- MALAM -

7 0 0
                                    

Malam.

Aku membencinya,

Kau bisa nyenyak dalam lelapmu, aku tidak.

Lelapmu indah dan damai, aku tidak.

Lampu mati, pikiranku jalan. Perutku kosong.

Hening, tidak. Ada motor yang lalu, mungkin ia baru pulang, atau mungkin ia baru memulai harinya.

Tapi aku benci malam. Dan aku lebih membenci pagi. Kemudian sore, aku membencinya.

Malam. Ku bisa memelukmu dalam bisu, memandangmu.

Ya, memandangmu sekarang.

Banyak yang ada dikepalaku sayang, tak bisa kukatakan.

Aku terlalu gagap untuk itu. Rasanya ingin kusuruh otakku saja yang berbicara.

Tidak usah mulutku.

Yang keluar dari mulutku kadang selalu meragumu.

Pikiranku, otakku. Didalamnya ada dialog, kapankah itu? Bagaimana dengan besok? Apakah aman di esok setelah esok?

Hidup seperti ini, tentu bukan mauku. Punya otak dan berpikir otomatis juga bukan mauku.

Maaf sayang, bukan inginku selalu begini. Dan kutahu bukan maumu kau seperti itu.

Andai saja apa yang ada dikepalaku masuk akal, atau mungkin memang aku tak berakal.

Tenang, aku juga bingung.

Bukan lagi kata kadang, ku sebut Tuhan, ku panggil nama-Nya. Tapi setelahnya bukan pintaku yang kusebut.

Cuma derai air mata yang keluar. Naif.

Kuharap Tuhan mendengarku. Tidak berharap, sungguh, pastilah Dia sudah dengar, sungguh Dia Maha Pendengar.

Kuharap suatu hari, ada jawaban atas apa tanyaku. Tidak berharap, sungguh, Dia-lah yang menjanjikan Kemenangan, Dialah Maha Pemenang. Dia sudah tahu jawabanku sebelum ku meminta.

Tanyaku di malam ini, dan malam sebelumnya.

Ku harap.

Sampai jumpa lagi di selanjutnya, malam.


DESEMBER 2019. BY- ADADI1996

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 18, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ILUSIWhere stories live. Discover now