Prologue

104 13 17
                                    

Flashback on

Aku ingat ketika berada dalam kandungan.

9 bulan terkurung di tempat yang sempit, minim cahaya, persendian berkerut, degupan jantung dengan alunan crescendo, aku masih mengingatnya.

Aku ingat ketika lapisan daging itu semakin keriput membungkusku, hingga tak ada ruang tersisa, udara pun mustahil menerobos. Menjadi kering-keronta dan rapuh. Rupanya, aku telah melahap energi kehidupan wanita yang mengandungku.

Lapisan keriput itu terbuka, seakan dunia terbelah diiringi cahaya menyilaukan. Disertai berisiknya suara perselisihan lelaki berusia separuh baya yang tidak terima kematian istrinya yang tidak wajar.

"Apa? Ini bohong! Sayang, apa yang terjadi padamu?"

"Kau, kau dokter kan? Kau pasti bisa melakukan sesuatu kan?"

"Tidak, kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya."

Seonggok tangan menggendongku keluar dari perut wanita itu.

"Anak itu bukan anakku! Monster!! Dia monster! Kembalikan istriku!! Aku mau istriku kembali!"

Percaya atau tidak, aku melihatnya. Seseorang wanita kurus--bahkan ini lebih dari kurus-- terbaring dengan wajah tanpa bola mata, mulut ternganga, tubuh tanpa daging, hanya tulang berlapis kulit.

"Ini anakmu," Basah. Sekujur tubuhnya dibanjiri keringat. Dengan gemetar ia menyerahkanku pada pria itu dan terbirit mengemasi barang-barangnya.

"Maaf Tuan, ini benar-benar diluar akal manusia, dan diluar tanggung jawabku sebagai dokter. Aku harus pergi." 

"Tunggu dulu! Kau-" Pintu tertutup. Menyisakan keheningan dalam ruangan. Pria itu mematung nampak mencerna apa yang terjadi seakan masih belum percaya. Habis memutar otak sepersekian menit lamanya, kemudian ia beralih menatapku ngeri, disertai kebencian, dan hawa ingin membunuh.

Pria bernama ayah itu membawaku ke hutan, dengan posisi menggendong bayi yang salah. Sungguh tidak nyaman. Mulutnya sedaritadi berkomat-kamit, mengutukku.

"Sial, dasar monster! Ini semua salahmu! Kalau saja, kau tidak pernah lahir! Padahal aku mencintainya! Padahal aku sangat ingin melindunginya."  Air mata yang tulus terkumpul di kedua pelupuk matanya, dan mengalir lembut membasahi pipi. Dengan tergesa-gesa ia berjalan melewati tepi jurang, tanpa berhati-hati seakan tak sayang nyawa.

"Me-lin-du-ngi?" Itulah kata pertama yang kupelajari darinya. Entahlah, nampak kata itu memiliki makna yang sangat indah.

Sontak kedua matanya melotot, menatapku tak percaya. Mana mungkin bisa, bayi yang bahkan baru keluar dari rahim ibunya mengucapkan kata seperti itu. Raut wajah yang tak diharapkan kembali muncul. Ia kaget dan reflek melemparku ke jurang. Mungkin, ia tak sengaja membuangku. Umpamanya saja begitu.

Sedetik setelah dia melepasku, aku melihat pria itu membeku, gerakannya terhenti, ia terbujur kaku seperti es. 

Aku terjatuh ke dalam jurang. Rasanya seperti semua tulangku remuk. Tapi, aku tidak mati.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TOKU; (what do you want to protect?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang