Sudah kurang lebih 3 tahun setelah kejadian itu Ningsih terbaring di kamarnya, tidak bisa melakukan apa-apa karna sakit di kepalanya sangatlah luar biasa, semakin lama sepertinya indera tubuhnya semakin melemah, ia lumpuh.
Selama ini Ningsih tak mampu untuk berobat jadi selama ini pula ia bertahan dari sakitnya hanya dari obat yang biasa dijual di warung-warung, dan selama ibunya sakit Kai menggantikan perannya sebagai pencari nafkah.
Kai tumbuh menjadi gadis cantik dan hebat berkat bimbingan ibunya, ia mengajari putrinya bagaimana caranya membuat kue, ternyata kepandaian Ningsih dalam membuat kue turun pada Kai, sehingga tidak sulit untuk Kai membuat kue seperti yang Ningsih buat. Kadang juga ada Linda yang datang menjenguk untuk sekedar membawa makanan untuk Ningsih dan Kai, Sering juga Linda menawarkan untuk membawa Ningsih ke rumah sakit yang pasti langsung ditolak oleh Ningsih dengan alasan ia baik-baik saja.
Selama ini Ningsih sangat merasa tertolong oleh kehadiran Linda, ia menggantikan peran ibu untuk Kai. Linda mengantarkan kai sekolah, menemani ia belajar, membantunya berjualan kue dan juga membantu merawat Ningsih. Ningsih merasa ia akan baik-baik saja ketika kelak ia harus pulang, karna ada Linda sebagai pelindung baru untuk Kai.
Sehingga pada satu pagi, Kai hendak berpamitan untuk pergi ke sekolah ia melihat ibunya seperti tertidur. Awalnya ia tak tega membangunkan ibunya, namun ia merasa ada yang aneh sehingga dengan pelan Kai mencoba membangunkan. Namun, tak ada respon dan membuat Kai panik lantas ia mencoba mencari pertolongan. Ia berlari ketakutan menuju ke toko milik Linda, sesmpainya di toko...
" Tante linda, ibu!" ucap Kai dengan wajah panik dan menangis. Lantas seperti sudah mengerti keadaan, Linda berlari menuju rumah Ningsih dan dengan bantuan beberapa warga Ningsih akhirnya dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Kai dan Linda menunggu tindakan dokter di ruang tunggu ugd sambil menangis, Linda mencoba untuk menenangkan Kai.
"Kai takut tante, kalo ibu kenapa-kenapa nanti Kai gimana?" ucap Kai dengan tangis
"Tenang sayang, ibu kamu pasti baik-baik saja. Lagi pula kan ada tante jadi Kai gausah takut ya" ucap Linda mencoba menenangkan Kai.Tak berselang lama dokter keluar dan berkata
"Maaf, saya terpaksa memberitahukan berita buruk ini, pasien sudah tiada" Kainan bingung mendengarnya, tidak mengerti dengan perasaanya, seperti tersambar petir, ambruk sudah jiwanya, tak kuat, tubuhnya seakan hancur dan memaksanya menangis dengan sangat kencang. Linda sangat sesak melihat Kai, gadis itu masih terlalu belia.Setelah selesai mengurus administrasi rumah sakit, jenazah Ningsih dibawa ke rumah yang tak lama dimakamkan di sebelah makam ayah dan ibunya di tpu dekat dengan rumahnya. Ketika jasad ibunya sudah dimasukan ke dalam tanah, Kai akhirnya berkesimpuh diatas pusara ibunya, rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam hatinya terasa nyeri ketika bernafas, hanya bisa menangis sebagai sebuah cara melampiaskan. Inilah rasanya kehilangan.
Linda menyesal karna selama ini tidak memaksa Ningsih untuk berobat, ia hanya beranggapan bahwa sakit kepala Ningsih adalah hal yang biasa saja padahal menurut hasil perkiraan dokter, Ningsih mengidap penyakit kanker otak. ia merasa bersalah pada Kai.
Setelah selesai pemakaman Kai dan Linda pulang ke rumah Ningsih berniat untuk mengemas seluruh pakaian Kai, Linda akan membawa Kai ke rumahnya. Saat sedang mengemas pakaian Kai menemukan sebuah surat di bawah bantal milik Ningsih dalam surat itu Ningsih berkata...
"Kainan sayang, mungkin saat kamu baca surat ini kamu sedang menangis. Maafkan ibu karna tak sempat berpamitan kepadamu secara langsung, Seperrtinya Tuhan sudah tidak bisa mngulur waktu lagi untuk ibu. Kainan, sekarang tangan ibu tak ada lagi untuk menenangkan sedihmu, pundak ibu sudah tidak ada lagi untuk sandaranmu, tapi ingat Allah akan selalu membelai lembut ke hatimu. berjanjilah pada ibu, kalau tangisan mu hari ini adalah tangisan terakhirmu karna kesedihan, kamu hanya boleh menangis karna bahagia, berjanjilah nak. Jangan khawatirkan ibu, ibu akan baik-baik saja kalau Kai menjadi anak yang baik. Untuk Linda, aku sangatlah tenang saat ini percayalah,aku selalu tenang karena mengetahui kalau ketika aku pergi Kainan akan baik-baik saja bersamamu, didik dia agar menjadi pribadi yang baik, rawatlah ia, cintai dia seperti aku yang selalu mencintainya, jangan biarkan kenangan tentangku hilang diingatannya. Selamat tinggal, berbahagialah" Linda dan Ningsih berpelukan, menangis bersama.
Setelah kurang lebih 1 bulan semenjak kematian Ningsih, akhirnya Linda dan Kai memutuskan untuk pergi merantau ke Jakarta, di Jakarta Linda dan Kai berusaha berjualan kue dengan resep yang diajarkan Ningsih, Linda menyekolahkan Kai sampai bangku kuliah, Kai lulus di universitas ternama di Jakarta setelah itu ia merintis bisnis kuenya, sampai sekarang ia memiliki banyak toko kue, itu semua berkat doa ibunya dan juga Linda.
Hujan telah usai, mengusaikan juga nostalgia Kainan. ia tersadar dari lamunan panjang dengan masih memegang piring kertas itu,
"Maaf ibu aku melanggar janjiku, aku tak sadar kembali menangis. Hidup teruslah berlanjut ibu, benar memang yang patah pasti tumbuh yang hilang juga akan berganti yang baru. tante Linda ia menggantikan mu dengan baik. Kehilanganmu juga membuatku banyak belajar. Selama ini rasaku kosong, kehilangan pijakan ketika hendak melangkah dan selama ini juga aku selalu mencoba meredam semua rasa, semua luka, berdebat dengan batinku yang menolak kehilanganmu. Aku Berusaha menghibur diriku sendiri yang selalu sesak. Keaadan sangat memaksaku untuk belajar bagaimana mengikhlaskan dan waktu memang tidak akan kembali membawa apa yang telah pergi, tapi waktu akhirnya membantuku terbiasa dengan keadaan tanpamu, ibu. Sekarang aku mengerti, kehilangan adalah salah satu cara tuhan untuk mempertemukan kita pada bahagia yang semestinya, dan aku bahagia hari ini, Terimakasih telah hadir dan membagi kisahmu, aku menyayangimu, ibu. Berbahagialah karena doa mu sudah didengar." ucap kainan sambil mengusap air matanya dan kembali dengan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piring Kertas Nostalgia
Short StoryPiring kertas itu membuat ku larut, terlarut dalam kenangan dimana saat itu aku berada dalam keadaan yang sangat memaksaku untuk belajar bagaimana mengikhlaskan dan waktu memang tidak akan kembali membawa apa yang telah pergi, tapi waktu akhirnya me...