Jakarta 2009
Matahari baru saja terbit, memasuki sela sela jendela kaca kamar seorang gadis berusia 17 tahun. Tak ada alasan untuk tak bangun, sinar matahari pagi begitu mengganggu tidur gadis itu.
Namanya Gress, Gress anastasya. Gadis cantik, bawel, mungil dan berantakan."Hoooaaaammmmm ... " Gress menguap sambil merenggangkan badannya, ia kemudian melirik jam dinding dikamarnya.
"Baru juga jam 7, ini kan hari minggu. Tidur lagi ahh selagi bunda ngga ada dirumah. Kapan lagi bisa tidur puas tanpa dibangunnin."gumam gress senang.
Baru saja gress akan melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu tadi, bell rumah berbunyi. Gress memutar bola matanya malas lalu beranjak untuk membuka pintu rumah.
"Duhhh bi mina kemana sih, orang ada tamu juga. Lagian siapa sih pagi pagi buta kerumah orang, Ganggu banget." Kesal gress.
Lalu gress membuka pintu masih dengan keadaan rambut berantakan, piyama tidur kuning polos selutut, dan wajah berminyak ala orang baru bangun. Gress menatap orang yang telah mengganggu tidurnya pagi pagi. Lelaki yang menurutnya berumur 20 an tahun. Dengan membawa kotak yang dibungkus plastik hitam entah apa isinya, gress tidak tahu. Gress bergumam dalam dalam hati "siapa yah? Kayanya tukang pos, ehh tapi kok ngga pake helm dan baju layaknya tukang pos, lagian ganteng". Kemudian gress tersadar dari lamunannya. Gress menatap lelaki itu acuh tak acuh.
"Ada apa, mas tukang pos yah. Itu pesanan siapa, bunda yah atau bang gio? Tapi maaf yah mas, bunda ataupun bang gio ngga ada dirumah, jadi paketnya bawa dulu aja. Besok baru kesini lagi." Ucap gress panjang lebar.
Sementara lelaki itu melongo kaget. Ia tak sangkah akan bertemu gadis seaneh dan sebawel gadis di depannya ini. Jauh dari ekspetasinya di awal saat ia melihat gadis itu ia berpikir gress gadis yang manis. Nyatanya sama sekali tidak. "Aneh" gumam lelaki itu dalam hati.
Karena tidak mendapat jawaban dari lelaki dihadapannya dan malah menatapnya dengan ekspresi terkejut, gress mulai kesal.
"Mas mau sampe kapan natap saya begitu?." Tanya gress kesal.
"Ohh maaf mba, pertama, saya bukan tukang pos seperti yang mba pikirkan. kedua, saya kesini di suruh bunda saya mengantarkan bronies ini untuk bundanya mba sebagai tanda silahturahmi. Saya tetangga baru yang tinggal di depan." jelas lelaki itu pada gress.
Gress memutar bola matanya malas.
"Pertama, ngga usah panggil gue mba, karena gue bukan mbanya elo. Kedua, bunda lagi ngga dirumah tapi nanti gue sampein ke bunda kalo lo abis kesini bawa itu" jawab gress ketus sambil menunjuk kotak yang di bawa lelaki itu.
"Ada lagi yang bisa gue bantu mas?" Ketus gress.
"Jangan panggil saya mas, ketuaan mba. Namanya saya gema" ucap gema sambil mengancungkan tangan kanannya ramah.
"Plis deh yah, gue kan udah bilang ngga usah panggil gue mba. Gue gress, Gress anastasya" jawab gress tanpa membalas
Salaman tangan dari gema.
Gema tersenyum kikuk atas perlakuan gress. Baru kali ini ada gadis yang menolak bersalaman dengannya.
"Yah udah ana, saya pamit pulang dulu" ucap gema.
Gress melongo, hah wait wait ana? Ini orang ngga ada sopan sopannya ngasal ganti nama orang. Gumam gress dalam hati.
"Pliss yah, Geemmmaaaa. Nama gue gress bukan ana. Okey" jawab gress kesal
"Iya saya tau. Kan gress ANAstasya. Saya memilih nama ana untuk kamu, cocok" jawab gema nampak percaya diri.
Karena malas berdebat dengan lelaki aneh di hadapannya ini, gress akhirnya mengalah saja.
"Terserah lo" jawab gress langsung menutup pintu.
Sementara gema hanya senyum senyum dan melangkah pulang kerumahnya.
"Gadis unik, bawel dan cantik" batin gema.
![](https://img.wattpad.com/cover/207593255-288-k276655.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema & Gress
FantasyMereka berhadapan dengan hamparan misteri dan rintangan. Akan kah mereka bersatu?