I'm only happy when it rains
I'm only happy when it's complicated
And though I know you can't ,appreciate it
I'm only happy when it rainsOnly Happy When It Rains
Garbage (1995)
Rintik hujan di pagi ini, mantel yang kuyup dan lagu lawas Garbage di telinga. Perfect combo!
Sempurna. Semua sempurna.Aku menghembuskan napas, berusaha untuk mengumpulkan energi positif dari sekelilingku.
Yah, lagu ini seharusnya bisa membangun semangat dalam kondisi cuaca seperti ini. Tapi ada apa dengan hujan ini? Bukannya reda, malah makin menggila.
Kuputuskan untuk terus melangkah menembus hujan. Bisa terlambat kalau tetap tinggal di halte bis menunggu reda. Lagi pula gedung kantornya tidak terlalu jauh dari sini.
Sialnya..
Ups, aku lupa, aku tidak boleh mengutuk. Nanti semesta mencatat getaran negatif ini dan aku berakhir dengan kesialan yang terus menerus hingga hari ini berakhir.No. No. No. No.
Ini salah satu hari di mana aku butuh semesta yang berpihak padaku. Siang nanti aku harus mempresentasikan rancangan untuk gedung perkantoran yang ramah lingkungan. Mereka harus menerima rancangan ini, karena rancanganku ini adalah yang terbaik.Hei, itu salah satu tindakan dari berpikir positif kan?! Okay! Mari kita pikirkan hal-hal baik lainnya agar hari ini menjadi salah satu hari terbaik meski hujan mengguyur.
Pertama, bangun tidak kesiangan. Segar, karena malam sebelumnya sukses mengeluarkan keringat di gym dengan full cardio workout.
Kedua, sarapan dengan the best nasi goreng kimchi karena kimchinya spesial buatan nenek. Kimchi nenek bisa masuk list hal terbaik hari ini kan?! Tentu saja!Selanjutnya apa?
Ah! Keputusan untuk menaruh blue print rancangan gedung di kantor semalam terbukti menjadi keputusan terbaik yang diambil. Awalnya karena tidak mau repot membawanya ke gym, tapi ternyata pagi ini hujan turun dan selanjutnya adalah keberuntungan.Blue print yang tidak basah oleh air hujan itu adalah hal yang sangat, sangat, sangat baik. Anugerah. Semesta jelas berpihak padaku sejak tadi malam.
Hari ini akan menjadi hari yang baik!
"Chanyeol!" sapa Jongin di meja resepsionis. Aku menghampirinya begitu sampai ke lobi kantor. Jongin adalah salah satu teman nge-gym dan bertugas di bagian resepsionis.
"Hei, tadi malam ke mana?" tanyaku sambil mengibaskan air dari mantelku. Percuma. Mantelku sudah sangat basah.
"Sudah tahu hujan, malah tidak bawa payung," katanya sambil membantuku melepaskan mantel. Setidaknya kemejaku aman.
Mantel ini bekerja dengan sangat baik melindungiku dari air hujan.
Hei, hal positif lainnya pagi ini."Payungku di mobil. Aku lupa keluarkan saat menaruhnya di bengkel."
"Masih di bengkel?" tanyanya sambil melipat dua mantelku di meja.
"Masih. Lecetnya lumayan. Tidak cukup sehari perbaikan. Dasar Yoora itu ya," aku mendengus mengingat baret-baret yang dibuat kakakku di mobil kesayanganku saat diminjamnya.
"Dia apakan sebetulnya ?" Jongin tertawa.
"Entahlah. Dia hanya bilang, mobilnya terlalu lebar. Kamu bisa percaya kalau dia menyalahkan lebar mobil yang sudah terstandar?"
"Luar biasa," Jongin terkekeh.
"Jadi, tadi malam kamu ke mana? Sesi semalam tidak menantang karena tidak ada lawan sepadan," ujarku sambil melemparkan tatapan menyelidik dari atas ke bawah, lalu ke atas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFT - #ChanRoséWeek
FanfictionIt's all started at elevator. FF ini dibuat untuk mengikuti event #ChanRoséWeek dengan tema RED. Please enjoy my first published story.