1

6 1 0
                                    

Hari ini seperti hari biasanya untuk freya. Tidak ada hal yang spesial atau berarti yang dialami Freya. Mungkin juga untuk seterusnya pikirnya. Hatinya membeku, jiwanya mati. Dirinya tak ubahnya seperti tubuh yang hidup tanpa jiwa. Dulu mungkin dia masih bisa berekspresi. Tetapi sekarang hanya hampa yang tersisa di dalam dirinya.

Lamunan freya pecah tatkala dering ponsel diatas nakas membuat dirinya ditarik pada kenyataan. Diraihnya ponsel berlogo apel itu sambil mengela napas.

"Apa? " suara bising langsung menyambut pendengaran freya ketika panggilan telepon ia angkat
"Lu lagi free ga sekarang? " seseorang diseberang sana berujar sambil sedikit berteriak agar suaranya terdengar oleh freya.
Freya membalas dengan deheman membuat seseorang diujung telepon itu menghela nafas pelan dan berujar "Oke lo siap siap terus otw kesini." tanpa membalas lebih jauh panggilan telepon diakhiri oleh Freya.

Dirinya beranjak keluar menuruni satu demi satu anak tangga. Hingga tatapannya jatuh kepada pasangan anak dan ibu yang sedang duduk bersantai diruang keluarga. Tanpa menghiraukan nya lebih jauh dirinya melanjutkan langkah yang sempat terhenti sejenak hingga suara seorang yang sangat dikenalinya membuat langkahnya terhenti untuk kedua kalinya.

"Lo tuh gaada sopan sopannya ya jadi orang. Udah tau ada mama sama gue disini tapi lu bersikap seolah olah gaada siapa siapa"

"Terus kenapa? Masalahnya sama lo apa!?

Plak

"Berani ya kamu bicara seperti itu sama anak saya? Kurang ajar kamu" tidak hanya tamparan yang diterima oleh Freya tapi juga jambakan yang kuat pada rambutnya

Sakit
Perih

Tapi tidak sebanding sama apa yang telah dia rasakan selama ini.

"Pasti kamu mau pergi sama anak anak berandal itu kan!? Sekalian saja kamu tidak usah pulang kerumah anak sial"

Freya menantap tajam dua orang itu, tanpa sepatah kata dirinya beranjak meninggalkan tempat menyakitkan tersebut.

***

Deru mesin motor saling bersautan. Kumpalan asap mengudara menghiasi langit gelap. Beberapa orang terlihat berkelompok membahas sesuatu. Dua orang pria berada diatas kuda bermesin mereka menatap tajam satu sama lain. Deru motor saling bersautan menunggu sang wanita berpakaian minim melemparkan sapu tangannya.

Arena balap liar, tempat yang freya kunjungi malam ini. Di satu pojokan dirinya dapat melihat tiga laki-laki saling bersenda gurau.

Tiga laki-laki itu adalah sahabat terbaiknya. Mereka adalah alasan kuat kenapa freya masih bernafas hingga detik ini. Tanpa mereka mungkin sudah lama freya pergi meninggalkan dunia yang gila ini. Tanpa mereka tidak ada freya hari ini.

"Ada apa ?." Ujarnya dingin lalu bergabung dengan mereka.

"Eh enek Freya."

"Dingin amat neng, kulkas dirumah gua aja kalah dinginnya sama eneng hahahahah."

"Seterah." Dari banyak candaan temannya hanya satu kata yang diucapkan Freya. Jangan kaget memang itulah Freya dingin tidak berperasaan.

"Tuh pipi merah amat, pakek blush on kebanyakan atau maskeran tomat blm di bilas ?" Tanya Zaedan salah satu temen Freya.

Plak

Satu toyoran mendarat mulus di kepala Zaedan.

"Edan edan, kowe itu gimana sih. Si Freya perawatan itu sesuatu yang FANA, iso kiamat dadakan kalau Freya kayak gitu ngerti ora ?"  Ujar Jodi dengan menekankan kata Fana.

"Iya juga ya hehehe." Zaedan hanya mengaruk kepalanya tidak gatal dan menyengir.

"Freya are you okay, kenapa bisa merah ?." Tanya khawatir Juan.

"Biasa." Seakan mengerti teman-teman Freya hanya bisa menganguk, menatap sedih Freya.

"Udah lah, gak usah dibahas kenapa lo nyuruh gue kesini ?"

"Kalian tau si Kevin anak SMA Star, dia ngajakin tanding besok. Dia gak terima kalah balapan waktu itu." Ujar Juan

"Ya udah tanding tinggal tanding, apa lagi yang perlu ditakutin."

"Masalahnya bukan itu aja Zae, kali ini dia mau tanding sama Freya. Dia juga ngajuin syarat. Kalau dia kalah dia bakal kasih kita uang 10 juta tapi kalau dia menang."

"Kalau menang.."

"Dia mau Freya masuk geng mereka dan ngejadiin freya pacarnya. "

"GAK APA-APAAN GAK BOLEH, ENAK AE DIKIRA FREYA BARANG APA BUAT TARUHAN SEGALA GAK GUA GAK SETUJU."

"Gue terima."

Hening beberapa detik. Seakan tersadar semua mata menatap Freya, meminta penjelasan.

"Ada yang salah ?"

"Freya lo yakin ?"

"Lo tau kan, Kevin itu playboy cap komodo. Gue takut lo cuma dimanfaatin sama dia."

"Tenang aja, gue bisa jaga diri. Toh kita butuh uang itu, gak ada cara lain."

"Tapi Fre.."

"Udahlah Jod, gue pasti menang kok."

"Oke kalau itu mau lo, gue percaya sama lo. Gue tau lo pasti bisa." Juan berdiri menatap Freya lama, lalu menepuk bahu Freya pelan.

"Semangat Freya."

"Kalau koyok ngono kui, aku iso opo."

"Thanks."

Tbc

Hai semua balik lagi hehe.. btw selamat membaca ceritanya ya guys semoga suka

Jgn lupa kritik dan komennya yaa
Ditambah votenya

Mksih buat yg sudah baca hehhe

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Invisible GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang