1. Prolog
Gadis remaja berjalan rapi menggunakan seragam sekolah, dan terlihat sangat terburu-buru. Melewati gerombolan polisi yang sedang melaksanakan razia, terlihat ramai polisi. Disebrang pusat perbelanjaan dari arah kanan, orang-orang memutar arah mungkin untuk menghindari razia, tak terlalu di hiraukan. terus berjalan.
Sinar matahari pagi.
"Ampun Dj". Dalam hati, keringat dingin. sambil memegang tas pink kesukaannya. Berjalan dengan sangat deras naik turun trotoal jalan.
Jam pink menunjukkan pukul 06.55, di lihat dengan sambil sangat terburu-buru.
Seseorang lewat menggunakan motor antik tua, berlalu di sampingnya. Sepertinya dia kenal motor itu, atau memang bukan. Seketika melihat, dan ternyata betul dugaannya itu adalah pamannya, yang merupakan guru di sekolah barunya sekarang.
"Paman Andre". berteriak sambil melambaikan tangannya berulang-ulang. Supaya pamannya melihat, dan berharap mengajaknya ke sekolah, untuk nantinya ada alasan terlambat dan tidak kenak marah, "Paman". Diulangi. Pamannya terus berlalu, tak mendengar.
Maya berlari mengejar pamannya, untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maksudnya supaya paman mendengar.
"Paman".
"Tunggu, ini Maya anaknya tante Ria". Sambil masih mengejar pamannya, nafas yang turun naik. Kemeja yang tadinya rapi kini terbuka keluar, seperti anak berandal.
Pamanya menggunakan helm tertutup.
"Paman, ajak ke sekolah". Masih sambil mengejar. "please bantu", untuk ukuran murid baru siapa sih yang mau di hukum, pasti sangat memalukan apalagi seorang perempuan, di hukum hanya gara-gara terlambat lebih tepatnya bangun kesiangan. "please"
Pamannya menoleh ke belakang dan berbalik arah, menuju Maya.
"Hufff syukur". Dalam hati, masih beruntung. Menelan ludah melihat pamannya berbalik arah.
Maya menganggu pelan, mungkin untuk terlihat sopan di depan pamannya.
Pamannya membuka helm dan menatap kearah maya, "Oh, Maya. Ngapain kamu disini, bukannya masuk sekolah ". kata pamanya. Maya tersenyum lebar, seakan-akan seperti orang yang tidak punya salah. "He. Ini mau ke sekolah paman, tadi telat bangun", menggunakan bahasa yang sangat halus. "Mama kamu ga ngantar ke sekolah". Balas pamanya,
"Mama lagi keluar kota paman, ada urusan".
"Yaudah, ayo ikut paman". kata pamannya, sambil memberikan helm.
Maya tersenyum lebar.
"Ma kasih paman". Ma kasih Tuhan telah mengirim om, dalam hatinya. Sekarang mulai sedikit legah, hanya saja nanti di sekolah harus memikirkan alasan terlambat.
Sepuluh menit berlalu, sekarang sudah berada di depan sekolah. Terlihat sekolah sangat sepi, hanya saja ada penjaga sekolah yang melihat ke arah mereka berdua. Penjaga itu tersenyum kearah pamannya. "Pagi Pak".
Pamannya yang merupakan wakil kurikulum sekolah, memang sangat di hormati, terlebih pamannya terkenal sangat sangar di sekolah. Menurut informasi dari mamanya, dan kerabat lain.
"Bingung, kenapa hari ini sekolah sepi. Apa semuanya sudah masuk dan kumpul di lapang, tapi tidak mungkin parkiran masih sepi hanya sebagian motor terlihat".
"Ma kasih Paman". kata Maya. Pamannya hanya merespon santai, dan sedikit tersenyum.
Pamannya berjalan kearah ruang guru, setelah menyimpan helm.
"Paman, tunggu". kata Maya sedikit berteriak, yang memang pamannya sedikit jauh berjalan.
"Kenapa". balas pamannya, membalikkan badan. Melihat sinis kearah Maya.
YOU ARE READING
Hei Rio
RomanceBelitung masa SMA. Menceritakan tentang Maya murid baru di sekolah favorid.