Nostalgia

69 26 3
                                    

Rintik hujan pagi hari membasahi bumi, membuat siapapun merasakan atmosfer yang berbeda, dingin. Kainan salah satunya, Kainan Hanizah lengkapnya. Perempuan berusia matang, dengan wajah oval, alis yang indah menaungi mata yang tidak terlalu besar namun memiliki tatapan yang khas. Ia baru saja Bangun dari tempat tidurnya karena merasakan dingin ditambah dengan misscall dari seseorang yang seakan memaksanya untuk segera beranjak dari tidurnya yang nyaman. Telfon itu kembali berdering, bertuliskan nama Raena,
"HALLO KAI INI UDAH JAM BERAPA LU GA LUPA KAN SEKARANG ADA APA!?" Suaranya teriak mengejutkan Kainan.
"Ada apaan emang?" Jawab Kai bingung
"Yaampun sekarang kan grand opening toko kue pertama gue! Yaampun lu tau kan setelah berjuta taun gue mimpi punya toko kue kaya lu, akhirnya sekarang punya meskipun baru satu. Dan lu lupa? Hih! Dateng jangan telat!" Jawabnya panjang dan jelas lalu menutup saluran telefon tersebut.
Kainan tersenyum mendengar teriakan yang sudah biasa ia dengar dari teman baiknya itu. tak lama ia beranjak segera bersiap-siap. Setelah lama bersiap-siap Kainan akhirnya selesai dengan tampilannya yang simple ia langsung bergegas menuju ke toko kue millik Raena.

Hari ini minggu pukul 09:30 seperti biasa, sepertinya Jakarta tidak pernah bosan dengan kebiasaanya yaitu macet. namun, macet kali ini sangat dinikmati oleh Kainan karena diiringi dengan indahnya rintikan hujan yang sudah lama tidak membasahi bumi. Ia tersenyum, ini adalah momen yang paling Kai sukai, hujan. Dimana hujan bisa membuatnya tenang. Hujan seperti musik baginya, penghantar kerinduan. Dari hujan juga ia belajar bahwa hidup haruslah seperti air hujan, berkali kali jatuh namun tidak pernah mengeluh pada takdir. Seperti yang sering ia dengar dari seseorang.

Tak lama mobil yang dikendarai Kai pun menepi pada suatu tempat yang sudah terlihat ramai, sepertinya Kai terlambat. Dalam keramaian Kai turun dari mobil, menembus lapisan pengunjung Toko kue yang didesign indoor dan outdoor mencari Raena sahabatnya yang juga menjadi pemilik acara tersebut. Tak lama dilihatnya Raena dengan wajah berseri-seri tanda bahagia, menyambut Kai sahabatnya dengan pelukan.
"Kai gue seneng banget, impian gue kenyataan!" Suaranya luruh dan dibalas usapan dipunggung oleh Kai,
"Selamat ya, gue bangga sama lo!" Ucap Kai terharu.
"EH BTW KENAPA SI LO TELAT!" Omel Raena,
"Yaelah kaya yang gatau Jakarta aja, udah udah malu diliatin orang teriak-teriak mulu, tar kagak ada yang mau beli kue lu kalo tau yang punyanya galak" jawab Kai usaha agar temannya itu kembali tenang.
"Heduh, yauda deh sana lo cobain kue-kue nya mumpung masih gratis" jawab Raena.
Dengan tanpa komando Kai berjalan menepi pada meja-meja yang sudah tertata rapi kue-kue tester. Banyak diantaraya sudah dicicipi, membuat piring kertas banyak berjatuhan terbawa angin karna sudah tidak ada kue yang manahan diatasnya. Ia mengambil piring kertas yang berjatuhan itu, saat ia memegang piring kertasnya tiba-tiba gerimis kecil kembali turun, membuat semua orang yang berada di area outdoor satu persatu menepi karena takut gerimis kecil berubah menjadi hujan yang besar.

Berbeda dengan Kainan yang masih tertegun menatap piring kertas yang ia pegang, piring kertas itu membuatnya merenung dan larut dalam kenangan akan seseorang yang paling berarti dalam hidupnya, Ibu.

Piring Kertas NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang