Menarik mata

279 28 6
                                    

"Hei!"

Kyungsoo mengangkat kepalanya, tidak kuasa menahan gemetar saat sekelompok preman menghampirinya. Preman kampung yang sudah hilir mudik mencari mangsa. Malangnya, Kyungsoo menjadi salah satu mangsa itu.

Kyungsoo mengetahui dari tetangga-tetangga sebelah, bahwa ada desas desus preman yang selalu mengganggu di beberapa tempat sepi. Berita itu terdengar beberapa tahun lalu, dan ini pertama kali Kyungsoo berhadapan langsung dengan mereka. Para preman yang jadi topik hangat.

Mereka seusianya namun badannya lebih besar dari Kyungsoo yang pendek.

Konon, mereka tidak pernah di laporkan ke polisi karena takut. Bukan karena mereka menyeramkan sehingga takut di hajar. Menurut kabar, alasannya karena salah satu di antara mereka anak pejabat. Sebelum itu, ada yang pernah melakukannya. Namun gagal, justru si plapor di hajar habis-habisan setelah si preman di bebaskan melalui sogokan. Sebagai masyarakat lemah, tetangga-tetangga Kyungsoo tidak bisa berbuat apa-apa, selain, berusaha menghindari pertemuan dengan sang preman.

Melaporkan ke pihak berwajib sama sekali tidak berguna jika ada yang lebih berkuasa.

"Duit! Duit!"

Dengan tangan terkepal, Kyungsoo beringsut mundur. Tubuhnya yang kecil, begitu tidak berdaya jika hadapkan dengan pria-pria tinggi yang terlihat memiliki otot.

Preman itu Ada sekitar empat orang, yang paling tinggi berdiri di depan. Jika Kyungsoo tidak salah menebak, pria tinggi itu adalah pimpinanya. Memiliki rambut merah dan jaket yang di ikat di pinggang. Celananya di buat sobek bagian lutut hingga menambah kesan urakan.

Dia berkacak pinggang, menghadang Kyungsoo yang gemetaran. Matanya menatap tajam hingga si tubuh kecil itu tidak berani mengangkat kepala.

"Maaf... aku tidak punya uang."

Terdengar kekehan dari belakang, Kyungsoo menebak pria itu berdiri di sebelah kanan sang pimpinan. Memiliki kulit kecoklatan dan rambut hitam.

"Hajar saja Chan. Dia pasti berbohong."

"Itu tidak benar... aku.."

Suaranya tercekat, kerahnya tiba-tiba di tarik hingga kaki Kyungsoo berjinjit. Tubuhnya terangkat dan mau tidak mau ia mendongak. Berhadapan dengan si rambut merah yang memiliki tindik di bagian telinga kiri.

"Kau berani berbohong?"

"Sungguh."

Kyungsoo mengangkat kedua tangan tanda menyerah, namun semua orang di sana tampak tersenyum menyepelekan seolah ucapannya hanyalah omong kosong.

"Kita hajar saja Chan."

Dua orang di sana mengepalkan tangan, bersiap jika sewaktu-waktu di butuhkan. Si rambut merah menoleh sebentar seolah memberi kode,  tanpa melepaskan cengkramannya. Kemudian tersenyum miring. Kyungsoo mulai panik, tiga preman  di belakang  mulai mendekatkan melangkah perlahan ke arahnya. Tersenyum seperti kerasukan. Kedua tangan mereka terkepal, memukul-mukul seolah siap menghajarnya.

Salah satu dari mereka tiba-tiba memegangi tangannya hingga ia terkunci, Kyungsoo memberontak. tidak terima ketika uang yang tersisa di ambil begitu saja dari dalam sakunya. Uang yang akan ia gunakan untuk membeli obat Ibu nya yang sedang sakit.  Gelak tawa puas keluar dari mulut mereka setelah uang itu berhasil mereka dapatkan. Sungguh tragis. Kyungsoo susah payah banting tulang demi uang segitu, setelah dapat mereka merampasnya sesuka hati tanpa perasaan.

"Tolong jangan!"
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Masa? begitu saja kau sudah takut."

Call Me BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang