1 Desember 2019

25 4 3
                                    

Hari ini takdir kembali mempermainkanku. Aku kembali jatuh dan jatuh setelah susah payah aku berusaha bangkit mencari hati untuk tempat pulang .

Aku gagal dan kembali gagal mempertahankan apa yang sudah aku pertahankan 1 tahun yang lalu. Benakku berputar mengingat memori panjang 2 tahun yang lalu saat aku sama terpuruknya dengan hari ini bedanya dulu aku masih punya sedikit rasa sabar untuk memaafkanmu.

Hari ini tepatnya tanggal 1 Desember 2019 aku digempur lara bak badai yang meluluh lantakan hati, lelehan cairan bening bagaikan awan hitam pekat turun deras membasahi pipi layaknya langit yang membebaskan ikatan awan turun lewat tetesan hujan.

Dito surya Hendrawan nama pria tampan tinggi menjulang dengan senyum meneduhkan yang selalu aku agung-agung kan, nama yang selalu ku pinjam di sepertiga malamku untuk ku adukan dengan penciptaku , nyatanya sekarang hanya sebatas nama tanpa makna.

Hari ini tepatnya pukul 09.00 akan mempersunting wanita pilihannya setelah 2 tahun lamanya aku memperjuangkan, bukannya dijadikan pilihan namun sebaliknya aku hanya dijadikan pelampiasan. Bertahun tahun aku menjalin hubungan diatas bayangan masa lalunya.

Dulu ku pikir tak apa sebab kita sama, kita bertemu dengan keadaan hati yang sama remuknya, aku yang ditinggal kekasihku yang memilih pilihan orang tuanya dan dia yang dicampakkan kekasihnya saat dia tak punya apa apa.

Kalau dipikir pikir lucu juga, kita dipertemukan dengan keadaan yang sama sama terluka, bedanya aku bisa menerima dengan lapang dada bahwa yang terjadi kehendak sang pencipta, beda denganmu yang masih stuck dengan hati dan masalalu yang sama.

Hari ini tepat 2 tahun kami menjalin hubungan, dan hari ini juga dia mengikat komitmen tapi bukan denganku tapi dengan wanita cantik nan anggun yang sekarang sedang duduk berdampingan, aku tak menyalahkan siapapun sebab kita tak bisa memilih, hatilah yang memilih kepada siapa dia berlabuh.

Pernah dengar istilah "kalau kamu bahagia akupun bahagia" alasan klasik memang, tapi itu yang sedang aku lakukan kalau dengan bersanding dengannya dia bahagia maka akan ku lakukan apapun meski akhirnya aku tersakiti lagi dan lagi.

"para hadirin dipersilahkan duduk karena acara akan segera dimulai"

Terdengar sayup sayup pembawa acara yang menghimbau para tamu untuk segera duduk dan memulai acara.

Tiba saatnya dito menjabat tangan penghulu dan mengucapkan ijab qobul dengan mantap di sambut senyum bahagia dari sanak saudara tak lupa membawa gadget masing masing untuk mengabadikan momen mendebarkan sekaligus membahagiakan.

Dan aku ?

Duduk di sudut ruangan memasang senyum 5 volt dengan hati bagaikan tersetrum listrik jutaan volt.

Satu persatu memori masalalu berputar tanpa diperintah layaknya seperti lagu, bukan semacam pop dangdut reggae ataupun ska namun justru elegi patah hati lagu yang menyiratkan tentang kehilangan.

Derap langkah tak mantap kakiku mengayun kearah pelaminan membayangkan bagaimana jika aku yang duduk disitu dengan riasan dan pakaian pernikahan.

Pasti indah bukan?

Mungkin hari itu akan jadi hari terindah dalam hidupku membayangkan saja membuatku panas dingin apalagi jadi kenyataan.

"Mba bisa maju antrian didepan sudah kosong"

Aku terkesiap dengan cepat mengumpulkan akal sehatku.

Ingat kamu sudah kehilangan hak .

Dia bukan siapa siapa mu lagi.

Dia sudah jadi suami orang lain.

" Mentari? "

Suara itu tak asing, suara itu suara yang menemani hidupku 2 tahun yang lalu, suara yang bisa mengubah seluruh hidupku, suara yang memberiku tawa bahagia sekaligus luka yang amat lara.

" eh iya selamat ya semoga samawa"

Aku mengutuk kata yang keluar dari mulutku, kata kata itu tak mewakili perasaanku aku hancur dan benar benar hancur sangat sangat bertolak belakang dengan kedua insan didepanku ini.

Mereka terlihat bahagia tak ada sorot sedih diraut muka mereka bahkan dimata dito tak ada raut penyesalan sedikitpun.

Memang menyesal karna apa?

Karena sedari dulu dia memang tak pernah mencintaiku. Bahkan aku tak pernah melihat raut sayang dari matanya, hanya ada tatapan datar yang sulit di artikan.

Berbeda dengan hari ini dia tersenyum tulus tak ada paksaan dari kedua bola matanya .

Apakah dia benar benar bahagia? Apakah selama ini dia tersiksa denganku ?
Apakah aku terlalu egois memaksakan cintanya?
Apa aku yang terlalu bodoh tak bisa mengartikan tatapannya?
Sejak tadi kata kata itu berputar dalam benakku.

" iya terimakasih dan maaf"

Ujarnya menunduk entah mengapa aku rasa dia benar benar tulus meminta maaf padaku.

" it's oke no problem, santay aja "

" terimakasih telah berjuang bersama meskipun pada akhirnya kita berbeda arah, tak apa sebab kita tak punya pilihan untuk satu tujuan, kita pernah menggenggam sebelum akhirnya melepas" ujarku dengan terkekeh.

"kamu wanita yang tangguh aku percaya itu."

"terimakasih mentari dan maaf aku telah mengambil cahayamu" ujar rika yang tak lain adalah wanita yang dipersunting dito 1 jam yang lalu.

" hey tak apa, lagi pula dia hanya mencintaimu bukan aku" kataku mengedipkan sebelah mataku ke Rika, "dan soal cahayaku apakah kamu lupa siapa aku ? Namaku mentari sudah pasti aku punya cahaya sendiri dalam hidupku aku akan terang dan selalu terang" ujarku disambut gelak tawa dari kedua mempelai.

Aku turun dari pelaminan berjalan gontai ke arah pintu keluar, ada sedikit rasa lega dominan rasa sesak lega karena aku berhasil menahan air mataku dan sesak karena aku kehilangan cahayaku.

Yah kalian tahu tadi adalah omong kosong yang keluar dari mulutku. Dia benar aku telah kehilangan cahayaku, sekarang gelap dan senyap cahayaku telah lenyap.

1 Desember 2019 kutetapkan sebangai hati patah hati untuk engkau Dito Surya Hendrawan.

Salam dari gadis kerdil yang kehilangan cahayanya.




Hayy kawan kawan ini cerita pertamaku di wattpad.

Terimakasih untuk para pembaca yang sudah mampir jangan lupa vote dan komen.

Selamat membaca......

Salam,
Sriningsih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lentera Seterang RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang