That Girl

1.1K 79 19
                                    


Aku berjalan perlahan menjauhi perkomplekan rumah ku, berbelok ke sebuah tikungan dengan wajah tertunduk. Hari sudah senja dan jalanan benar-benar sepi. Tapi aku harus mengambil jahitan pesanan ibuku dan tempatnya lumayan jauh untuk ukuran orang yang lebih mementingkan tidur nyenyak dan mimpi indah sepertiku.

Aku merengut menendang kerikil tak berdosa yang menghalangi jalanku lalu memandang masam ke arah langit. Merasakan sapuan angin membelai rambutku, aku tersenyum dan terkekeh pelan. Betapa ketenangan sekecil ini membuatku merasa damai.

Suasana yang jarang aku temukan di rumah mengingat betapa iseng adikku yang lebih suka membuatku kesal dan mama yang sama keras kepalanya dengan adikku jika mereka berdua berdebat. Sedangkan sifatku dominan dari ayah, sedikit melankolis. Tidak seperti mama dan adikku yang cerewet, gengsi dan sama keras kepalanya. Aku mencibir geli sambil membuka mata dan berbelok ke sebuah gang sempit yang sisi ujung lainnya terdapat tikungan panjang yang menghubungkan dengan jalan besar.

Satu langkah.

Dua langkah.

Aku mengernyit saat merasakan hawa tak mengenakkan di sekelilingku. Dengan cepat aku berjalan melewati sebuah panggung kecil tempat tiga orang lelaki dewasa bermain kartu sambil menenggak... minuman keras? Demi mama yang suka meminum teh pahit yang kubenci karena rasamya tidak semanis coklat dan tidak sepahit kopi...

Sedikit menggeleng saat dengan bodohnya aku berpikir darimana orang-orang itu mendapat minuman seperti itu dan apa untungnya, karena dari yang ku pelajari saat menyelesaikan tugas makalah tentang zat adiktif dan semacamnya, itu bukanlah hal yang baik.

Ini mengerikan. Saat ketiga orang itu menatapku, aku hanya bisa berusaha menormalkan raut wajah bodohku, dan rasanya ingin sekaliam menormalkan otak kolotku yang masih saja sempat memikirkan tugas makalah pertamaku yang harus diulang hampir sepuluh kali baru kemudian di anggap lulus dalam pelajaran biologi ku dulu.

Tapi saat pikiranku mulai berkelana tentang Miss Diah yang menugaskanku membuat makalah, guru biologi yang killer tapi sebenarnya sangat care dan baik hati walaupun cara bicaranya terkesan galak, aku kembali masuk ke dunia nyata. Mengerjapkan mataku saat merasa kerah kemejaku ditarik kebelakang. Kemeja baruku membawa petaka,ya?

Dan saat itu tiga lelaki yang ku tahu menatapku lapar sedari tadi mengerubungiku. Apa mereka ini tidak punya istri untuk mengurus atau bagaimana jadi bisa-bisanya berantakan dan berprilaku seperti ini? Apa aku akan berakhir seperti di film horror yang pernah ku tonton? Aku diperkosa lalu mati bunuh diri dan mayatku di buang entah kemana lalu aku menjadi hantu gentayangan lalu...

Aku meringis saat seseorang mencengkram lenganku, menyadarkanku dari pemikiran tak pentingku. Ah, aku memang terlalu sering melamunkan hal tidak penting, dan aku benar-benar memfokuskan diriku pada apa yang dihapanku saat bau alkohol menyeruak indra penciumanku.

"Jangan melamun,gadis kecil. Mau bermain sebentar sebelum ibumu mencarimu?" Lelaki jangkung dihadapanku ini tertawa menyeramkan dan aku bisa merasakan tangan seseorang lainnya menyentuh pinggangku.

Wajahku tak bisa lebih datar dari ini, meski ku rasakan mataku berkaca-kaca. Ya, aku selalu lupa cara berekspresi ketika merasa tidak nyaman atau terancam dan lainnya. Andai saja aku bersama teman-temanku, tapi aku sendirian, hal yang paling kubenci disamping menunggu.

Aku sangat ketakutan, dan tubuhku terasa kaku seiring air mataku jatuh perlahan. Alarm tanda adanya bahaya langsung muncul di otakku. Terlambat,kenapa aku tidak lari daritadi?

Hingga aku merasa lututku lemas saat nafas salah satu dari mereka menerpa tengkukku. Mama...

Dan semua yang kulihat menjadi gelap.

Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang