Perpisahan lagi :
"Apa? Mau putus lagi?" Kedua bahunya tampak sekali naik turun, dadanya sesak, berbagai emosi bercampur dalam dada. Hana sudah tidak tahan lagi. Ini kali ketiga Alfa meminta putus dengannya, dengan alasan yang sama, yang tidak bisa ditorerir lagi olehnya.
"Ya udah, terserah lo aja, Al. Gue nggak paham lagi sama pola pikir lo," ucap Hana kembali. "Bisa bisanya lo mutusin gue lagi hanya karena ujian. Klasik tahu nggak sih?"
"Ya maaf, Han," ucap Alfa sambil menggoreskan tinta hitam di atas kertas yang mencetak banyak soal.
Buku tebal itu, ingin saja Hana menimpuk Alfa dengan benda itu. "Bisa-bisanya lo masih ngerjain soal-soal di buku persiapan UN di saat kayak begini ya, Alfa!"
Alfa menghentikan kegiatan tulis menulisnya dan menyelipkan pena tersebut di atas daun telinganya. Ia menatap Hana yang berada tepat di depannya, sedang berdiri dengan berkacak pinggang. Wajahnya sangat menunjukkan kebencian. Alfa pun berdiri hingga pandangan mereka sejajar sekarang. "Lo tahu 'kan gue harus pertahanin nilai sekolah biar beasiswa gue nggak di cabut. Lo tahu 'kan, Hana?"
"Terus apa hubungannya dengan lo harus selalu mutusin gue di saat ujian kayak gini, Alfa?"
"Gue harus fokus belajar tanpa bisa diganggu," lanjut laki-laki itu.
Kedua mata Hana tampak melebar, menunjukkan keterkejutan atas pernyataan yang baru saja dilontarkan. "Jadi gue pengganggu?"
Alfa diam tak menjawab. Beruntung kelas sedang sepi. Hanya mereka berdua di sini. Percekcokan keduanya hanya disaksikan oleh dinding kelas, papan tulis, dan beberapa benda mati lainnya.
"Alfa, dimana-mana orang tuh ya butuh support system saat ujian. Lo malah mutusin pacar lo sendiri. TIGA kali!" Hanna menekan kata 'tiga' dan mengacungkan 3 jari di hadapan Alfa.
"Lo masih nggak memahami posisi gue, Han. Gue lakuin ini demi-"
"Demi apa? Demi beasiswa lo itu?" potong Hanna. "Lo nggak sayang sama kita, Al. Lo nggak sayang."
Setelah itu, Hana pergi meninggalkan Alfa sendirian di kelas yang sepi itu. Sekarang pukul dua siang, Alfa belum bisa pulang karena ia menebeng dengan Bintang dan sahabatnya itu belum selesai dengan kegiatan ekstrakulikuler.
Sambil menunggu Bintang, Alfa pun kembali duduk dan membuka buku persiapan UN setebal lima senti. Lalu kembali melanjutkan kegiatannya belajar dan menjawab soal-soal seperti biasa, seperti tidak ada kejadian membekas beberapa saat yang lalu.
YOU ARE READING
An Extraordinary Hurt Things
Teen FictionAlfa, lelaki cerdas dalam akademik yang'masa bodoh' dengan kehidupan romansa. Tapi hal itu tidak menutupi kemungkinan dirinya jomblo. Alfa punya. Namun ia tau apa yang menjadi prioritasnya untuk saat ini. Alfa, si anak berotak emas yang gigih memper...