Cinta Separuh Hidup

14 0 0
                                    

Di sebuah bukit kecil, tepat pada jalan menurun yang sedang diguyur oleh hujan sore itu. Seorang gadis berpayung hitam berjalan pelan dalam guyuran hujan tersebut, pakaiannya sedikit basah termasuk sepatu yang dikenakannya. Hujan terus turun dengan lebatnya selama gadis itu berjalan di sana.

Sendirian, ya dia hanya sendirian berjalan dalam hujan. Dia berjalan hingga sampai pada sebuah pertigaan jalan setelah turunan dari bukit itu. Dia tampak murung dan hanya melamun saja sambil terus melangkahkan kakinya.

Tanpa memperhatikan sekitar ataupun hujan yang sudah menguyur sejak satu jam lalu dan terus bertambah deras. Dia tetap berjalan dan melewati pertigaan sambil terus melamunkan sesuatu dalam pikirannya.

“AWAS!!!”

Suara itu menggema dengan keras di tengah suara guyuran hujan pada pertigaan jalan itu. Suara yang membangunkan lamunan dari sang gadis yang langsung melihat ke sekitarnya. Kemudian dia menyadari, dua buah cahaya terang sedang mendekatinya dengan sangat cepat. Wajahnya menjadi penuh ketakutan, dia tak mampu lagi menggerakan kakinya saat dua cahaya itu makin mendekatinya.

Saat dia sedang dalam ketakutannya, dua lengan merangkul tubuhnya dari arah lain. Lengan itu menariknya dengan cepat hingga akhirnya dia jatuh di trotoar jalan bersama pemilik lengan tersebut.

TIN....

Suara itu berbunyi berbarengan dengan dengannya saat terjatuh di trotoar jalan. Dia melihat asal suara itu berasal dari sebuah truk besar yang lewat di sana dengan kecepatan tinggi. Dengan masih dalam kondisi ketakutan, dia hampir saja menjadi korban kecelakaan maut di tempat itu.

Dia tak menyadari truk itu sebelumnya, karena hujan deras yang menghalangi jarak pandang mata, dia juga sedang berjalan sambil melamun saat itu. Beruntung dia masih bisa selamat dari kejadian itu, semua berkat lengan seseorang yang menyelamatkannya.

“Kau tidak apa-apa?”

Suara itu bertanya padanya yang masih ketakutan setelah kejadian barusan, lalu sebuah tangan mengadah tepat di depannya. Dia melihat orang yang menyodorkan tangan itu kepadanya, nampak seorang laki-laki yang seumuran dengannya berdiri tepat dihadapannya.

Laki-laki itu memiliki mata layaknya batu ruby yang khas dengan warna merah menyala. Rambutnya hitam namun wajahnya tampak sedikit pucat dibasahi oleh hujan saat itu.

Gadis itu menyambut tangan tersebut sambil mencoba berdiri dari posisinya yang terduduk di trotoar.  Dia menatap pada mata anak laki-laki tersebut kemudian berkata, “terimakasih karena sudah menyelamatkanku.”

“Tidak, akulah yang harus berterimakasih padamu.”

Kata-kata dari anak laki-laki itu membuat sang gadis kebingungan. “Emm... a... apa maksud perkataanmu barusan?”

“Ti... tidak, bukan apa-apa kok,” ucap anak laki-laki itu dengan gugupnya, kemudian dia mencoba mengalihkan pembicaraan ketopik yang lainnya. “Ka... kau sebaiknya hati-hati! Di sini memang sering terjadi kecelakaan.”

“Maaf, sebelumnya aku melamun jadi tidak memperhatikan sekitarku.”

“Ya, lain kali kau harus berhati-hati!” serunya pada gadis itu.

“Terimakasih, aku akan lebih berhati-hati sekarang.”

“Emm, kau baru saja dari makam ibumu, kan? Kenapa kau sendiri? Biasanya kau bersama ayahmu.” Tanya anak laki-laki itu padanya.

“Ayah sedang sibuk, jadi aku memutuskan untuk pergi sendiri. Ehh... tunggu! Bagaimana kau tahu hal itu?” gadis itu balik bertanya karena penasaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oneshoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang