what emotion is this?

19 3 8
                                    

LOST

"Kenapa kau menangis?"

"Apa aku terlihat sedang menangis di matamu? "

"Aku bukan mengatakan yang tampak di luar. Aku hanya mengatakan, kenapa kau menangis di dalam dirimu sendiri?"

Seketika aku tak mampu menggerakkan bibir ini untuk menjawabnya. Seakan telah terkunci, tak ada kata yang ingin keluar dari mulutku.

Rasanya dingin dan kaku. Aku tak melihatnya di sampingku, atau mungkin, aku tidak mampu melihatnya lagi.

"Apa harus kau simpan? Tidak bisakah kau lebih jujur lagi?"

"Aku ... Hanya tidak ingin menunjukkannya. Tidak ada yang penting, aku tidak perlu mengatakan apapun."

Aku hanya ingin sendiri. Terbiasa sendirian, aku tahu aku tak mampu menghadirkan seseorang di sampingku. Hanya bisa melihat orang lain, tidak ada rasa iri atau cemburu di pikiranku, melupakan emosi itu, pada akhirnya aku tidak merasakan apapun.

Seakan kosong melihatnya. Aku tak mampu memahami apapun yang orang lain katakan tentang kasih sayang dan teman. Mereka melihatku aneh, selalu sendiri, menjauhkan kehadiran dari orang lain. Aku bagai bayangan yang tidak penting.

Tapi itu tidak apa. Selama aku menikmatinya, aku yakin aku akan baik-baik saja. Rasa khawatir ku biarkan berlalu, ketakutan hanya akan menjadi kurungan hitam. Jika aku terjebak, tidak mungkin ada orang yang mau menolongku.

"Jadi itu jawabanmu. Tidak apa, aku mengerti. Kau ... Kau semakin tersiksa di saat kau mulai dewasa. Aku tahu perasaanmu."

Aku tak menduga dia akan mengatakan hal aneh seperti itu. Aku, aku 'tersiksa?'karena apa? Aku tidak mengerti maksudnya.

"Jangan melihatku seperti itu. Bukan berarti aku mengetahui segalanya tentangmu, aku hanya mengatakan apa yang aku pikirkan dan aku ketahui."

"Apa yang membuatmu mengatakan itu?"

Dia tersenyum ke arahku. Angin berhembus menyentuh rambutku dengan lembut. Seakan berkata jika aku akan baik-baik saja. Gelombang air laut menghanyutkan pikiranku, aku tersadar akan sesuatu dan berhenti.

"Kau tak mau mengakuinya. Tidak mampu mengeluarkan emosi, kau adalah contoh orang yang butuh orang berharga di sampingmu."

Suaranya begitu lembut dan ramah di telingaku. Tatapan hangatnya selalu membuatku tenang seketika. Aku hanya bisa menatapnya bisu tanpa mengatakan apapun yang berarti.

"Aku adalah orang yang paling memahamimu. Aku tahu perasaanmu saat ini. Perasaan sedih dan kecewa, kau melihat emosi orang lain sebagai hal yang asing, membuatmu tak mampu melangkah ke manapun kau inginkan. Tapi, disitulah awalannya, kau penasaran dan ingin tahu. Kau memang tidak iri tapi kau juga menginginkan hal yang sama seperti mereka."

"Apa yang ingin kau katakan?"

Melangkah ke arahku. Matanya tertuju padaku dengan cahaya yang menembusku lembut.

"Risa, tidak apa. Kau tidak perlu khawatir. Menjadi sedikit egois untuk dirimu sendiri itu tidak masalah. Kau hanya perlu mencobanya, aku yakin ... aku yakin kau akan berhasil."

"Aku tidak yakin. Selama ini aku selalu di isi dengan kegagalan, mencoba untuk melangkah kembali sudah sangat berat untukku."

"Aku akan selalu berada di sampingmu. Cobalah, aku yakin kau bisa melakukannya."

Aku tak mampu menolaknya. Kata-katanya seakan terus terulang di otakku.

"Apa menurutmu aku mampu melakukannya?"

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang