Akhir Bahagia

71 9 8
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka.
Kesamaan nama, tokoh, latar dan konflik hanya kebetulan, tidak ada niatan menyinggung pihak manapun.
Selamat menikmati!
'
'
'
'
'
'
'
'
Dia masih memeluk erat tubuhku. Tangis yang sebelumnya terdengar, berganti menjadi isakan
memilukan yang menyayat hatiku.

[Flashback on]

“APA?!” suara yang memekakkna itu mengalihkan perhatian penunjung café kearah salah satu
meja yang ditempati dua orang remaja.

“Iya kak, papi mau kenalin aku sama anak temannya papi” jawab salah satu dari mereka.

“Cuma kenalan kan Shinta?”

“Kakak pasti tahu ada alasan lain dari papi. Aku mohon!” remaja yang diketahui bernama Shinta
itu mulai menggenggam sebelah tangan remaja satunya yang ada letakkan di atas meja.

“Tapi ka-“

“Kak…” gadis yang lebih muda itu menunduk, bahunya terlihat bergetar.

Shinta. Gadis yang mulai menangis itu bernama Shinta. Dialah gadisku.

Aku tak tahu harus berbuat apa. Dia ingin agar aku mengakui hubungan kasih kami di depan
orang tuanya karena alasan sang ayah akan mengenalkannya dengan putra dari kawannya. Aku
cukup mengena karakter ayah Shinta, maka dari itu aku mengerti akan kemana akhir dari
perkenalan itu.

Aku juga tak ingin melepaskan Shinta untuk laki- laki lain. Andai semua tidak seperti ini,
permintaan itu bukanlah masalah besar untukku.

Halangan itu bukan karena perbedaan- perbedaan yang biasa menghalangi sebuah hubungan.
Orang tuaku adalah rekan bisnis ayah Sihnta. Tentang kepercayan, meskipun butuh waktu aku
rela mengenal Tuhannya agar aku bisa berterima kasih karena telah mencipkatan keindahan
seperti dia.

Halangan itu justru tercipta karena kita sama.

Ya. Aku Jessica, mahasiswi semester 5 mencitai Shinta, adik tingkatku pada salah satu organisasi
kampus yang sama- sama kami ikuti. Hubungan kami terjalin sudah hampir 8 bulan. Selama itu
juga aku sudah berusaha mati- matian agar aku dan Shinta tidak terjebak dalam dosa abadi ini.
Namun akhirnya aku menyerah dan membiarkan Tuhan memilihkan yang terbaik untuk kami
dan hubungan kami.

Aku tersadar saat merasakan basah di tanganku. Entah sejak kapan tanganku yang dia genggam
menjadi bantalan untuk kepalanya yang masih tertunduk. Posisinya saat ini tak lebih dari
layaknya seorang pelayan yang meminta belas kasih tuannya.

Oh ayolah! Sadarkah dia bahwa dirinya lebih indah dari putri- putri di negeri dongeng. Tak
seharusnya dia memohon seperti itu padaku yang hanyalah seorang budak cinta. Bahkan
seharusnya tanpa perlu diminta pun akan kuberi nyawaku untuknya.

Kuraih dagunya dengan tanganku yang lain, perlahan kuangakat kepalanya agar dia menatap
kearahku. Air mata masih menetes dari masih menetes dari matanya yang sudah memerah. "Iya
kakak mau”

Meskipun tak menghentikan tangisya, kata- kata sederhana itu mulai menunjukkan hasilnya.
Kedua sudut bibirnya mulai tertarik ke arah yang berlawanan.

$$$$

Disinilah aku sekarang. Ruang makan keluarga Prasetya untuk menepati janjiku pada dewiku.

Hanya keheningan yang meliputi ruangan ini. Masing- masing kami sibuk dengan hidangan yang
telah di siapkan oleh tuan rumah. Sampai akhirnya Tuan Prasetya yang lebih dulu menghabiskan
makanannya mulai membuka pembicaraan.

Akhir BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang