Call Me Trista!

23 1 0
                                    

Aku melangkahkan kaki jenjangku keluar dari mobil sport hadiah ulang tahun dari ibuku--ralat ayah tiriku. Well, ibu ku seorang entertainer, ia menjadi presenter tetap di acara gosip salah satu tv swasta dengan suara seksinya dan suaminya sekarang (a.k.a ayah tiriku) adalah agency model dan sekaligus pemilik setengah saham dari majalah remaja. FYI aku adalah ketua ekskul broadcast dan bukan hanya itu bagiku mading adalah milikku, anak-anak jurnal pun tidak akan berani berkomentar tentang apa yang aku tempel dan apa yang akan aku tempel disana. Tentunya yang aku tempel adalah fashion, travel dan pastinya gosip tentang artis-artis hollywood.

"Tristaa!!" Teriak cempreng dari Beatrix membuyarkan lamunanku.

"Apaan sih? Suara cempreng lo itu ngerusak mood gue, lo tau itu?" Sahutku dengan nada tinggi. Yang di balas dengan muka merengut Beatrix.

"Ya maaf ta, gue cuma mau ngasih tau badnews." Jawabnya.

"Triple what?! Badnews apaan?"tanyaku

"Lo harus liat mading sekarang, ayo!!" Beatrix menarik tangan ku ke arah mading.

Seketika aku membelalakan mataku. Triple what? Ewh. Pasti ini kerjaan Nindia anak jurnal kelas XII yang ga suka semenjak aku menginjakan kaki ke Puja Nusantara. Pake acara ngerusak bulletin yang aku sudah tempel hari selasa lalu. Dia pikir siapa dia?!

"Miranda Trista anak kelas X semester II, ketua broadcast yang sok-sokan ngatur mading. Lo ke Puja Nusantara mau sekolah atau mejeng?!" cerocos Nindia bicara tanpa henti seolah tak ada hari esok.

"Mohon maaf senior yang terhormat Nindia Ayu Kemangasih. Tapi anak jurnal yang lain ga keberatan tanpa gue mading ini ga bakal jadi hot-line kaya sekarang, dan bulletin yang suka lo buat semester lalu itu udah jadul norak dan cuma muter-muter ga jauh dari kesehatan dan lingkungan. Pantesnya itu bulletin di baca sama anak SMP atau SD. Think before speak, sweetheart!!" Jawabku tak kalah menyakitkan. Dia kira aku takut?

"Jadi ma---" , " stop ur stupid nonsense, bitch!!" Aku memotong kata-katanya.

"Lo ngatain gue apa? Bitch? Apa namanya ciuman di perpustakaan sekolah dan ketauan sama anak kelas XI? famewhore!" Aku langsung menarik rambutnya dan mendorongnya ke mading.

"Lo tau kan nyokap tiri gue seorang pengacara dan bokap gw udah jadi investor tetap sekolah ini. Jadi kalau pulang sekolah mading ini ga beres, jangan salahin gue kalau lo bakal masuk BK dan di permasalahin ke jalur hukum karena udah ngerusak nama baik Miranda Trista."bisikku lalu perlahan menjauh.

Harusnya aku mengabadikan gambarnya dengan kamera saku yang selalu ku bawa. Betapa terlihat aneh dia dengan wajah kemerahan menahan tangis, aku yakin dia tidak masuk 2jam pertama karena menangis di toilet.

"Lo tadi bilang apa sih, ta? Kok tuh senior bisa langsung mingkem?"tanya Beatrix.

"Gue cuma ngasih tau konsekuensi klo dia berani ngelawan seorang princess Trista"jawabku santai sambil meraih minuman botol milik Breatrix dan meneguknya.

Beatrix langsung melongo "wow cuma gitu doang?"

"Hebatkan gue,lo liatkan ekspresi dia, muka merah nahan tangis huhu kasian deh" Beatrix mengangguk tanda setuju.

"Oh kaya gitu hebat?" Suara berat terdengar tepat di belakangku. Yang tak lain adalah..

"Frank?" Beatrix sedikit terkejut. Ya Franklyn adalah kakak Beatrix dan si Frank kayanya sih ada a fair sama Nindia, ya gitu deh.

"Gue ga suka lo temenan sama nih cewek jalang ini, lo liatkan ibunya aja gonta ganti suami melulu!!" cerca Frank sambil menatapku sinis.

"Stop hina nyokap gue, kalo lo ga suka Nindia gue perlakuin kaya tadi bilang sama dia jangan usik kehidupan gue." lalu dengan cepatku siram dia dengan minuman milik Beatrix yang mengacu pada perkelahian.

Frank mengepal tangannya dan bersiap menghantamku. Dan dengan cepat Ali mencegahnya. Oh senior ganteng itu.. aku memang memendam rasa pada Ali sejak dia mengajakku berdansa pada saat standing party ultah ke 16 Pamela. Coba saja aku belum taken sama Andra.

"Jangan biasain kasar sama cewe, Frank!" Ujar Ali menangkis tangan Frank.

"Tapi dia duluan!" Frank menjawab dengan nada tinggi.

"Ya tapi Trista cewe, lo ga boleh kaya gitu!" Sahut Ali di iringi dengan kepergian Frank.

"Thanks ya kak udah belain aku" ujarku basa-basi.

"Iya sama-sama"jawab Ali dan beranjak pergi.

"Eh kak?" Panggilku membuat langkahnya berhenti. Lalu memutar haluan dan berhadapan denganku

"Iya?" Sahutnya

"Klo cheers emang ga bisa daftar sekarang ya?" Tanyaku

"Kayanya sih ga bisa, peraturan disini kelas 11 baru bisa.. coba nanti aku tanyain lagi sama Melani" jelas Ali. "Atau ngga kamu ikut basket putri aja ta, kamu kan tinggi ya cocok deh klo masuk basket."lanjutnya.

"Ya aku sih mau kak apa lagi jadi deket sama kakak, tapi kan nge-dribble aja aku ga bisa kak."jawabku

"Oh gitu ya,yaudah deh eh aku masuk kelas dulu ya.. bye." anjirr kenapa sih Ali ga ada basa basinya sama sekali . Bantuin ajarin kek apa kek ini ngga, cuek banget..

"Eh iya bye." aku melambaikan tanganku.

Tbh aku sih ga pernah beda-bedain teman apa lagi genk-genk-an. Tapi klo ada yang cari masalah datang lah padaku karena aku adalah orang yang tepat.

***

12.30 it's time to go home.

Andra mengajakku pulang bareng dengan Maserati-nya. Well, biarlah mobil sport jadul itu ku tinggal di sekolah, sore ku telpon pak Nanang mengambilnya.

"Aku ga suka kamu arogant kaya tadi, apa lagi Nindia dan Frank itu senior kamu!" Ujar Andra.

"Tapi aku ga suka Nindia bahas first kiss kita di perpus, honey."jawabku asal.

"But that's right. We walk at the wrong side, my sweetheart" tukas Andra sambil mengusap lembut pipiku.

"Iya..iya.. kenapa ya sekarang seluruh dunia benci sama aku?"tanyaku sambil bersandar di bahu Andra.

"2orang bertengkar sama kamu bukan berarti seluruh benci kamu bey" Andra mengacak pelan rambutku.

"Love u my litte princess, Miranda" lanjutnya lalu mengecup keningku.

Aku beranjak dari bahunya, Andra mengangkat alisnya seolah bertanya mengapa?.

Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, beberapa centi lagi..

Hufft..

Andra menghembuskan berat nafasnya lalu mendorong tubuhnya menjauh, aku mengangkat alisku heran. Apa yang salah?

"Kenapa?" Tanyaku skarkastik.

Andra hanya diam.

"Aku seolah merasa bahwa aku seorang pencuri, yang berusaha mencuri ciumanmu. Maaf" ujarku.

"Aku yang harusnya meminta maaf, bisa kita mencoba lagi?"tukas Andra lalu berusaha mendekatkan wajahnya ke arahku.

Dengan cepat aku mencium pipinya.

"Lain kali." jawabku. Ku lihat ada sedikit kekecewaan di mata Andra.

Andra segera menginjak pedal gas dan menuju rumahku. Setelah sampai depan rumah. Aku melangkahkan kaki ku keluar dari mobil Andra

"Thanks"tukasku. Andra hanya tersenyum tipis. Sepertinya dia masih kesal. Yasudahlah.

TBC.

***

Maafkanlah author dan cerita gajelas ini. Maklumin aja namanya juga author abal-abal. Liat mulmed dong, itu cast-nya Miranda Trista. Cocok ga? :)x

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miranda TristaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang