"Loh Nya, nanti bapaknya deket deket Nanya terus dong"
"Wkwkwk"
"Pak Yuda kan udah goals banget main gitarnya Nan"
"Ya kali aja Nya, dia pengen deket deket kamu gitu"
"Antisipasi aja""Apa sih"
Ana sudah merasa ngantuk sekarang, rasanya ingin menyudahi obrolannya dengan Adnan malam ini dan segera tidur.
"Enggak ada cerita apa apa hari ini Nya?"
Dia suka sekali diberi pertanyaan seperti itu, pertanyaan biasa, sederhana. Tapi Ana sangat menyukainya. Dia merasa ada hal yang tidak beres tentang dirinya, tentang Adnan, tentang mereka berdua.
"Enggak ada Nan, biasa aja hari ini"
"Yah"
"Ngantuk Nan, duluan ya"
"Iya, bye Nanya"
"Iya, bye Adnan"
Setelah itu Ana menaruh handphone nya di meja samping tempat tidurnya. Terbayang banyak hal tentang dia, tentang Adnan, tentang mereka yang seharusnya mungkin tidak sedekat ini.
'Apa ini wajar? Harusnya aku enggak sedeket ini kan sama Adnan? Tuhan, semoga aku tidak mengambil langkah yang salah', batinnya.
--------------------
Ana dan Aryn sudah berada di tempat kos mereka sekarang, selesai menyiapkan makan malam, siap menyantapnya. Mereka makan bersama sambil menonton TV. Aryn mengeluarkan minuman isotonic dari kantong belanja dan menaruhnya di hadapan mereka.
"Kenapa suka banget minum ini sih Nan"
Aryn mulai penasaran karena sejak SMA, Aryn sering sekali melihat Ana minum minuman isotonik itu.
Ana terdiam, terbayang lagi kejadian 5 tahun lalu.
--------------------
Saat itu, Ana dan Adnan sudah siap dengan mie cup mereka yang sudah diseduh di minimarket dan bersiap untuk makan.
"Mau minum apa Nya?", tanya Adnan sembari berjalan menuju bagian minuman
"Gue yang pilih dong Nan"
Ana bergegas membuka kulkas dan mengambil 2 botol minuman isotonik rasa jeruk
"Ini enak Nan, Adnan harus coba"
Adnan hanya tersenyum menurut lalu mereka berjalan menuju kasir, membayarnya, dan duduk di kursi peramban minimarket, menyantap makanan mereka itu.
Ana melihat Adnan meneguk minuman pilihannya itu
"Enak nggak Nan?"
"Iya enak. Seger"
"Suka enggak?"
Adnan gemas melihat perempuan ini, Ana tersenyum manis melihatnya, dia terlihat layaknya anak kecil sedang menunggu ibunya membeli es krim kesukaannya
"Suka"
Ana puas mendengar jawaban Adnan itu, lalu kembali sibuk dengan mie cupnya
"Suka kamu"
Kalimat itu adalah kalimat yang paling ditakutkan oleh Ana selama ini, saat semakin dekat dengan Adnan dan ketakutan paling memuncak ketika kalimat itu keluar dari mulut Adnan, sekarang. Ia langsung menaruh kembali garpunya, menoleh ke Adnan, berharap ia memasang wajah konyol, tapi ternyata dia memandanginya serius. Ketakutannya semakin nyata sekarang.
YOU ARE READING
PURNAMA
Teen Fiction"Manusia itu punya pilihan, Nan. Apapun pilihannya, dia harus siap buat ambil resiko dari keputusan yang udah dia pilih itu" Yang tulisan miring, flashback on ya gais. Lov yu💛