First & Last

4 1 0
                                    

Angin berhembus dengan kencang seolah menyambut kedatangannya yang tidak terduga. Wanita itu merapatkan mantelnya dan berjalan menelusuri hutan yang tidak berpenghuni seakan mereka mengetahui kehadirannya.

Ujung matanya melirik ke kanan ketika mendengar suara tapak kaki yang seirama dengan langkahnya. Wanita itu mempercepat langkahnya dan memejamkan matanya berusaha menghilangkan rasa takutnya.

Semakin cepat ia berlari, semakin cepat pula penguntit itu berlari. Ia semakin memejamkan matanya dan membelalak kaget saat tangannya di tarik pria yang mungkin saja penguntit tadi.

"Kau gila ya?" Penguntit tersebut menatap wanita aneh yang nyaris saja menceburkan diri ke dasar jurang. Biarlah ia mengatainya wanita aneh karena yang ia lihat memang aneh. Mana ada wanita yang berpakaian compang-camping berkeliling di hutan tak berpenghuni ini.

Penguntit tersebut menatap wanita aneh yang semakin lama menjauh darinya. Semakin ia mendekati wanita aneh itu maka wanita tersebut akan mundur.

"Ares." Ares mengulurkan tangan tapi lawan bicaranya selalu saja menunduk. Apakah wajahnya seburuk itu hingga ia takut? Sepertinya tidak, Ares cukup yakin bahwa wajahnya sangat tampan.

Cukup lama hingga wanita itu menjawab, "Hera."

Hera menatap mata hitam pekat yang membuatnya sedikit terpesona. Oh tidak, ada apa dengan dirinya sekarang? Ia rasa pernah menatap mata itu juga sebelumnya, apa hanya perasaannya saja.

Ares menganggukkan kepalanya, "Jadi apa yang kau lakukan di sini?"

Hera menatap Ares bingung. Bingung harus menjawab apa karena ia sendiri pun tidak tahu kenapa tiba-tiba berada di sini. "Tersesat?" lanjut Ares.

Hera hanya menanggukkan kepalanya. Ares menghela napas panjang, ternyata cukup sulit berbicara dengan wanita aneh ini. Ia pikir Hera seperti wanita lainnya yang akan tersenyum malu malu jika berbicara dengannya.

"Jadi kau Si Penguntit itu?"

Akhirnya setelah hanya satu kata yang keluar dari mulutnya. Ini sebuah perkembangan Hera bertanya kepadanya. "Siapa Si Penguntit? Dan kenapa juga aku harus mengikutimu?"

Hera berdecak kesal. Jelas-jelas ia melihat sedikit pakaian si penguntit dan pakaiannya sama dengan pakaian yang dikenakan Ares sekarang. Hera malas berdebat dengan Ares, ia melenggang pergi berusaha mencari jalan keluar daripada menghabiskan waktu dengan Ares.

Ares mengejar Hera hingga berjalan sejajar dengannya. "Kau ingin keluar dari hutan ini? Mungkin aku bisa membantu."

Hera menghentikan langkahnya dan menatap Ares tak percaya. Bagaimana mungkin ia bisa keluar padahal ia sudah hampir memutari seluruh hutan ini.

"Aku tidak yakin." Hera menatap Ares dengan tatapan yang cukup menyebalkan bagi Ares. Apa wanita itu menantangnya sekarang?

"Oke, aku saja yang keluar sendirian." Ares mendekati batu yang menjulang tinggi, tangannya ia tempelkan ke batu tersebut. Mata Hera membelalak kaget, bagaimana tidak sekarang di depannya sudah ada semacam portal ungu. Semacam film Dr. Strange jika diingat-ingat.

Hera mendekati portal tersebut dan memasukkan tangannya ke dalam mencoba apakah ini hanya tipuan bodoh Ares atau memang sungguh-sungguh. "Bagaimana kau melakukannya? Aku sudah memutari hutan ini bahkan sampai bersandar di batu ini tetapi tidak terjadi apa pun."

Ares melangkah memasuki portal dan berhenti sejenak di hadapan Hera, "We call this magic, bye."

Hera tidak ingin berlama-lama jadi ia memutuskan mengikuti Ares yang memasuki portal padahal ia sendiri tidak tau portal ini berujung dimana.

In That Day [Oneshoot] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang