First Meet

119 20 5
                                    

Seorang lelaki manis berdiri di depan sebuah minimarket dengan seragam khas salah satu Sekolah Menengah Akhir yang melekat ditubuhnya. Sesekali ia merapatkan Almamater sekolah yang Ia pakai. Hujan yang lumayan deras menjadi alasan udara yang semakin dingin.

Ia menatap lurus ke depan. Ia sudah berdiri disana sejak 30 menit yang lalu. Biasanya Ia akan berlari di bawah guyuran hujan sambil bersenandung ria.

Na Jaemin-nama yang tertera pada name tag lelaki manis itu.

Lelaki semampai itu menghela nafas untuk kesekian kalinya. Jaemin mengumpati dirinya sendiri yang lupa membawa payung yang sudah Ia siapkan diatas meja belajar. Jika tidak lupa mungkin sekarang dirinya sudah pulang ke rumah dan terlelap dengan nyaman di dalam kamar.

Entah sejak kapan Ia memperhatikan sebuah objek yang berjarak sekitar 2 meter dari posisinya sekarang. Terlihat dua orang yang terlibat baku hantam. Salah satu dari mereka tersungkur ke tanah tanpa ada perlawanan setelah itu ditinggalkan begitu saja.

Jaemin berlari menghampiri lelaki itu. Membiarkan hujan deras membasahj seluruh pakaiannya seketika. Jaemin berlutut dihadapan lelaki itu.

"Kau baik-baik saja?" Tanya sedikit berteriak

Retoris

Keadaan lelaki dihadapannya sedikit mengenaskan. Cukup jelas bahwa lelaki itu tidak baik-baik saja tanpa harus bertanya lagi. Terlihat dari wajahnya yang dipenuhi lebam dan sudut bibirnya yang sedikit sobek.

Lelaki itu bergeming, tak mengindahkan perkataan Jaemin. Ia sedikit meringis. Walaupun kepalanya tertutupi tudung hoodie, tetap saja tetesan air hujan yang cukup deras dapat mengenai wajahnya, lukanya pasti terasa semakin perih.

Jaemin segera membantu lelaki itu berdiri dan memapahnya menuju halte terdekat dan mendudukannya perlahan lalu dirinya menyusul untuk duduk di kursi kosong disamping lelaki itu. Jaemin membuka tasnya yang basah, mencari pocket P3K yang biasa Ia bawa untuk jaga-jaga bila terjadi sesuatu, seperti sekarang ini.

Perlahan-lahan, Ia mulai mengobati wajah lelaki asing itu.

Tak ada penolakan dari lelaki itu. Ia hanya menatap Jaemin dalam diam ketika pemilik surai madu itu dengan telaten mengobatinya. Beberapa pertanyaan melintas dipikirannya. Mengapa orang ini menolongnya? Untuk apa Ia peduli padanya? Ia tak harus peduli pada dirinya sebab dirinya pun tak peduli pada orang lain.

Anehnya, Ia tak menolak sama sekali uluran tangan yang lelaki manis itu berikan.

"Mengapa kau menolongku?"

Jaemin terdiam. Gerakan tangannya di wajah lelaki itu ikut terhenti.

Sejenak Ia tersadar, mengapa lelaki ini melontarkan pertanyaan seperti itu? Memangnya salah jika Ia menolongnya

"Selagi aku bisa mengapa tidak?"
Pada akhirnya hanya kalimat itu yang terucap dari bibir Jaemin.

Tanpa menunggu jawaban dari lelaki di hadapannya kini, Ia segera merapihkan berbagai macam isi pocketnya dan memasukan kembali benda itu ke dalam tasnya.

Mengusap kedua tangan seraya berdiri dari kursi halte, Jaemin berujar, "Cepat pulang ke rumah dan ganti pakaianmu. Jangan lupa bilas tubuhmu dengan air hangat."

Setelah itu Ia pergi menjauh dari halte. Meninggalkan sepasang mata yang terus menatap punggung sempit yang semakin menjauh itu hingga hilang dari pandangan. Sudut bibirnya sedikit terangkat.

'Terima kasih'


TBC(?)

Hello semuanya~

Aku bikin ff baru pke akun baru muehehehe

Kalo responnya bagus bakal aku lanjut, kalo ngga yaaaaaa aku unpub :v

Vote comment serta kritik saran sangat diperlukan💛
Trimss

Rain; NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang