BAB 1

74 1 1
                                    


Hari minggu seharusnya membuatmu penuh semangat. Tidak ada sekolah, tidak ada pekerjaan sekolah dan kamu bisa puas duduk di depan komputer untuk menaikan peringkat di Game Online favoritmu. Sabtu kemarin kamu bahkan sudah membuat janji dengan Rendi – sahabatmu- untuk bermain bersama.

Tapi ibumu selalu tahu bagaimana cara untuk menghancurkan rencanamu, Menghancurkan hari minggu yang harusnya ceria itu. Ibumu seakan selalu menemui cara untuk membuatmu sibuk hingga tak ada waktu untuk bermain.

Seperti Hari ini, tanpa pemberitahuan sebelumnya, Ibumu telah memiliki rencana untuk meng-akuisisi hari minggu-mu. Bahkan sebelum kamu cuci muka, Ibumu telah memerintahkanmu untuk membersihkan gudang dan rumah. Pekerjaan yang harus kamu lakukan bersama dengan kakakmu yang pemalas itu.

Ya..Rencana ibumu tidak hanya mengakuisisi hari minggumu, namun juga hari minggu kakakmu.

Berbeda denganmu yang telah memiliki rencana produktif - bermain Game Online bersama Rendi tentu saja kamu anggap produktif. Kakakmu hanya memiliki satu rencana di Hari Minggu. Rencana yang menurutmu tidak berguna itu malah sering dilabeli sebagai "Rencana Suci" oleh kakakmu.

Tidur Seharian Di Hari Minggu.

Kakakmu memang selalu memilih untuk ber-hibernasi seperti binatang pengerat di musim dingin dibanding melakukan hal-hal yang ia suka. Atau mungkin "Tidur" adalah satu-satunya kegiatan yang disukai oleh kakakmu.

Bahkan sebelum melakukan Tugas Besar Yang Maha Mulia dari ibumu, kamu sudah diberi tugas untuk membangunkan kakakmu dari tidurnya. Tugas yang dilabeli Ibumu sebagai "Tugas Kecil Yang tak kalah mulia".

Kamu berjalan dengan malas melewati satu persatu anak tangga menuju lantai dua. Setiap anak tangganya membuatmu semakin malas dan semakin malas. Setelah melewati semua anak tangga kamu langsung menyusuri koridor lantai dua yang membuatmu semakin malas lagi. Barulah di ujung koridor itu kamu tiba di Kamar kakakmu.

Kamu menarik nafas panjang. Perjalanan dari lantai satu hingga depan pintu kamar kakakmu serasa sangat jauh hari ini. Dengan malas kamu mengetuk pintu kamarnya.

Dan tidak ada balasan dari si pemilik kamar. Tidak Menyerah, kamu mengetuk lagi pintu kamar itu dengan tenaga yang lebih kuat. Namun lagi-lagi tidak ada jawaban.

Kamu mengulanginya hingga tiga kali. Namun si pemilik kamar nampaknya sudah memulai proses hibernasinya.

Tiba-tiba kamu mendengar langkah seseorang menaiki tangga. Berbeda dengan langkahmu, kali ini langkah itu terasa lebih bersemangat hingga menimbulkan suara berderap setiap kali tapak kaki bertemu anak tangga.

Kamu menoleh dan melihat ayahmu di ujung koridor. Si pemilik langkah itu ternyata adalah ayahmu yang sudah berpakaian rapi.

Ayahmu berjalan menuju kamar kakakmu, tempat dimana kamu berdiri saat ini. Sesampainya di depan pintu ayahmu melakukan apa yang kamu lakukan sedari tadi. Ajaibnya, hanya butuh satu kali ketukan dan pintu kamar terbuka. Kakakmu melongok keluar dengan mata yang masih sayu.

"Apaan sih pagi-pagi sudah berisik?" Protes Kakakmu. "Tidak tahu apa aku masih mengantuk"

"Cepat turun, Cuci muka dan bantu adikmu"

"Tapi hari ini kan hari minggu yah. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan"

"Maksudmu Tidur? Cepat Turun dan Bantu Adikmu atau uang jajanmu akan dipotong"

Berbeda dengan ibumu yang selalu memiliki cara berbeda dan inovatif setiap kali mengancam kalian, Ayahmu hanya memiliki satu jurus ancaman. Dan dia memiliki alasan kuat mengapa selalu menggunakan uang jajan sebagai senjatanya. Ancaman memotong uang saku anak-anaknya memiliki persentase keberhasilan seratus persen. Kamu dan kakakku tidak pernah membangkang jika ayah telah mengucapkannya. Kata-kata itu tidak pernah keluar dari mulut ayah sebanyak dua kali beruntun, sekali terucap dan kalian masih membangkang maka ayahmu sudah mengesekusi ancamannya.

Kakakmu keluar kamar dengan langkah gontai, seperti penjudi yang kehabisan uang di meja judi. DIa menuruni anak tangga seolah-olah itu adalah jalan naik. Kamu dan ayahmu mengikuti langkah pemuda tanpa masa depan itu dengan sabar. Ibumu telah menunggu kalian di lantai dasar.

"Ibu mau ke supermarket bersama ayahmu. Kalian Bersihkan rumah dan gudang di belakang sana." Ibu menyambut kalian yang baru saja tiba di lantai dasar.

"Ingat bagi tugas ya" Lanjutnya

Ayah dan ibumu kemudian berjalan meninggalkan kalian berdua. Sebelum keluar ibumu sempat berkata.

"Oh iya, Pak Sardi datang pukul sebelas untuk mengambil barang-barang bekas. Pastikan kalian sudah menyelesaikan pekerjaan sebelum beliau datang"

"Ingat uang saku kalian taruhannya" Ayahmu tidak mau kalah untuk menyampaikan kata-kata terakhir sebelum berangkat.

Dan mereka berduapun pergi meninggalkan kalian yang enggan menjalankan tugas tersebut namun juga takut kehilangan uang saku.

***

Setelah ayah dan ibumu pergi, kakakmu berusaha untuk kembali menjalankan "Rencana Suci"-nya.

"Jika kamu kembali lagi ke kamar, aku akan melaporkannya ke Ayah" Ucapmu

"Ayolah Jo, Ini hari minggu. Waktunya bersantai"

"Kamu pikir aku juga mau mengerjakan tugas itu. Aku juga punya rencana sendiri." Bantahmu. "Semakin cepat tugas ini kita selesaikan semakin cepat kamu kembali ke pelukan bantal dan gulingmu, kak!"

"Baiklah. Agar lebih cepat bagaimana jika kita bagi tugasnya. Kamu membereskan Gudang. Biar aku yang membereskan rumah"

"Tidak bisa" Bantahmu lagi. "Aku Rumah, Kamu Gudang". 

Sejujurnya kamu juga tidak tahu mana tugas yang lebih sulit. Kamu membantah saran Kakakmu hanya karena kamu tidak mau kakakmu mendapat apa yang dia mau.

"Kenapa sih kamu selalu membantahku? Aku kan lebih tua darimu. Harusnya kamu nurut sama aku" Ujar kakakmu.

"Baiklah kalau kamu tidak mau membersihkan gudang, Biar aku yang membersihkan gudang"

Kakakmu melangkah meninggalkanmu menuju gudang belakang. Namun masih beberapa langkah kamu menghentikannya.

"Aku gudang saja deh." Katamu.

"Apaan sih. Jadinya kamu mau membersihkan Rumah atau Gudang". Kakakmu marah dengan sikapmu yang plin plan.

"hmmm..." Kamu berpikir tugas mana yang sebaiknya kamu lakukan. Membereskan Rumah yang lebih luas dari Gudang, atau Membereskan Gudang yang penuh debu. Pilihan manapun sebenarnya sama-sama sulit dipikiranmu saat ini.

"Ayo..jadinya kamu rumah atau gudang". Kakakmu mulai kehabisan kesabaran.

"Kalau kamu tidak memilih, tugas ini tidak akancepat selesai"

Jadi Pilihan mana Yang kamu pilih

.
.
.

Jika Kamu memilih membereskan Rumah Maka Bacalah BAB 2

Namu Jika Kamu pikir membereskan Gudang lebih Mudah maka BAB 3 - lah yang harus kamu baca

Percabangan : Labirin WaktuWhere stories live. Discover now