3. Suasana Baru

34 5 1
                                    

"Jadi, kau mengira aku sudah tua?" tanya Kim Ji Won atau yang lebih akrab dipanggil Bobby seraya mengemudikan stirnya.

"Sepupuku bilang, sopirnya yang akan menjemputku. Ya aku fikir sopirnya sudah tua, ternyata aku salah."

"Mwo?! Sopirnya? Aish yang benar saja! Pria tampan dan keren sepertiku ini dibilang sopir? Kalau bukan teman, aku tidak akan menolong Nari. Huh, gadis itu sudah dibantu malah mengatakan aku sopirnya, dasar." diakhir ucapannya, Bobby mengomel membuat Sana terkikik.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Bobby dengan muka sewotnya.

"Kau mengomel seperti wanita saja, sudahlah ini kan hanya masalah sepele kenapa kau begitu mempermasalahkannya? Apa rumah Nari masih jauh? Aku begitu lelah."

"Kalian berdua sama saja! Nari mengataiku sopir dan kau mengataiku mengomel seperti wanita." lagi, Bobby berkata dengan wajah kesal.

Sana tidak merespon, ia terlalu lelah akibat perjalanan dari Busa  menuju Seoul. Gadis itu memejamkan kedua matanya dan menyenderkan kepalanya ke jendela mobil, melihat Sana hampir tertidur membuat Bobby yang tadi akan mengatakan sesuatu jadi mengurungkan niatnya agar ia tak menganggu gadis itu.

"Dilihat secara langsung kau memang benar-benar cantik, Na." gumam Bobby seraya tersenyum tipis.

Osaka, Jepang.

"Bagaimana? Apa kedatanganku kesini tidak akan sia-sia?" tanya Wonwoo dengan bahasa Jepangnya yang baik.

"Tentu saja tidak, Pak Jeon. Seharusnya aku yang mendatangimu untuk membicarakan kerja sama kita."

"Kau lebih tua dariku, sudah sewajarnya aku yang mendatangimu. Bagaimana? Apa kau percaya pada kinerja perusahaanku?"

"Sudah tampan, kaya, cerdas kau juga sangat menghormati orang tua Pak Jeon, jadi mana mungkin aku menolakmu, apalagi kau sudah jauh-jauh datang kesini. Jadi kapan kita akan mulai proyek kita?"

Wonwoo tersenyum puas, ternyata usahanya terbang ke Osaka membuahkan hasil, CEO Jepang ini sangat selektif dalam memilih partnernya, maka dari itu Wonwoo harus lebih hati-hati agar bisa mendapat kepercayaan darinya.

"Tiga hari dari sekarang, bagaimana? Sekertarisku yang akan mengurus semuanya." balas Wonwoo membuat lawan bicaranya mengangguk mantap.

"Aku setuju." ujarnya seraya mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh Wonwoo. Mereka berjabat tangan seraya tersenyum.

✨✨✨

"Cepat kemasi barangmu, kita pulang sekarang." Ujar Wonwoo kepada sekertarisnya.

"Mwo?! Kita langsung pulang? Kumohon semalam saja kita menginap di Osaka." Nari menatap atasannya itu dengan wajah tak percaya, hebat sekali Jeon Wonwoo mereka baru beberapa jam lalu tiba di Osaka dan sekarang ia akan pulang?

"Urusanku disini selesai, apa lagi yang akan aku tunggu? Sudahlah aku malas berdebat denganmu."

"Aku bahkan belum memesan tiket pesawat." keluh Nari membuat Wonwoo mengernyitkan dahinya.

"Kau fikir aku akan ikut penerbangan umum lagi? Tidak Nari, disana terlalu berisik untuk aku yang tidak suka dengan keramaian. Pesawat pribadiku yang akan menjemput kita, simpan ocehanmu untuk tiga hari kedepan karena kau pasti akan sangat merasa direpotkan lebih dari ini." setelah mengatakan itu Wonwoo pergi meninggalkan Nari yang menggeram kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang