Fight✨

3 0 0
                                    

Rembulan dimalam itu sangat lah indah bak dewi Kharites.Di depan teras rumah tampaklah seorang kakek yang sedang bercengkrama dengan cucunya.

"Candrane adiku sriwidodo bunder impleg..impleg kaya nodro njoget mincek....mincek ning pendopo candrane anggepe kaya raden werkudoro."

"mbah.." ucap cucu itu kepada kakeknya

"iya..ana apa to ngger?" tanya kakek itu

"aku ngantuk mbah tapi kangen mama." ucap cucu dengan mata berkaca-kaca

"loh..loh..aja nangis wes meneng ndak ayune ilang, ngene ae ngger weruha lintang seng nang nduwur anggep ibu mu nang kono ngko kowe ra kangen neh." ucap kakek

"iya..ya..mbah." ucap cucu itu

Setelah melakukan apa yang diarahkan oleh kakeknya anak itu sudah merasa tenang dan hangat selayaknya ada kehadiran ibunya yang menenmaninya

"kan kalo aku liburan kerumah mbah aku kangen mama, tapi kalo dirumah mama aku kangen mbah, terus kalo sari kangen mbah gimana mbah?" tanya sari

"yo podo kaya mau iku ndelok ae bintang." "wes yo do turu wes mbengi" ajak kakek itu
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"mbah.."ucap sari pelan saat terbangun dari tidur nya

Sari Pov

Mimpi itu lagi,
terulang tanpa terjeda tidak membiarkan batin ku melupakan perasaan itu,
ya mimpi itu selalu terulang pada tanggal yang sama setiap tahunnya, tanggal dimana kakekku meninggal.
Sudah 7 tahun ku lalui tanpa kakek mungkin bagi kebanyakan orang aku adalah orang yang terlalu bawa perasaan lagi pula cuman kakek bukan orang tua atau saudara kandung,namun hanya orang-orang yang tidak dekat dengan ku saja yang berkata demikian.Bila sahabat atau orang yang sudah kenal baik keluargaku maka mereka akan paham mengapa perasaan ku sebesar itu pada kakek ku dan mengapa aku sepeduli itu pada nenekku,itu bermula saat aku kecil ayah ibu ku menikah diusia mereka yang masih dikategorikan usia yang muda, dimasa tersebut ayah dan ibu ku lebih memfokuskan diri dan bergerumul dengan dunia pekerjaan sehari-hari nya, sehinga aku kurang diperhatikan dan akhirnya aku dirawat oleh kakekku, aku pun teringat pada suatu kisah sekitar 19 tahun silam

Campuran Pov.
"tok..tok..tok" bunyi ketukan pintu rumah seorang tentara kesehatan

"Oala mas dah pulang to maaf yang bukain kelamaan habis masih nyuci" ucap si istri sesudah membukan pintu

"iyo rapopo dek, sari dimana kok aku ora weruh?" tanya suami

"iku nang kamar koyoe jalan-jalan karo ngambur-ngambur bantal." jawab istri sambil jalan meninggal kan suami di ruang tamu

Setelah itu suami tersebut berjalan kearah kamar.Betapa terkejut nya ia ketika melihat orang yang ingin dia temui terkena step (kejang-kejang).Ia berlari secepat yang dia bisa melupakan segala lelah pekerjaannya untuk membawa aku ke puskesmas, jarak antara rumah kakek dengan puskesmas cukup jauh sebenarnya, aku bisa berkata demikian karna setiap pergi ke gereja saat berlibur dirumah kakek, aku selalu berjalan melewati puskesmas yang menjadi saksi kasih sayang kakekku pada ku, hari itu kakekku sangat bersyukur karna nyawaku berhasil diselamatkan,

Setelah itu...

"sari..sariii..sarii!!!, sari dipetuk nang plabuhan saiki cepet melas dewean dee." ucap kakek

Aku yang baru membuka pintu kamar rumah sakit pun hanya mematung dan bulir - bulir air mata sudah berjatuhan meski aku menangis dalam diam

"mas sari ki ra nang plabuhan, dekne nang purworejo,seko sekolahan, sekolahane ae beda kutho mbek dewe paling diluk neh tekan wes sejam kog." jawab nenek

"dipethuk dek dekne nang plab..."

"mbah..."ucap ku tenang untuk memotong pembicaraan itu

Kaki ku melemas, setiap kali ku melangkah mendekati brankar yang terbaring kakekku disana, yang membuat hati ku tersayat dimana aku harus melihat kakekku seorang tentara perkasa menjadi lemah tak berdaya selang infus berisikan darah dipasang ditangan kirinya, kepalanya dibalut kasa dan dipasang pula selang, selang yang mengalirkan darah dari kepala kakek ku menuju kantung yang terletak di belakang brankar

"sari wes nang kene mbah, mbah disehat - sehat yo mbah..mbah seng kuwat jare mama simbah pingin weruh sari dadi dokter"ucapku sambil meneteskan air mata

"heeh..nduk, dadi bu dokter." ucapnya memandangiku sambil meneteskan air mata dan tersenyum sendu
.
.
.
.
.
"mbah kakung kok tega to mbah ninggalin sari, sari durung iso dewe mbah, durung iso mandiri kata nya simbah mau ninggalin sari kalo udah mandiriiii." ucapku sambil memukul -mukul peti kakek yang akan ditutup
.
.
.
.
.
"kring...kring...kring.." bunyi alaramku merenggutku dari lamunanku

Saat ku melihat alaram

"astga bisa telat aku,duh..mana dosen fisika lagi hari ini." ucapku pada diriku sendiri


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The MetamorphoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang