Haiii! Mengenai aku yang akan menceritakan kisah lama, peristiwa yang paling indah dalam hidupku. Peristiwa? Emangnya sepenting itukah sampai disebut peristiwa? Ya, bagiku begitu. Peristiwa yang akan aku kenang dan bila perlu aku membuatkan hari libur untuk kejadian itu. Kalian tidak suka? Libur, lo ini! Ah, sudahlah, itu hanya basa-basiku untuk mengisi paragraf awal tulisan ini.
Namaku Arini, Arini Nur Latifa. Nama yang indah dan bersinar, bukan? Setidaknya itu yang dikatakan orang yang akan aku kisahkan saat ini, Pangeranku. Aku lahir di kota Pontianak, kota yang tercipta dari nama hantu, konon sejarahnya. Tepatnya ada di provinsi Kalimantan Barat.
Aku akan memperkenalkan juga sedikit tentang keluargaku, yang bahagia. Ayahku seorang dokter. Seorang pahlawan yang telah banyak menyelamatkan hidup manusia. Namun, itu tidak membanggakan lagi bagiku sekarang, karena ayah ditugaskan begitu jauh. Seolah ingin memisahkan kami yang saling menyayangi. Aku sangat rindu ayah, padahal baru satu bulan kepergiannya. Aku bisa apa sebagai anak yang terlalu dimanjakan.
Ayah dengarlah, aku akan bercerita tentang Pangeranku, dulu, yang jika mengaitkannya denganmu aku akan tertawa sendiri seperti orang gila. Dia pernah berpura-pura sakit. Mendatangi ayah dengan alasan ingin berobat, padahal ingin menemui aku. Lucunya, dia pura-pura pingsan dan ayah menggendongnya ke kamarku untuk agar aku menggompres kepalanya dengan kain basah.
"Hahahaha!"
Tipuannya berhasil. Aduh, maaf aku malah tertawa lepas. Habisnya itu kenangan yang begitu lucu.
Aku akan melanjutkan. Sekarang tentang ibuku. Nama ibuku, Tari Nengsih. Dia adalah wanita sukses yang sangat aku kagumi. Seorang pengusaha kain, itu lo, yang ekspor kain-kain lokal agar menyebar ke seluruh dunia. Dia cantik, makanya aku juga cantik, hehehehe. Tidak banyak yang bisa aku gambarkan mengenai ibuku, karena beliau orang yang sangat sibuk, dia enggak ke mana-mana, hanya di rumah dengan jarang terlepas dari Handpone dan komputernya.
Satu perlakuan ibu yang membekas di hatiku. Ibu menolak hubunganku dengan Pangeranku saat itu. Jika ditanya apakah aku marah kepada ibu?
Tentu saja tidak. Ibu telah berbaik hati dengan mengenalkanku kepada laki-laki yang satu bulan lagi akan menikahiku. Aku sangat bahagia, aku harus bahagia! Pangeranku pun tidak pernah menemui aku sejak dua tahun lalu.
"Di mana engkau sekarang?"
****
Sejak kecil, tepatnya saat aku duduk di bangku kelas lima SD, kami sekeluarga pindah ke Sukabumi dan menetap di sana dikarenakan kakek, ayah dari ibuku menginginkan kami menempati rumahnya dan mengurus tanah-tanah beliau di sana. Saat itu kakek sedang sakit parah dan tidak lama dari itu dia meninggal dunia. Karena ibuku hanya dua bersaudara dan dia anak paling tua, segala warisan ibulah yang mengurusnya.
Di saat itu juga aku mulai terpisah dengan ayah karena dia masih bertugas di Pontianak. Dua tahun kemudian barulah dia minta rekomemdasi pindah tugas ke Sukabumi dan sebelum akhirnya pindah lagi ke Kupang, sekarang. Oh, iya, aku lupa memberi tahu nama ayahku. Amirin, Dr. Amirin. Jika kalian di Kupang carilah beliau untuk berobat bila sakit. Ayahku sangat profesional, hehehehe.
Maaf, tawa kecilku saat ini hanya untuk mengalihkan kebimbanganku. Karena aku akan menceritakan tentang seseorang yang telah mengambil alih seluruh jiwaku, saat itu.
Inilah kisahnya ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bery (Dia Pangeranku Di Masa Lalu)
RomanceBeryku sangat manis. Berkat namanya mungkin, mirip nama buah. Hehehehe. "Arini, kamu cantik! Banyak yang naksir lagi. Tapi sayang, mereke semua gembel. Liat aja, sang Pangeran akan meluluhkan hatimu!" Benar sekali saat ini aku luluh kepadamu. engka...