Society

76 15 3
                                    

Na Jaemin terkenal seantero sekolah karena kecerdasannya. Belum pernah ada yang bisa menggeser posisinya pada peringkat satu paralel.

Banyak orang yang mengaguminya. Karena selain cerdas, Na Jaemin juga pribadi yang sangat ramah dan sopan juga santun. Dirinya disukai banyak guru dan staff sekolah yang ada.

Tak banyak yang mengetahui bahwa Na Jaemin adalah Putra semata wayang dari pemilik perusahaan property terbesar kedua di korea selatan setelah Kim corp-- perusahaan milik pamannya yang menempati posisi pertama.

Jaemin sendiri yang berusaha menyembunyikan identitasnya dikalangan publik. Oleh karena itu semua orang menganggap Jaemin adalah siswa beruntung bisa mendapatkan beasiswa yang ujiannya tidak main-main.

Jaemin bukan seorang Introvert, Ia hanya bicara seperlunya. Tak banyak teman yang Ia punya. Hanya Haechan dan Yoojung yang betah berteman dengannya dari kecil. Walau lebih banyak Haechan dan yang mengajak berinteraksi juga Yoojung yang banyak mengoceh, Jaemin bersyukur setidaknya mereka mau berteman dengannya.

•°•°•°•

Jaemin menatap jengah papan tulis di depan kelas. Kelasnya sedang berlangsung pelajaran matematika. Ia tidak suka Guru matematika ini. Materi yang diajarkannya selalu diulang setiap pertemuan. Kapan Jaemin akan mendapatkan materi baru? Ia sudah paham dengan materi itu.

Anak pemegang beasiswa memang beda

Pemuda manis itu cukup dekat dengan Guru matematika yang saat ini sedang cuti melahirkan. Sedari tadi ia hanya memperhatikan gerak gerik sang guru tanpa berminat untuk mendengarkan. Mengapa kelasnya mendapatkan Guru pengganti yang menyebalkan?

"Na Jaemin!"
Jaemin tersentak mendengar panggilan sang Guru yang sangat keras.

"Y-ya?"

"Kau tidak memperhatikan ke depan ketika gurumu menjelaskan?"

"Tidak. Saya memperhatikan." ucap Jaemin tegas

"Jangan karena kau si peringkat satu paralel kau bisa seenaknya mengabaikan Gurumu. Jika memang merasa sangat pintar, tak perlu melanjutkan sekolah. Ingin ku cabut beasiswamu?"

Jaemin mengumpat dalam hati. Mengapa disangkut-pautkan dengan beasiswa? Sepertinya Guru yang satu ini sangat tak menyukai Jaemin.

Semua pasang mata menatapnya, memperhatikan kemana Jaemin akan melangkah. Pemuda manis itu tersenyum dihadapan sang Guru.

"Hanya sekolah yang bisa mencabut beasiswaku. Jika Ssaem mau, coba temui Kepala Sekolah untuk itu. Aku akan bersiap-siap jika Kepala Sekolah benar-benar melakukannya. Aku permisi."

Hening.

Tak ada yang bersuara setelah Jaemin keluar dari kelas. Semuanya masih tidak menyangka Jaemin akan seberani itu.

Sang Guru mengepalkan tangannya geram. Jika bukan karena Ia masih magang Ia tak akan segan menampar murid itu.

"Mengapa kalian diam? Kerjakan soal-soal dipapan tulis dan kumpulkan dalam 5 menit."

•°•°•°•

Jaemin berjalan dibarisan rak berisi novel. Ia memutuskan untuk menghabiskan jam pelajaran diperpustakaan saja. Dirinya masih mencari novel yang sekira akan ia baca untuk menghabiskan waktu. Namun, belum ada satu pun judul novel yang menarik perhatian. Lagipula mood nya tidak terlalu bagus untuk membaca.

Brukkk!

Jaemin meringis kala sesuatu menabrak punggungnya diiringi suara benda yang berjatuhan. Ia sedikit terkejut saat berbalik mendapati seseorang tertumpuk buku paket tebal yang cukup banyak.

"Astaga! Kau baik baik saja? Maaf aku menghalangi jalan."

Orang itu menggeleng pelan lalu memunguti buku yang berserakan dihadapannya diikuti Jaemin.

"Tidak, kau tidak salah, Jaemin. Seharusnya aku yang meminta maaf, aku yang menabrakmu."

Jaemin mengernyit heran, darimana pemuda itu tahu namanya? Apakah mereka pernah bertemu?

"Maaf, apakah kita bertemu sebelumnya?"
Bukan menjawab, pemuda itu malah terkekeh pelan.

"Sepertinya kau lupa. Apa kau ingat pesta ulang tahun anak teman Ayahmu?"

Pesta ulang tahun teman Ayahnya?
Jaemin jarang ikut sang Ayah ke acara pesta seperti itu. Terakhir kali ketika ia berada di tahun terakhir Junior High School. Apa mungkin itu?

"Kau. . . Putra Tuan Hwang?" Tanya Jaemin ragu

"Kau ingat itu tapi kau tak ingat namaku. Aku Hyunjin."

"Maaf aku tak ingat nama mu"

"Tidak apa apa"
Hyunjin mengangkat semua buku yang ia bawa tadi.

"Biar aku bantu" Jaemin mengangkat separuh buku yang dibawa Hyunjin

"Tidak usah. Teman ku dalam perjalanan kemari."

"Aku akan membantu sampai teman mu sampai."

Hyunjin hanya tersenyum menanggapi Jaemin. Ternyata Jaemin tidak seperti yang ia pikirkan saat pertama bertemu dulu. Bisa dibilang ia cukup baik saat berinteraksi dengan orang asing.

"Hyunjin!"
Mereka berdua menoleh. Ketika Hyunjin tersenyum senang pada orang itu, Jaemin tersenyum ramah.

Seseorang tersebut mendekat, tatapannya tak lepas dari Jaemin. Jaemin sedikit risih dibuatnya, bahkan Seseorang itu tidak menyapa Jaemin dan berlalu begitu saja meninggalkan Jaemin juga Hyunjin yang merasa bersalah pada Jaemin.

"Aaa.. Jaem maaf, Dia memang seperti itu. Omong-omong namanya Jeno, Dia satu kelas denganku."

Jaemin tersenyum menanggapi Hyunjin. Masih berfikir ada apa dengan pemuda teman Hyunjin itu? Entahlah.

Setelahnya Hyunjin melenggang dari hadapan Jaemin sembari berlari.
Sepenggal ingatan muncul dimemorinya, Jaemin tersentak,

Bukan kah itu pemuda yang Ia tolong dibawah derasnya hujan?

Tbc

Haiiii~~~

Finally aku kembali yaaakkk. .
Monmaap masih noob gitu:(
Aku juga masih banyak belajar ehe

Kritik, saran juga voment juseyoonggg♡

Pai~pai~

▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain; NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang