SATU

7 1 0
                                    

Citra berlaru menyusuri koridor sekolah sesaat setelah bola matanya menangkap sosok Angga berjalan di depannya dengan jarak kurang lebih sepuluh meter dari tempatnya berdiri.
"Angga!" Teriak Citra berharap pemuda itu segera mengehentikan langkah kakinya.
Angga menoleh dan mendapati Citra sedang berlari ke arahnya. "Citra? Ada apa cit?" Tanya Angga.Keduanya kini berdiri dengan posisi saling berhadapan.
"Gue ada kabar baik buat lo. Gue yakin lo bakal seneng banget denger kabar dari gue ini."kata Citra antusias.
"Yakin lo?"
"Seribu persen."
"Yaudah,apaan?"
"Tadi,pas gue ke perpus gue denger Lina mutusin cowoknya si Rizal. Ketahuan selingkuh katanya. Kabar bahagia buat lo kan?"Citra mengela nafas berat setelah menyelesaikan kalimatnya barusan.
"Yeaaah!"Angga meninju tangannya ke udara mendengar bahwa Lina sang gadis pujaannya akhirnya memutuskan kisah asmaranya dengan pemuda yang sudah membuat Angga menunggu Lina hampir satutahun.
"Akhirnya."
Citra tersenyum di balik hatinya yang terluka.Bayangkan saja,sudah hampir tiga tahun citra memendam perasaan cintanya untuk Angga.Sebuah perasaan suka biasa yang bermetamorfosa menjadi perasaan cinta yang dalam.
Bagi Citra,berada di sisi Angga sebagai seorang sahabat itu cukup membuatnya bahagia.Citra dan Angga sudah bersahabatan sejak mereka duduk dibangku SMP VII,sudah sekitar empat tahun yang lalu. Sedangkan Martin,Damian dan Daniel merupakan sahabat mereka sejak masuk di sekolah SMA TUNAS BANGSA.
"Btw,Martin sama yang lainnya ke mana?"tanya Angga kemudian.
"Di kantin deh kayaknya? Gue gak sempet ketemu sama mereka karena pas bel istirahat,gue langsung ke perpus nyari buku materi buet tugas makalah yang Pak Suho kasih tadi pagi."tutur Citra.
"Oh. Mau nyusulin mereka gak?"
"Gak usah ngga. Bentar lagi jam istirahat selesai an lo tau sendiri kan Bu Irene sudah ada di dalam kelas lima menit sebelum bel masuk berbunyi? Udah yuk! Kita ke kelas aja mendingan."ajak Citra.
Anggak mengikuti langkah kaki Citra yang sudah dengan sengaja menarik pergelangan tangannya untuk ikut menuju ruang kelas mereka.
Lima belas menit sudah berlalu. Suara Bu Irene terdengar menggema di setiap sudut ruangan kelas karena sedang menjelaskan materi pelajaran sejarah yang beliau bawakan.
Di bangkunya Angga tampak menggerutu sendiri. Merasa kesal terhadap ketiga sahabatnya yang selalu kompak untuk bolos saat Angga tidak sedang bersama mereka.
"Ali sama yang lain emang keterlaluan.Berapa kali sih harus gue bilang ke mereka m?! Kita emang ngerokok,balapan liar,nongkrong gak jelas. Tapi nggak bolos mata pelajaran juga. Awas aja kalo ketemu gue pas pulang sekolah nanti!"bisik Angga pada Citra yang duduk sebangku dengannya. Angga sudah cape menasehati ketiga sahabatnya itu yang sebentar lagi akan melaksanakan ujian penaikan kelas.
"Udahlah,lo marahnya entar aja. Bu Irene lagi merhatiin lo tuh."kata Citra meningkatkan.
Angga tersenyum sangat tipis saat tanpa sengaja bertemu dengan manik hitam milik Bu Irene yang kini menatapnya tajam.
"Jangan berbicara saat pelajaran sedang berlangsung. Mengerti kamu!"tegur Bu Irene sambil menarik sedikit kacamatanya turun kebawah ujung hidungnya.
"I-iya Bu maaf."Angga beralih menatap buku paket sejarah yang ada dihadapannya sambil membuka halamannya.
Citra tidak berani bersuara,hanya melirik sekilas bergantian ke arah Angga dan Bu Irene kemudian berakhir sama seperti Angga yaitu menjatuhkan pandangannya pada buku paket sejarah miliknya.
✏️✏️✏️
"Udah gue duga,kalian pasti ada di sini. Kenapa kalian gak ikut dua mata pelajaran terakhir?"tanya Angga kepada tiga sahabatnya dengan posisi tangan terlipat di depan dada.
Saat ini mereka berlima berada di samping sebuah gudang sekolah yang terhubung dengan halaman belakang sekolah mereka.
"Eh,Angga."Danie menyahut pertama.
"Apa?"
"Ini nih gara garanya."Martin mengarahkan telunjuknya pada Damian yang tengah meneguk air mineral botolnya. "Dia tadi mau boker,terus minta ditemenin sama gue sama Daniel juga. Jadi,telat deh kita masuk kelas. Ini yang terakhir Angga kita bolos. Iya kan? Iya kan?"sambung Martin menepuk kasar lengan kedua sahabatnya.
"Iya bener."sahut Damian dan Daniel bersamaan.
"Halah,kalian emang sudah hobby bolos dari kelas sepuluh tau gak!?"celetuk Citra.
"Ini lagi pake ngompor ngomporin Angga segala! Bukan mau kita kali kalau kebetulan kita khilaf."kata Damian menimpali dan membela kedua sahabatnya.
"Tiap minggu kalian khilaf tau gak! Kalian gak mikir apa? Bentar lagi ujian kenaikan kelas. Jangan harap ada contekan buat kalian nanti. Ngerti lo pada?!"
"Iyeee. Elah!"pungkus Daniel cuek.
"Eh tapi btw,gue denger denger Lina mutusin cowoknya."kata Martin tiba tiba.
"Udah tau! Lagian gue udah punya ultimatum buat cewek pujaan gue. Liat aja besok."
"Apaan ngga?"tanya Citra.
"Liat besok gue bilang."
"Yaudah sih pulang yuk!"ajak Citra.
"Ayo. Gue ama Citra cabut yah? Ingat,besok setengah tujuh,kalian udah ada pada di sekolah kasih gue dukungan buat nembak Lina."
"Sumpah lo? Secepat itu?"tanya Daniel.
"Iya. Emang kenapa?"
"Lo bakal ditolak mentah mentah. Percaya sama gue."
"Liat besok aja. Gue ama Citra cabut. Bye!"
"Terserah lo dah."
Citra terkekeh pelan melihat Daniel meraup kasar wajahnya karena Angga yang tidak peduli sama sekali dengan ucapannya.

- MY BEST FRIEND -

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY BEST FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang