Nightmare

3.3K 165 4
                                    

Minghao mencengkram seprei di bawahnya. Peluh menghiasi wajahnya yang mengkerut. Dahinya basah oleh keringat. Rambutnya lepek menempel di dahinya. Napas Minghao tersengal-sengal. Dadanya naik turun tak teratur.

Gumaman tak jelas keluar dari mulutnya. Tangannya menggapai-gapai seseorang. Siapapun. Namun tak kunjung mendapat tumpuan. Dia butuh seseorang.

"Gyu.."

Napasnya kini makin tak teratur. Suaranya bahkan hampir tak terdengar.

"Won.."

Lagi. Minghao masih berjuang di mimpi buruknya. Matanya terpejam erat. Seolah-olah enggan bangun dari mimpinya.

Minghao terjebak. Tubuhnya kaku. Seakan ada yang mengendalikannya. Dia ingin bangun. Keluar dari mimpi buruk ini. Namun jiwanya seakan terikat.

Ia ingin berteriak. Namun tenggorokannya seakan tercekik. Enggan mengeluarkan suara.

"Hao."

Sapaan lembut di telinga Minghao, membuat sang empu berusaha menetralkan napasnya. Minghao mendengarnya. Namun lagi-lagi ia tak bisa keluar.

"Minghao."

Sapaan lain di telinga kiri Minghao, membuat Minghao semakin berjuang. Berusaha bangun dari mimpi ini.

Dia mendengarnya. Mendengar dua orang lelaki yang ia percaya.

Usapan lembut di dahi, serta tangannya membuat Minghao tersentak.

Matanya terbuka lebar. Napasnya tak beraturan. Rakus menghirup oksigen cepat-cepat. Seakan dia lama tak menghirupnya.

Wajah Mingyu serta Wonwoo adalah pemandangan yang Minghao lihat pertama kali. Senyuman lembut serta pandangan penuh kasih, membuat Minghao lebih tenang.

Diraihnya tangan Mingyu serta Wonwoo ke dadanya. Mendekapnya erat.

"Hei. It's okay. Kamu aman." ujar Mingyu berbisik. Dikecupnya pelan dahi Minghao yang lembab.

Wonwoo mengusap lembut surai hitam Minghao yang basah oleh keringat. Bibirnya ia gerakkan untuk mengecup singkat bibir Minghao.

Minghao tenang. Ia merasa aman. Nyaman. Minghao tak ingin terlelap dalam mimpi.

"Ayo tidur lagi." ajak Mingyu sambil mengelus punggung tangan Minghao menggunakan ibu jarinya.

Minghao menggeleng. "Apapun selain tidur. Aku takut."

Wonwoo menghela napasnya pelan. "Ada kami, Hao. Kamu gak akan mimpi buruk lagi."

Minghao tetap menolak. Ia enggan untuk kembali terlelap. Minghao bangun dari tidurnya, melepaskan genggaman kedua orang di sampingnya.

Minghao masih shock. Napasnya masih ia atur perlahan. Minghao sangat benci mimpi buruk. Entah apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya, hingga ia sering bermimpi buruk.

Usapan lembut di kulit kepalanya, membuat Minghao rileks. Jari-jari Wonwoo yang panjang membelai lembut surai hitamnya. Dengan perlahan ia mendekati Minghao. Memposisikan tubuhnya menghadap Minghao.

Minghao memejamkan matanya. Jari-jari Wonwoo menggaruk lembut kulit kepalanya. Kuku-kukunya menggesek belakang telinga Minghao. Wonwoo menurunkan tangannya, hingga mengusap lembut tengkuk Minghao. Minghao menghembuskan napasnya lega.

Wonwoo menggerakkan jarinya ke arah rahang Minghao. Mengusapnya lembut. Ditangkapnya dagu Minghao untuk berhadapan dengan wajah Wonwoo.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Wonwoo lembut. Minghao menyentuh tangan Wonwoo.

Nightmare | GyuhaowonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang