1

4 1 0
                                    

"Tok tok tok!! Vinaa!!!"

'Padahal ada pintu, tapi kenapa dia malah membuat suara ketukan pintu dengan mulutnya, kebiasaan'

Ngomong ngomong yang di depan itu temanku. Yaa gabisa dibilang teman juga sih, secara kita udah deket dari kecil. Teman baik mungkin lah.

Namanya fina, Mirip memang dengan namaku. Salahkan saja ibu kami yang juga sudah berteman sejak lama. Ibu kami berjanji jika sudah memiliki anak nanti, ia akan menjodohkan nya.

  Haha sayangnya kami bergender sama. Kandaslah sudah impian 'besanan' ibu kami..

"Cepetan bukain eiyy!!"

"Iya iyaaa sabar"

Dengan malas aku menjejalkan kaki ke lantai dengan kasar dan berjalan ke depan pintu.

"Gilaa!! Panas banget diluar, geser geser gue mau ngadem" katanya sambil masuk kedalam dengan heboh.

"Fin tas lu gede banget? Kitakan cuma liburan bukan minggat"

"hello! Plis deh vin, kita tuh liburan ga sebentar"

Jadi aku hanya ber 'oh' ria percuma berdebat dengan nya, aku tidak akan menang.

"Heh! Lu jahat banget sih"

Heran ekspresi yang hanya bisa kutunjukan. Inilah dia, jika berbicara selalu ada misteri di dalam nya.

"Gue tuh tamu! Kasih minum kek kue kek! Lu mah jahat banget"

Kata katanya berhasil membuat kepalan tanganku mendarat mulus di kening putih fina. Padahal pelan, tapi cukup membuat sang empu kesakitan.

"Kayak siapa aja lo! Biasa juga asal ambil"

Padahal aku tidak melawak ataupun mengeluarkan lelucon, tapi entah kenapa fina malah nyengir kuda.

"Hehe yodah ah! Yo berangkat"

Sebelum pergi aku hanya membawa tas selempang kecil.

"Vin?" Tatapan nya heran menatapku.. oh salah mungkin tasku

"Kenapa?"

"Kita liburan bukan sehari, tapi seminggu lho"

"Iya tau, terus?"

"Lo ga bawa baju?" Katanya sembari menunjukan ekspresi horror.

"Hahaha santai kali, pas liburan kemaren gue lupa bawa baju gue pulang, jadi deh baju nya ketinggalan disono"

"Ooh, yaudah yuk ah keburu siang bolong"

~~Square love~~

"Mamih!!!" Heboh fina

Wajar saja jika dia seperti itu di tempat umum. Toh siapa yang peduli? Lagi pula satu tahun tidak bertemu, apalagi yang dirasakan selain rindu?

"Vina, kamu gamau nyapa bunda kayak fina?"

"Jadi bunda iri nih sama tante rara?"

"Ciee mamih di iriin tuh sama tante risma" kata fina menimpali

"Hush!!" Sergah mereka berdua

"Tante tante, orang cantik gini kok tante" protes risma

"Iya! Orang syantik gini kok!!" Tambah rara

"Iya iya deh terserah" kataku dan fina malas

Begini memang kebiasaan mereka jika dibilang tua. Huh tidak ingat umur.

"Mih, papih mana?" Kata fina memecah keheningan kala mereka berjalan ke parkiran.

"Biasa fina, sibuk bareng om rafa" potong risma

"Ish aku juga kok yang di tanya kok kamu yang jawab?!"

"Biarin lah, kalau kamu yang jawab mah lama"

"Ih kok gitu kan aku ini.."

"Bun!! Kita lapar!! Yakan fin?!" Cegahku dengan teriak sebelum keributan ini berlanjut.

"Bener tuh mih kata vina!!" Satu pikiran denganku, fina juga ga rela pertengkaran ini berlanjut.

"Oh yaudah, nanti didepan kita mampir"

Tidak ada lagi kata yang keluar, kami pun tenggelam dalam pikiran masing masing.

~~square love~~

"Fina sayang kamu pesen apa?"

"Es teh manis aja mih" kata fina sembari membalikan buku menu

"Kalau kamu vin?" Rara kembali bertanya padaku

"Samain aja tante"

"Tante lagi.."

"Lho katanya tadi laper, kok cuma pesen minum?" Timpal risma

Baru saja aku ingin menjawab pertanyaan bunda, tapi langsung di jawab cepat oleh fina.

"Laper nya ilang tan" aku menimpali dengan anggukan

"yaudah mbak kita pesen 4 es teh manis" kata risma dengan nada pasrah karna terus terusan dipanggil tante.

"4 es teh manis ya buk, ada tambahan?"

Diam, hanya dijawab gelengan kepala oleh rara. Lalu pelayan tadi mencatat pesanan kami dan berlalu pergi.

"ekhem" suara rara memecah keheningan "jadi.. sama seperti tahun tahun berikutnya, kita berkumpul lagi.."

Hening, terlalu serius sampai kami semua terdiam. Kami masih menantikan kalimat berikutnya dengan keheningan.

"Namun ada yang berbeda"

Hanya aku yang mendongkak kaget, seolah semua nya sudah tau apa maksud dari perkataan tante rara kecuali aku.

"Setelah liburan kali ini, aku akan membawa fina pergi keluar negeri untuk menyelesaikan kuliahnya disana" kata rara menatapku

Semuanya menunduk tenang, kecuali aku. 'Apakah tidak ada yang bersedih tentang perpisahan ini? Oh ayolah kenapa semuanya tidak memberitau?!'

  Aku menatap bunda dan tante rara. Aku tidak mendapatkan jawaban, mereka masih menunduk. Lalu aku menatap fina, dia tersenyum lalu menepuk pundak ku. 'oh.. secepat inikah persahabatan kita? 6 tahun berteman tanpa bersekolah, 17 tahun duduk di bangku sekolah yang sama. Lalu memustuskan menjadi 'best friend forever' dan berpisah dengan mudahnya'

"Fin.. hiks.. finaa!!" tangisku pecah, dengan segera fina memelukku dengan erat. Sama seperti biasa saat aku bersedih kali ini dia memeluk ku dengan erat, pelukan ini.. mungkin akan sangatku rindukan.

"Shh diem ah malu maluin lo. gua kan cuma lanjutin kuliah, ntar juga balik lagi kok" bisik fina

"Tap.. tapi fin"

"Stt sekarang diem dan kita have fun sama.." fina menggantung kalimatnya dan menyambungnya lagi "liburan kita ini" kali ini suara nya agak pelan.

"Okay?" Fina melepaskan pelukannya dan mencubit pipiku, aku mengangguk. "Jadi kau rela fina pergi?" Bunda bertanya. Aku kembali menunduk termenung dengan pilihanku.

"Gimana sih Ris, anak baru seneng eh udah dibikin sedih lagi" omel tante Rara

"Iya iyaa maaf, yaudah kalian abis ini mau ngapain?"

"Unn mungkin kita bakal ke taman seperti biasa tante, ya kan vin?" Aku menatap fina sekilas lalu mengangguk.

Lalu kami pamit dengan tante rara dan bunda untuk pergi ke taman kota yang biasa kami datangi jika sedang berlibur kesini. Soal es teh manis? Jangan tanya soal itu, es teh manis hanya kedok pelarian agar keributan tidak terjadi.

~~square love~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

square loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang