3 •| Baru awal |•

4 2 0
                                    

Letta menghembuskan napas gusar, jam masih menunjukkan pukul 05.30. Mentari pun masih malu-malu 'tuk menampakkan diri. Dan sekarang, ada orang yang seenak jidat mengetuk pintu apartemennya dengan keras.

"Bentar!" seru Letta.

Dan ketika pintu dibuka, alangkah terkejutnya ia. Sosok pria tampan yang diimpikannya selama ini, tengah berdiri tepat dihadapannya.

"Kamu siapa?" tanya Letta tak berkedip.

"Gue Rifar. Cepet siap-siap, gue tunggu lo di depan. Tiga puluh menit harus sudah siap," ucap Rifar kemudian berlalu.

"Hah!?" seru Letta yang sama sekali tak digubris Rifar.

Bayangkan saja, seorang pria mengajak seorang wanita untuk bertemu pagi-pagi buta. Jangan-jangan ....

"Astaga, gue mikir apaan sih," batin Letta.

Letta segera meraih handuknya kemudian berlari ke kamar mandi.

"Sabar Ta ... sayangi gaji lo," batin Letta lagi.

***

"Sorry, gue lama," ucap Letta setengah berlari.

"It's okay, let's to cafe?" tanya Rifar sembari melirik Letta sekilas, segitu tak mempesonakah dirinya?

Letta menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

***

"Gue cuma punya waktu sejam buat ngurus nih berkas," ucap Rifar sembari menyesap minumannya.

"Yah, enggak bisa gitu dong." Letta tak terima.

"Please, ngertiin gue. Pacar gue butuh gue sekarang." Kini, Rifar memasang wajah melas.

"Nih." Letta menyodorkan secarik kertas kepada Rifar.

"Tanda tangan bolak-balik, biar gue yang ngurus berkasnya. Kalau udah selesai gue kabarin," sambung Letta tanpa ekspresi.

"Okay and finish." Rifar meletakkan bolpoin tepat di atas kertas. Tanda tangannya telah terpampang rapi di kertas itu.

"Dah, sono pergi."

"Lo ngusir gue?"

"Bukannya lo mau pergi, hah!?"

"Oh iya-ya, oke thanks Ta ...."

Rifar segera berlalu tepat detik berikutnya, meninggalkan Letta yang tengah berusaha menahan amarahnya.

Ayolah, baru lima belas menit yang lalu mereka sampai. Dan dengan seenak palanya, Rifar mohon undur diri? Huh! Sungguh, Letta benar-benar geram dengan kliennya kali ini.

"Sabar Ta ... demi gaji."

"Eh, nih minuman siapa yang bayar? Arghhh ... Rifar!"

***

"Duit gue makin nipis lagi, gara-gara lo Far! Sebel gue."

Letta mengacak-acak rambutnya, mengapa tugas ini tak selesai juga. Sudah sejam lebih ia menulis, tapi kenapa tak ada separuh halaman? Diletakkannya kertas tadi, dan dengan lihai dibukanya aplikasi Wattpad.

Dikliknya genre fiksi remaja. Tak lebih dari lima detik, banyak cerita berhamburan. Namun, netranya langsung tertarik pada salah satu cerita. Dengan cermat, dibacanya deskripsi cerita tersebut.

Gue adalah angsa dengan bulu berwarna kelabu. Kelihatan elok apabila tak hadir di dunia.

#BukanAngsa

Letta mengulum senyum, ia merasa bahwa cerita ini sangat puitis. Dengan cepat dipencetnya part satu.

***
Part telah dihapus untuk kepentingan penerbitan!

***

Hembusan napas kesal, meluncur dari hidung peseknya. Part satu pakai dihapus lagi. Namun, dengan sedikit harapan dikliknya part  dua hingga seterusnya yang isinya persis sama.

"Gini amat hidup gue."

***

P
P
P
On dong, Ta ....
Ta ....
P
P
P

Chat whatsapp beruntun dari Iksa langsung memenuhi layar, begitu Letta menyalakan ponselnya.

Assalamualaikum
Bukan P -_-
Paan sih?

"Astaga, udah siang ternyata. Kok gue kagak nyadar ya?"

"Ngisi perut dulu deh."

Sesibuk-sibuknya diri, jangan sampe telat makan. Sayangi diri, ortu, sahabat dan dia, eh.

Nah, pikiran Letta sudah mulai kemana-mana kan? Sabar Ta, lo emang jomblo tapi kalau ngimpi jangan ketinggian, Letta bermonolog sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Only MissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang