[1] Sebuah Takdir

24 3 0
                                    

"Di tanganku terdapat garis kehidupan yang telah tuhan tanamkan bahkan jauh sebelum aku dilahirkan"

.
.
.
.

Dulu aku berfikir bahwa cinta pertama itu tak pernah ada, aku tak pernah mempercayai statement yang seperti itu. karena bagiku cinta itu sudah mati bersama kenangan yang kelam.

Ini adalah kehidupan baru yang kujalani, semenjak bertahun-tahun hidup disebuah panti asuhan bersama mereka yang sudah bersusah payah merawatku, akhirnya ada sebuah keluarga kaya raya yang mengadopsiku. Penantian yang dulunya hanya sebatas angan semu, akhirnya bisa terjama oleh ku.

Sekarang Aku hidup bahagia karena orang tua angkatku memperlakukanku seperti anak kandung mereka. Aku bersyukur, bahwa mereka tak menjadikan ku sebagai budak ataupun hal hina lainnya. Diriku pun selalu bersyukur, ditengah kelamnya masa laluku yang tak jelas warnanya akhirnya ada setitik warna terang yang menghantarku kepada warna cerah yang sebelumnya belum pernah ku raih.

Terlepas dari suramnya masa laluku, setelah hidup bertahun-tahun bersama mereka, cita-cita ku untuk menjadi seorang dokter akan segera kuraih, hanya tinggal menunggu waktu setahun dan ku pastikan waktu tak akan terulur lebih lama lagi. Tak hanya itu, dua minggu lagi aku akan dipersunting oleh seorang lelaki yang berprofesi sebagai dosen sekaligus dokter bedah. Di tanganku terdapat garis kehidupan yang telah tuhan tanamkan bahkan jauh sebelum aku dilahirkan, dan awalan kisahnya selalu saja membuatku ingin mengingkari fakta itu namun, bukankah kehidupan tak selalu berjalan mulus??!.

Sebenarnya aku adalah anak dari seorang wanita yang sehari-harinya pernah bekerja sebagai seks komersial. Ya dia memang mantan pekerja, namun ia pernah melakukannya bukan?! Aku hasil dari sebuah hubungan terlarang dan berasal dari lingkungan yang hina, hal itu mengenaskan bukan?! Namun Ibu tak ingin membuatku ikut terjangkit noda yang bahkan hampir permanen itu dan akhirnya sebelum kematian menjemputnya aku pun dititipkan disana.

Panti pelita.

“Rona?” panggil sahabatku. Lidya

“bengong aja, kenapa sih? professor tadi nyeramahin kamu lagi?” lanjutnya.

Ku menggeleng

“gak kok, mas Ari gak nyeramahin aku”

“idihh, panggilnya mas ya. neng, ingat ini dikampus. Lupa ya, waktu itu calonmu bilang apa”

Ku tertawa kecil.

Ya calon ku adalah dosenku sendiri dan ia juga yang memberikan aturan bahwa di kampus kita harus tetap bersikap professional.

“ya disinikan Cuma ada kita berdua Lidya sahabatku”

“ye, kamu itu harus berpikiran kritis Na. ingat mas mu itu pernah bilang ‘kamu harus waspada jangan lengah karena niat jahat orang itu tidak bisa terdeteksi’ ingat tuh pesan mas-mas mu” ucap Lidya dengan sangat lebay.

Next.....

CINTA PERTAMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang